Maharani: Tindak Tutur Percakapan pada Komik Asterix, 2007. USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1
Latar Belakang
Sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada, masyarakat umum khususnya para generasi muda harus memiliki minat baca yang tinggi. Hal ini
bertujuan agar mereka mampu mengembangkan pola pikir serta dapat dengan mudah mencerna berbagai informasi yang disampaikan. Alat yang umumnya digunakan
untuk meningkatkan minat baca para generasi muda adalah dengan membuat berbagai media tulisan yang mampu menarik perhatian mereka misalnya komik.
Sebagai salah satu media tulisan, istilah komik sudah tidak asing lagi. Komik dianggap sebagai media yang mampu menarik minat baca para generasi muda karena
isi dari komik tersebut mudah dicerna dan umumnya memuat cerita yang lucu Setiawan dalam Sobur, 2004: 137, dan memberi nasihat kepada pembacanya. Selain
itu, komik juga dapat mengajak para pembacanya untuk ikut atau merasakan situasi yang disampaikan penulis melalui cerita yang dibuatnya. Dengan demikian, para
pembaca terdorong untuk mengetahui kelanjutan maksud dari cerita tersebut. Seperti halnya buku, komik sebagai media tulisan juga dapat mengembangkan
wawasan, daya tanggap serta kreativitas pembaca. Kita mengetahui buku dan komik tidak jauh berbeda, dikatakan demikian karena buku dan komik sama-sama
merupakan wacana tulisan. Wacana dapat diartikan sebagai satuan bahasa terlengkap. Dalam hirarki gramatikal wacana merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.
Wacana direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh novel, buku, sari
Maharani: Tindak Tutur Percakapan pada Komik Asterix, 2007. USU Repository © 2009
ensiklopedia, dan sebagainya, paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap Kridalaksana dalam Wijana, 2003: 37.
Dengan demikian, perbedaan buku dengan komik hanya terletak pada bentuk dan isinya. Buku yang merupakan wacana tulisan biasanya berbentuk karangan ilmiah
dengan menggunakan kata-kata baku dan sesuai dengan EyD, seperti buku pelajaran buku teks, sedangkan komik yang juga merupakan wacana tulisan tidak harus
menggunakan kata-kata baku karena wacana komik biasanya berbentuk dialog percakapan yang tidak terikat pada norma-norma penulisan ilmiah dan disertai
gambar sebagai pendukung cerita komik tersebut. Kemudian kalau dilihat dari segi isi, buku umumnya mengajak pembaca untuk mengerti dan memahami suatu hal
ilmu yang tidak diketahui sebelumnya sehingga jika membaca buku maka akan menambah ilmu pengetahuan, sedangkan komik umumnya mengajak pembaca untuk
berkomunikasi dan terlibat diantara tokoh-tokoh yang ada pada komik tersebut serta mengajak pembaca untuk mengembangkan imajinasinya.
Awalnya komik dikenal oleh bangsa Perancis sejak tahun 1957 http:id.wikipedia.orgwikikomik, dalam bahasa Perancis tidak ditemukan padanan
yang tepat untuk kata Inggris Comics yang merupakan perwujudan utama dari segala gambar. Karena tidak ada istilah lain, maka digunakan istilah bande dessinee yang
memiliki arti yang sama dengan comics Bonneff, 1998:9. Berdasarkan bentuknya komik dibedakan menjadi dua bentuk yaitu comic-strips dan comic-books. Comic-
strips adalah komik bersambung yang terdapat dalam surat kabar sedangkan comic- books adalah komik yang berbentuk buku yang hanya memiliki satu cerita walaupun
diterbitkan dengan banyak seri Bonneff, 1998: 9. Komik Asterix merupakan comic- books yaitu komik yang berbentuk buku.
Maharani: Tindak Tutur Percakapan pada Komik Asterix, 2007. USU Repository © 2009
Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa komik Asterix juga mempunyai banyak seri yaitu 25 seri yang diterbitkan dengan judul yang berbeda-beda, tetapi
mempunyai kesamaan tokoh dengan maksud peran tokoh utama tidak pernah digantikan yaitu Asterix. Hampir semua seri pada komik Asterix bercerita tentang
petualangan sehingga membuat pembaca tertarik untuk membacanya. Komik Asterix merupakan sebuah komik yang bercerita mengenai petualangan
hidup si Asterix selaku tokoh utama ke berbagai daerah. Asterix Perancis: Ast 院rix
adalah karekter fiksi yang diciptakan pada tahun 1959, sebagai tokoh utama dari sebuah serial komik Perancis karya Rene Gosciny naskah dan Albert Uderzo
gambar. Uderzo melanjutkan serial ini setelah Gosciny meninggal pada tahun 1977. Serial ini telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa bahkan Latin dan Yunani kuno
dan dapat dijumpai di banyak negara di dunia http:id.wikipedia.orgwikiAsterix. Komik ini merupakan terjemahan dari komik Perancis yang paling populer di dunia.
