Pasangan Berdampingan Konteks Konsep Pragmatik

Maharani: Tindak Tutur Percakapan pada Komik Asterix, 2007. USU Repository © 2009 Nilai rapotmu bagus sekali bermakna dasar, sebuah rapot bernilai bagus. Prinsip koperatifnya di sini dijalankan karena si pembicara menyatakan sesuai dengan tujuan pembicara itu. Dari segi evaluatifnya dapat dikatakan sebagai berikut: Si pembicara menyatakan sesuatu dengan terang dan jelas dan ini biasanya mempunyai makna dibaliknya. Di sini konteksnya dan penuturnya memegang peranan untuk menyatakan nilai evaluatifnya. Kalau yang menyatakan itu adalah orang tuanya kepada anaknya yang menunjukkan rapotnya dan air muka orang tuanya itu kelihatan tidak jernih, maka jelas daya ilokusi pernyataan itu adalah kekesalan. Kesimpulan ini menentukan bagaimana respon si pendengar atau anak yang mempunyai rapot tersebut. Ia mungkin akan menyatakan bahwa guru-gurunya tidak jujur atau mungkin juga Cuma merasa sedih atau mungkin juga ia akan menangis, atau ia akan mengatakan bahwa ia telah berusaha sekuat mungkin. Dan inilah nilai perlokusi.

1.5.2.2 Pasangan Berdampingan

Richard 1995: 11 menyebutkan bahwa suatu cara untuk mengomunikasikan dan menginterpretasikan makna adalah dengan menggunakan pasangan berdampingan. Menurutnya pasangan berdampingan adalah ujaran kedua diidentifikasikan dalam hubungannya dengan ujaran pertama karena diharapkan ujaran kedua tersebut merupakan kelanjutan dari yang pertama Kridalaksana, 2001: 156. Coulthard 1977, dalam Richard 1995: 11 melihat pasangan berdampingan ini sebagai unit struktural dasar dalam percakapan. Ada delapan pola psangan berdampingan yang diajukan oleh Coulthard dalam Richard, 1995: 11-12. Pola-pola tersebut meliputi pola sapaan-sapaan, panggilan-jawaban, keluhan-bantahan, keluhan-permohonan maaf, permintaan- pemersilahan, permintaan informasi-pemberian, penawaran-penerimaan, dan Maharani: Tindak Tutur Percakapan pada Komik Asterix, 2007. USU Repository © 2009 penawaran-penolakan. Namun dalam kasus-kasus tertentu, bukan tidak mungkin muncul pola yang berbeda dengan pola yang ditawarkan Coulthard tersebut.

