Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
3. Mendeskripsikan bentuk perubahan fonem vokal dan konsonan yang
dijumpai kedalam bentuk data. 4.
Menganalisis bentuk perubahan fonem vokal dan konsonan dalam data tersebut.
BAB II PROSES MORFOLOGI DAN PROSES MORFOFONEMIK
2.1 Pengertian Morfologi dan Proses Morfologi
Hampir semua bahasa-bahasa yang ada di dunia mempunyai proses pembentukan kata sebagai unsur pembentuk kalimat seperti bahasa Indonesia,
bahasa Jepang, bahasa Inggris, bahasa Jerman, dan lain-lain. Bahasa-bahasa ini mempunyai afiks, baik itu berupa awalan, akhiran maupun sisipan sebagai unsur
pembentuk kata. Proses pembentukan kata dikaji dalam bidang morfologi. Ilmu bahasa yang menyelidiki peristiwa-peristiwa mengenai seluk-beluk
bentuk kata terhadap fungsi dan arti kata adalah morfologi Wirjosoedarmo, 1985 : 92 . Kemudian, Ramlan dalam Hendry Guntur Tarigan 1986 : 4
mengatakan bahwa morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi
gramatikal maupu n fungsi semantik. Jadi, dalam morfologi mencakup tentang kata, bagian – bagian kata, dan kajian kata.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Satuan ujaran yang mengandung makna leksikal atau gramatikal yang turut serta dalam pembentukan kata atau yang rnenjadi bagian dari kata disebut
morfem. Berdasarkan potensinya untuk dapat berdiri sendiri dalam suatu tuturan,
rnorfem dibedakan terdiri dari :
1. Morfem terikat, yaitu : morfem yang tidak mempunyai potensi untuk
berdiri sendiri, sehingga harus selalu hadir dengan rnengikatkan dirinya dengan morfem bebas lewat proses morfologis atau proses pembentukan
kata. 2.
Morfem bebas, yaitu : morfem yang secara potensial mampu berdiri sendiri sebagai kata dan secara gramatikal menduduki satu fungsi dalam
kalimat. Dalam bahasa Indonesia morfem bebas disebut juga kata dasar. Satuan
ujaran seperti buku, kantor, arsip, uji, ajar, kali, pantau, dan liput rnerupakan morfem bebas atau kata dasar; sedang me-, pe-, -an, ke – an, di- merupakan
morfem terikat. Sebuah morfem, jika bergabung dengan morfem lain, sering mengalami
perubahan. Misalnya, morfem terikat me- dapat berubah menjadi men-, mem-, meny-, menge-, dan menge- sesuai dengan lingkungan yang dimasuki.
Proses morfologis adalah proses pembentukan kata dari suatu bentuk dasar menjadi suatu bentuk jadian. Proses ini , meliputi afiksasi pengimbuhan,
reduplikasi pengulangan, dan komposisi pemajemukan . Kata dasar adalah kata yang belum berubah, belum mengalami proses
morfologis, baik berupa proses penambaban imbuhan, proses pengulangan, rnaupun proses pemajemukan.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Bentuk dasar adalah bentuk yang menjadi dasar dalam proses morfologis, dapat berupa kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan dapat pula berupa kata
majemuk Istilah morfologi dalam bahasa Jepang disebut dengan
檍獸 ‘keitairon’.
Sutedi 2003 : 6 mengatakan, Morfologi 檍獸
‘keitairon’ adalah ilmu yang mengkaji tentang jenis-jenis dan proses pembentukan kata dalam suatu bahasa.
Proses pembentukan kata disebut juga dengan proses morfologi atau proses morfologis.
Proses morfologis adalah cara pembentukan kata – kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lainnya, atau proses
penggabungan morfem-morfem menjadi kata Samsuri, 1980 : 190 . Proses morfologis dalam bahasa Jepang disebut dengan istilah
檍癩 ‘
gokeisei ‘.
2.2 Jenis- Jenis Proses Morfologi