Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai
sarana untuk berinteraksi dengan orang lain sehingga terjalin sebuah komunikasi. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer dan konvensional yang
digunakan para kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri Kridalaksana dalam Abdul Chaer, 2007 : 32 . Sebagai
alat komunikasi, bahasa merupakan hal yag tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia itu sendiri. Melalui bahasa, manusia dapat mengemukakan atau
menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain. Ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada
seseorang, baik secara lisan maupun secara tulisan, orang tersebut bisa menangkap apa yang yang kita maksud, tiada lain karena dia memahami makna
yang dituangkan melalui bahasa tersebut. Jadi, fungsi suatu bahasa merupakan media untuk menyampaikan dentatsu suatu makna kepada seseorang baik
secara lisan maupun secara tertulis. Dedi Sutedi, 2003 : 2 Mengingat betapa pentingnya peranan bahasa yaitu baik sebagai sarana
untuk berkomikasi, untuk berinteraksi, untuk beradaptasi, dan yang paling penting adalah sarana untuk memahami orang lain. Maka banyak orang yang mempelajari
bahasa dari bangsa-bangsa lain atau yang lebih sering disebut dengan bahasa asing, terutama dari bangsa-bangsa yang telah maju dan mempunyai pengaruh dalam
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
dunia internasional, seperti Amerika, Inggris, Jerman, Jepang, dan lain-lain. Tujuannya tiada lain adalah untuk memahami orang lain dalam berkomunikasi
dan berinteraksi. Dewasa ini bahasa Jepang menjadi bahasa asing yang banyak diminati
oleh orang Indonesia, baik pelajar, mahasiswa, atau siapa saja yang memang tertarik dengan bahasa Jepang. Dalam kepentingan selanjutnya, bahasa Jepang
dipelajari sebagai ilmu bahasa yang digunakan untuk studi di Jepang atau sebagai pengantar bahasa pada perusahaan-perusahaan Jepang yang ada diluar negara
Jepang. Untuk mempermudah dan memperlancar pemahaman dan pengusaan
bahasa Jepang, yang merupakan bahasa asing, maka perlu untuk memahami atau minimal mengetahui tentang linguistik bahasa Jepang. Linguistik bahasa Jepang
disebut dengan 荳袿
嶌 ‘Nihon go-gaku’, artinya ilmu bahasa Jepang. Dedi
Sutedi, 2003 : 2 Dalam linguistik bahasa Jepang
荳 袿 嶌
’Nihon go-gaku’ , yang dikaji bisa berupa kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada
bagaimana bahasa diperoleh, serta bagaimana sosio-kultural yang mempengaruhi masyarakat pengguna bahasa tersebut. Dalam linguistik bahasa Jepang Nihon
go-gaku akan melahirkan berbagai cabang linguistik, diantaranya adalah Fonetik 呵 嶌
’onseigaku’ , fonologi ’on-in-ron’ , morfologi
檍 獸 ’keitairon’ , sintaksis
’tougoron’ , semantik 牀帽
’imiron’ , pragmatik
殤 詹
’goyouron’ , sosio-linguistik 善
嶌 ’shakai
gengogaku’ dan lainya. Dedi Sutedi, 2003 : 6
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
- Fonetik
呵 嶌 ’Onseigaku’ yaitu : ilmu yang mengkaji tentang
bagaimana bunyi bahasa dihasilkan, bagaimana bunyi tersebut bisa sampai pada telinga seseorang, serta bagaimana orang tersebut memahaminya.
- Fonologi
’On-inron’ yaitu : ilmu yang mengkaji tentang fonem-fonem dan aksen suatu bahasa.
- Morfologi
檍獸 ’Keitairon’ yaitu : ilmu yang mengkaji tentang jenis-
jenis dan proses pembentukan kata dalam suatu bahasa. -
Sintaksis ’Tougoron’ yaitu : ilmu yang mengkaji tentang
struktur kalimat atau kaidah-kaidah yang mengatur suatu kalimat dalam suatu bahasa.
- Semantik
牀帽 ’Imiron’ yaitu : ilmu yang mengkaji tentang makna
kata, frase, dan klausa dalam suatu kalimat. -
Pragmatik 殤詹
’Goyouron’ yaitu : ilmu yang mengkaji makna bahasa dihubungkan dengan situasi dan kondisi pada saat bahasa tersebut
digunakan. -
Sosio-linguistik 善
嶌 ’Shakai gengogaku’ yaitu : salah satu
cabang linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dengan masyarakat pemakai bahasa tersebut.
Selain cabang-cabang linguistik di atas, ada yang disebut dengan morfofonemik. Morfofonemik adalah gabungan dua cabang linguistik, yaitu
morfologi dan fonologi. Ramlan dalam Hendry Guntur Tarigan 1986 : 27 mengatakan bahwa morfofonemik adalah ilmu yang mempelajari perubahan-
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain.
