BMT Al-Kariim Analisis Kesesuaian Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Pada

84

2. BMT Al-Kariim

Contoh kasus: Bapak Ahmad mengajukan pembiayaan mudharabah sebesar Rp. 40.000.000 untuk usaha konveksi pembuatan seragam sekolah. Untuk itu Bapak Ahmad mengajukan pembiayaan kepada BMT Al-Kariim. BMT Al-Kariim menyetujui pembiayaan tersebut dengan ketentuan: a Biaya administrasi Rp. 400.000 1 dari jumlah plafon, biaya materai Rp. 6.000 b Biaya asuransi sebesar Rp 80.000 dan biaya notaris Rp. 100.000 c Nisbah disepakati nasabah: BMT = 60:40 dari laba bruto d Pembiayaan diberikan untuk jangka waktu 6 bulan. e Pembayaran angsuran Rp. 20.000.0003 bulan beserta bagi hasil. 1 Pada saat mengakui biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan akad mudharabah 10 Rekening Debet Kredit Dr.Kas Rp. 586.000 Cr.Pendapatan administrasi Rp. 400.000 Cr. BDD Persediaan Materai Rp. 6.000 Cr. Titipan notaris pembiayaan Rp 100.000 Cr. Titipan dana premi asuransi Rp. 80.000 10 Biaya administrasi 1 X Rp. 40.000.000 = Rp. 400.000. Besarnya premi tergantung dari jumlah plafond dan jangka waktu pembiayaan sedangkan beban notaris tergantung dari plafond 85 Pada saat BMT membayarkan ke notaris Rekening Debet Kredit Db.Titipan notaris pembiayaan Rp. 100.000 Cr.Kas Rp. 100.000 Pada saat BMT membayarkan premi asuransi kepada perusahaan asuransi Rekening Debet Kredit Db.Titipan dana premi asuransi Rp. 80.000 Cr.Kas Rp. 80.000 Analisis transaksi diatas Berdasarkan transaksi diatas, BMT Al-Kariim mengakui biaya administrasi Rp.400.000 sebagai pendapatan administrasi. Biaya administrasi ditentukan sebesar 1 dari jumlah plafon yang diberikan kepada nasabah. Untuk pembayaran notaris dan asuransi, BMT Al-Kariim melakukan pembayarannya secara tidak langsung sehingga biaya notaris dan asuransi yang telah dibayarkan nasabah diakui sebagai titipan notaris dan titipan premi asuransi. Di dalam PSAK 105, pencatatan mengenai pengakuan biaya- biaya administrasi tidak ada pembahasannya. Untuk itu, BMT Al-Kariim membuat pencatatan sendiri untuk mengakui biaya administrasi yang telah dibayarkan nasabah sebagai pendapatan administrasi. 2 Pada saat pencairan investasi mudharabah Rp.40.000.000: Rekening Debet Kredit Db.Pembiayaan mudharabah Rp. 40.000.000 Cr. Rekening Bapak Ahmad Rp. 40.000.000 86 Analisis terhadap transaksi diatas Berdasarkan transaksi diatas, BMT Al-Kariim mengakui dana mudharabah yang diberikan kepada Bapak Ahmad sebagai pembiayaan mudharabah pada saat penyerahan kas sebesar Rp. 40.000.000 sebelah debit serta bertambahnya rekening Bapak Ahmad disebelah kredit sebesar Rp. 40.000.000. Dalam PSAK 105 paragraf 12: “Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan asset non-kas kepada pengelola dana.” Pada transaksi diatas belum sesuai karena BMT Al-Kariim mengakui dana mudharabah yang dibayarkannya sebagai pembiayaan mudharabah bukan sebagai investasi mudharabah sebagaimana yang terdapat pada PSAK 105 paragraf 12. Dalam PSAK 105 paragraf 16: ”Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah diterima oleh pengelola dana.” Jika dilihat dari perlakuan akuntansi yang dilakukan BMT Al-Kariim, usaha mudharabah mulai berjalan ketika BMT Al-Kariim mencairkan dana mudharabah-nya ke rekening Bapak Ahmad. Maka transaksi ini sudah sesuai dengan PSAK 105 paragraf 16. 3 Apabila Bapak Ahmad membayar bagi hasil jika laba kotor yang diperolehnya Rp. 10.000.000 beserta angsuran pokok Rp. 20.000.000 87 Rekening Debet Kredit Dr. Rekening Bapak Ahmad Rp. 60.000.000 Cr.Pembiayaan mudharabah Rp. 20.000.000 Cr.Pendapatan Bagi hasil Rp. 40.000.000 Analisis transaksi diatas: Pada transaksi diatas, Bapak Ahmad membayar angsuran mudharabah Rp. 20.000.000 beserta bagi hasil Rp. 40.000.000 Rp.10.000.000 x 40. Dalam PSAK 105 paragraf 9:”Pengembalian dana mudharabah dapat dilakukan secara bertahap bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau secara total pada saat akad mudharabah diakhiri.” Dalam hal ini, BMT Al-Kariim menetapkan ketentuan kepada nasabah untuk pembayaran angsuran dilakukan bersamaan dengan bagi hasil. Sehingga dapat disimpulkan untuk transaksi ini BMT Al-Kariim sudah sesuai dengan PSAK 105 Paragraf 9. Dalam PSAK 105 paragraf 10: ”Jika dari pengelolaan dana mudharabah menghasilkan keuntungan, maka porsi jumlah bagi hasil untuk pemilik dana dan pengelola dana ditentukan berdasarkan nisbah yang disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama periode akad.” BMT Al-Kariim mengakui pendapatannya sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dengan nasabah yaitu 40 dari laba kotor yang diperoleh nasabah. Nisbah ini disepakati oleh kedua belah pihak sebagaimana yang telah ditentukan dalam akad. Maka dapat disimpulkan bahwa transaksi yang 88 dilakukan oleh BMT Al-Kariim sudah sesuai dengan PSAK 105 paragraf 10. 4 Jika pada saat jatuh tempo Bapak Ahmad tidak mampu mengembalikan angsuran pokok Rp. 20.00.000. Tidak dilakukan penjurnalan Analisis transaksi diatas: Dalam PSAK 105 Paragraf 19: ”Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang.” Pada transaksi diatas BMT Al-Kariim tidak melakukan penjurnalan ketika nasabah tidak mampu mengembalikan sisa pokok angsuran mudharabah. BMT hanya melakukan penjurnalan pada saat menerima kas dari nasabah. Maka transaksi diatas tidak sesuai dengan PSAK 105: Paragraf 19, jurnal yang seharusnya dibuat BMT Al-Kariim pada saat Bapak Ahmad tidak membayar angsuran pokok adalah: Rekening Debet Kredit Dr. Piutang investasi mudharabah jatuh tempo Rp.20.000.000 Cr. Investasi mudharabah Rp.20.000.000 Jadi ketika Bapak Ahmad membayar pokok, jurnal yang harus dibuat BMT: Rekening Debet Kredit Dr. KasRekening nasabah Rp.20.000.000 Cr. Piutang investasi mudharabah jatuh tempo Rp.20.000.000 89

3. BMT EL-Syifa