Meskipun demikian, Asterix tidak begitu populer di Amerika dan Jepang yang masing-masing telah memiliki tradisi komik yang kuat. Kunci dari kesuksesan serial
ini mungkin terletak pada ceritanya yang mengandung elemen hiburan untuk segala usia: anak-anak menyukai adegan perkelahian dan kelucuan visualnya, sementara
orang yang lebih dewasa terhibur oleh berbagai parodi dan permainan kata yang diucapkan dalam cerita.
Humor yang dijumpai dalam komik Asterix ini merupakan khas Perancis yang sering mengunakan permainan kata, karikatur, steriotip ringan dari berbagai negara
Eropa kuno dan sejumlah daerah Perancis yang amat spesifik. Akibatnya, proses penerjemahannya ke dalam bahasa lain agak terhambat karena takut kehilangan kesan
humor dan semangat ceritanya.
Maharani: Tindak Tutur Percakapan pada Komik Asterix, 2007. USU Repository © 2009
Selain komik Asterix adapula komik lain yang bercerita tentang petualangan hidup si tokoh utama seperti komik Tin Tin. Berbeda dengan komik lainnya, komik
Asterix bercerita tentang kehidupan Asterix yang hidup sekitar tahun 50 SM di sebuah desa rekaan di tepi pantai Amorik dahulu adalah daerah Galia kuno, sekarang dikenal
sebagai Brittany atau Bretagne dalam bahasa Perancis. Desa ini menjadi istimewa karena merupakan satu-satunya bagian dari Galia yang belum berhasil ditaklukkan
Julius Caesar dan legiun Romawinya. Penduduk desa itu dapat memperoleh kekuatan super dengan meminum ramuan ajaib buatan dukun yang bernama Panoramix. Satu
sisi dari desa Galia ini dilingkupi pantai dan sisanya adalah hutan yang dijaga ketat oleh tentara Romawi yang selalu memata-matai desa
tersebut http:id.wikipedia.orgwikiAsterix.
Penelitian tentang komik sudah pernah dilakukan oleh Marcel Bonneff 1971. Dalam penelitiannya, Bonneff membahas perkembangan komik yang ada di
Indonesia. Penelitiannya ini juga merupakan hasil dari desertasinya, yang memfokuskan penelitian pada tahapan perkembangan komik khususnya di Indonesia.
Dalam penelitiannya itu ia menggambarkan evolusi komik di Indonesia yang dimulai dari kisah perwayangan kisah Mahabarata dan Ramayana yang sangat populer di
kalangan masyarakat Indonesia pada waktu itu. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perkembangan komik Indonesia tersebut tidak lepas dari pengaruh komik
Barat dan komik Cina yang ada di Indonesia pada saat itu. Kemudian dilanjutkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Endah Setia
Rini dengan menggunakan komik Asterix sebagai objek penelitiannya
http:www.apfi-pppsi.comcadence21www.apfi-ppsi.com . Dalam penelitiannya, ia
lebih memusatkan perhatian terhadap permainan kata dari nama-nama tokoh yang terdapat di dalam komik Asterix. Alasannya tertarik untuk meneliti permainan kata
Maharani: Tindak Tutur Percakapan pada Komik Asterix, 2007. USU Repository © 2009
dari nama-nama tokoh di dalam komik tersebut adalah karena di dalam komik Asterix penamaan tokoh berdasarkan dari ciri fisik dari para tokoh dengan menggunakan
bahasa Perancis sehingga terjadi kesulitan dalam mengartikannya. Dengan demikian, para penerjemah mengambil langkah dengan melakukan sedikit perubahan terhadap
nama-nama tokoh tersebut dengan menggunakan campuran bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar para pembaca tetap tertarik dan mendapatkan kesan
humor tidak hanya dari segi wacana yang ada didalamnya tetapi juga dari segi penokohannya.
Contoh:
Penamaan pada tokoh Khurus Khremphenghus dikarenakan tokoh tersebut mempunyai fisik yang kurus kerempeng. Dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa
penerjemah ingin membangkitkan kesan humor serta mempermudah para pembaca untuk mengetahui atau menggambarkan ciri fisik dari tokoh tersebut. Dengan
demikian, dapat dilihat pula bahwa komik Asterix juga mengajak para pembaca untuk mengembangkan daya imajinasinya sewaktu membaca komik tersebut.
Ada banyak hal yang membuat para pembaca tertarik untuk membaca komik tersebut. Karena komik tersebut mampu membangkitkan kesan humor, baik dari segi
gambar, dialog percakapan antar tokoh maupun dari nama-nama para tokohnya. Bentuk percakapan di dalam komik Asterix tidak terlepas dari tindak tutur atau
maksud yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada si pembaca. Dalam menelaah tindak tutur harus benar-benar disadari betapa pentingnya konteks
Maharani: Tindak Tutur Percakapan pada Komik Asterix, 2007. USU Repository © 2009
ucapanungkapan. Teori tindak tutur adalah bagian dari pragmatik, dan pragmatik itu sendiri merupakan bagian dari performansi linguistik.