Pendapat ini juga sesuai dengan pendapat Kridalaksna 2007 : 183 yang mengatakan bahwa proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang terjadi
karena pertemuaan morfem dengan morfem. Atau morfofonemik adalah peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologi, yaitu : ketika morfem
dengan morfem digabungkan sering menimbulkan perubahan fonem. Proses morfofonemik dalam Bahasa Indonesia hanya terjadi dalam
pertemuaan realisasi morfem dasar morfem dengan realisasi afiks morfem , baik prefiks, sufiks, infiks, maupun konfiks Kridalaksana, 2007 : 183 . Jadi,
seperti yang tampak dari namanya, morfofonemik adalah gabungan dari dua bidang studi yaitu morfologi dan fonologi atau morfologi dan fonemik.
Dalam bahasa Jepang, morfofonemik disebut dengan 檍 獸 貢 誓 蠡
‘igyoutai no koutai’ atau 檍獸
‘keitai on inron’ Koizumi, 1993 : 100 . Bidang kajiaan morfofonemik ini meskipun biasanya dibahas dalam tataran
morfologi, tetapi sebenarnya lebih banyak menyangkut masalah fonologi. Namun walaupun demikian, kajiaan tentang morfofonemik ini tidak dibicarakan dalam
tataran fonologi karena masalahnya baru akan muncul dalam kajiaan morfologi, terutama dalam proses afiksasi, reduplikasi dan komposisi.
Pada proses afiksasi bahasa Indonesia, misalnya perfiks me-, dalam linguistik biasanya disimbolkan dengan {meN-} atau {meN- },
akan berubah bentuk menjadi mem-, men-, meny-, meng-, menge-, atau tetap me-,
sesuai dengan kondisi morfem yang mengikutinya.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Menurut Koizumi 1993 : 95 afiksasi bahasa Jepang disebut dengan 籬
’setsuji’ dan terbagi 3, yaitu : prefiks 籬
‘settouji’ , sufiks 籬悃
‘setsubiji’ , dan infiks 籬腎
‘setsuchuuji’ . Dalam afiksasi bahasa Jepang, misalnya jika prefiks o- ditambahkan pada kata yang diawali fonem s, maka
fonem s tersebut akan berubah menjadi fonem j. Contohnya, prefiks o- + -
shika s ojika.
Pada proses reduplikasi bahasa Jepang, fonem awal suku kata kedua dari kata dasarnya akan berubah dengan menambahkan nigori pada suku kata kedua
tersebut. Misalnya, kuni- + -kuni s kuniguni. Menurut Koizumi 1993 :
108 , Reduplikasi dalam bahasa Jepang disebut ’juufuku’. Kemudian pada
proses komposisi bahasa Jepang, misalnya ame- + -kasa s amagasa.
Komposisi bahasa Jepang disebut 遍
‘fukugougo’ Koizumi,1993: 94 . Jadi, perubahan fonem yang terjadi dalam proses afiksasi, reduplikasi, dan
komposisi tersebut akan dijumpai dalam bidang kajian morfofonemik. Menurut Suzuki 1975 : 80 bahwa dalam bahasa Jepang, perubahan
fonem dalam proses morfofonemik ada 6, yaitu : 1.
On in datsuraku elipsis pelesapan fonem 2.
On in shukuyaku kontraksi penyingkatan fonem 3.
On in koutai disimilasi perubahan fonem 4.
On in tenkan pergeseran fonem 5.
On in tenka penambahan fonem 6.
On in yuugou asimilasi peleburan fonem Perubahan fonem
誓蠡 ‘on in koutai’ bahasa Jepang dalam proses
morfofonemik seperti yang terjadi dalam proses afiksasi, reduplikasi,maupun
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
komposisi seperti contoh diatas cukup menarik untuk diteliti karena fonem yang berubah itu bisa terjadi pada fonem vokal dan fonem konsonan. Oleh karena itu,
dalam skripsi ini penulis tertarik untuk meneliti apakah perubahan fonem tersebut terjadi pada semua fonem vokal dan fonem konsonan. Misalnya, seperti pada
contoh komposisi diatas, yaitu :
ame- + -kasa s amagasa
Apakah setiap fonem vokal e akan berubah menjadi fonem vokal a dan fonem konsonan k akan berubah menjadi fonem konsonan g. Kemudian
bagaimana dengan perubahan fonem vokal dan konsonan lainnya, apakah perubahan fonem yang terjadi tersebut dapat dipedomani atau dapat dijadikan
sebagai acuan atau tidak. Hal ini merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Dalam bahasa Indonesia perubahan fonem yang ada seperti pada bahasa
Jepang ini tidak dapat dijadikan pedoman acuan. Misalnya, pada proses reduplikasi dengan perubahan morfem yang mengalami perubahan vokal,
contohnya : gerak-gerik, dan perubahan konsonan, contohnya : sayur-mayur. Jika misalnya salak adalah kata dasarnya, maka jika sudah mengalami proses
reduplikasi, tidak bisa menjadi salak-malak. Jadi, jika fonem dasarnya s, bentuk reduplikasinya ada yang berubah
menjadi fonem m dan ada yang tidak. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa perubahan fonem yang terjadi pada proses reduplikasi dalam bahasa Indonesia
tidak dapat dijadikan pedoman acuan.
1.2 Perumusan Masalah