1.5.2.3 Konteks

Dell Hymes 1972, dalam Chaer, 1995: 62, seorang pakar sosiolinguistik terkenal mengatakan bahwa suatu peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen, yang bila huruf-huruf pertamanya dirangkaikan menjadi akronim SPEAKING. Kedelapan komponen itu adalah: S = Setting and Scene P = Paticipants E = Ends: Purpose and goal A = Act sequence K = Key: tone or spirit of act I = Instrumentalities N = Norms of interactions and interpretation G = Genres Setting and scene. Di sini setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu, atau situasi psikologis pembicaraan. Waktu, tempat, dan situasi tuturan yang berbeda dapat menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda. Berbicara di lapangan sepak bola pada waktu ada pertandingan sepak bola dalam situasi yang ramai tentu berbeda dengan pembicaraan di ruang perpustakaan pada waktu banyak orang membaca dan dalam keadaan sunyi. Di lapangan sepak bola kita bisa berbicara keras-keras, tapi di ruang perpustakaan harus seperlahan mungkin. Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima pesan. Maharani: Tindak Tutur Percakapan pada Komik Asterix, 2007. USU Repository © 2009 Dua orang yang bercakap-cakap dapat berganti peran sebagai pembicara dan pendengar, tetapi dalam khotbah di mesjid, khotib sebagai pembicara dan jemaah sebagai pendengar tidak dapat bertukar peran. Status sosial partisipan sangat menentukan ragam bahasa yang digunakan. Misalnya, seorang anak akan menggunakan ragam atau gaya bahasa yang berbeda bila berbicara dengan orang tuanya atau gurunya bila dibandingkan kalau dia berbicara terhadap teman-teman sebayanya. Ends, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Peristiwa tutur yang terjadi di ruang pengadilan bermaksud untuk menyelesaikan suatu kasus perkara, namun, para partisipan di dalam peristiwa tutur itu mempunyai tujuan yang berbeda. Jaksa ingin membuktikan kesalahan terdakwa, pembela berusaha membuktikan bahwa terdakwa tidak bersalah, sedangkan hakim berusaha memberikan keputusan yang adil. Dalam peristiwa tutur di ruang kuliah linguistik, dosen yang cantik itu berusaha menjelaskan materi kuliah agar dapat dipahami mahasiswanya, namun, barangkali di antara para mahasiswa itu ada yang datang hanya untuk memandang wajah ibu dosen yang cantik itu. Act sequence, mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya, dan hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan. Bentuk ujaran dalam kuliah umum, dalam percakapan biasa, dan dalam pesta adalah berbeda. Begitu juga dengan isi yang dibicarakan. Key, mengacu pada nada, cara, dan semangat di mana suatu pesan disampaikan: dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan sombong, dengan mengejek, dan sebagainya. Hal ini dapat juga ditunjukkan dengan gerak tubuh dan isyarat. Maharani: Tindak Tutur Percakapan pada Komik Asterix, 2007. USU Repository © 2009 Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon. Instrumentalities ini juga mengacu pada kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, ragam dialek, atau register. Norm of Interaction and Interpretation, mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi. Misalnya, yang berhubungan dengan cara berinterupsi, bertanya, dan sebagainya. Juga mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran dari lawan bicara. Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah, doa, dan sebagainya. Dari yang dikemukakan Hymes itu dapat kita lihat betapa kompleksnya terjadinya peristiwa tutur yang kita lihat, atau kita alami sendiri dalam kehidupan kita sehari-hari. Maharani: Tindak Tutur Percakapan pada Komik Asterix, 2007. USU Repository © 2009

BAB II TINDAK TUTUR PERCAKAPAN PADA KOMIK

ASTERIX Menemukan Tindak Lokusi, Ilokusi, Perlokusi Setelah data terkumpul maka akan ditemukan jenis-jenis tindak tutur dalam komik Asterix yakni sebagai berikut: Contoh 1. Data Percakapan 2 1 Asterix : Lho...Mereka itu adalah penandu-penandu Abraracourcix pemimpin kita 2 Penandu 1 : Kami dipecat, padahal paginya dia begitu riang gembira bahkan sempat menikmati cuaca segala... 3 Penandu 2 : Karena itu pulalah kami melongok ke belakang untuk melihat langit... 4 Penandu 1 : Persis pada saat kami berdua mau kembali pemimpin kita itu tidak ada lagi di atas perisai tandu... 5 Penandu 2 : Salah sendiri kalau dia merasa tidak puas dengan kami berdua Yah apa boleh buat, kami kena PHK... Tabel 1. Jenis-jenis Tindak Tutur yang terdapat pada Percakapan 2 Tuturan Tindak Lokusi Ilokusi Perlokusi 1 2 3 4 Asterix menunjukkan menginformasikan tentang penandu- penandu Abraracourcix. Para penandu tersebut diberhentikan dari pekerjaannya sebagai penandu Sang Pemimpin. Para penandu tersebut terkejut dan memandang langit Ketika para penandu itu ‘memberitahukan tentang penandu- penandu Abraracourcix’ ‘memberitahukan tentang pemecatan mereka sebagai penandu Sang Pemimpin’ ‘para penandu merasa heran atas keputusan Pemimpin’ ‘menceritakan perihal Muncul pada tuturan 2 dengan memberikan keterangan. Muncul pada tuturan 3 dengan memberikan tambahan keterangan atas pemecatan tersebut. Muncul pada tuturan 4 dengan memberikan keterangan tambahan. Muncul pada tuturan