Teori tindak tuturbahasa seperti yang disebutkan di atas berkembang dan ini dimajukan oleh J.L. Austin. Ia mengatakan bahwa secara analitis dapat dipisahkan
menjadi 3 macam tindak tutur yang terjadi secara serentak: 1 tindak ‘lokusi’ lecutionary act yang mengaitkan suatu topik dengan satu keterangan dalam suatu
ungkapan, serupa dengan hubungan ‘pokok’ dengan ‘predikat’ atau ‘topik’ dan penjelasan dalam sintaksis, 2 tindak ‘ilokusi’ illecutionary act, yaitu pengucapan
suatu pernyataan, tawaran, janji pernyataan dan sebagainya. Ini erat hubungannya dengan bentuk-bentuk kalimat yang mewujudkan suatu ungkapan, dan 3 tindak
‘perlokusi’ perlocutionary act, yaitu hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pasa pendengar sesuai dengan situasidan kondisi pengucapan kalimat
itu. Dalam setiap situasi ujarantutur haruslah ada pihak pembicara penulis dan
pihak penyimak pembaca. Keterangan ini mengandung implikasi bahwa pragmatik tidak hanya terbatas pada bahasa lisan tetapi juga mencakup bahasa tulis. Setiap
situasi tutur atau ucapan tentu mengandung maksud dan tujuan tertentu pula. Dengan kata lain, kedua belah pihak baik pembicara maupun penyimak terlibat dalam suatu
kegiatan yang berorientasi pada tujuan tertentu. Penelitian tentang tindak tutur sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh
Siregar 2003 dan Hasibuan 2005. Dalam penelitiannya, Siregar mengkaji secara teoritis prinsip-prinsip yang berkaitan dengan tindak tutur, pemerolehan tindak tutur
dan siasat kesantunan. Ia juga mengemukakan penggunaan tindak tutur, meskipun terbatas pada enam bentuk tindak tutur, yaitu tindak tutur permohonan, permohonan
maaf, keluhan, pujian, menjawab pujian, dan terima kasih.
Maharani: Tindak Tutur Percakapan pada Komik Asterix, 2007. USU Repository © 2009
Sedangkan Hasibuan 2005 mengkaji perangkat tindak tutur dan siasat kesantunan berbahasa dalam bahasa Mandailing. Ia mengemukakan jenis-jenis tindak
tutur versi Searly, yaitu representatif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. Juga dibahas jenis tindak tutur langsung dan tidak langsung. Ia juga mengaitkan tindak
tutur dengan kesantunan bahasa, sama halnya dengan kajian Siregar. Selain tindak tutur, dalam suatu percakapan umumnya dilakukan oleh dua
partisipan yang memiliki dua fungsi yaitu sebagai pembicara dan penyimak. Oleh karena itu, dapat dikatakan dalam sebuah percakapan kedua partisipan itu disebut
dengan pasangan berdampinganbersesuaian. Hal tersebut dapat dilihat pada penelitian mengenai wacana dan percakapan yang telah dilakukan oleh beberapa
peneliti, diantaranya Nasution 2001 dan Arianto 2003. Dalam penelitiannya, Nasution menunjukkan bahwa wacana persidangan
memiliki lima pola pasangan bersesuaian. Kelima pola itu meliputi pola panggilan- jawaban, permintaan-pemersilahan, permintaan informasi- pemberian, penawaran-
penerimaan, dan penawaran-penolakan. Selain itu, ia menyimpulkan bahwa tidak semua pasangan bersesuaian tersebut yang bermakna implikatur. Keempat maksim
dalam prinsip kerja sama juga tidak semuanya diterapkan dalam wacana ini. Berbeda dengan Nasution, Arianto mengarahkan penelitiannya kepada
wawancara kerja. Hasil penelitian ini menunjukkan hal yang hampir serupa dengan penelitian Nasution karena tidak semua maksim dalam prinsip kerja sama dapat
diterapkan. Di samping itu, tidak semua pasangan bersesuaian dalam wacana ini mengandung makna implikatur. Adapun pola pasangan bersesuain yang muncul
dalam wacana ini adalah pola permintaan-pemersilahan, permintaan informasi- pemberian, penawaran-penolakan, dan penawaran-penerimaan.
Maharani: Tindak Tutur Percakapan pada Komik Asterix, 2007. USU Repository © 2009
Pada komik Asterix juga dijumpai pasangan berdampinganbersesuaian. Mengingat bahwa dalam komik Asterix tersebut juga terdapat percakapan, bentuk
percakapan yang terdapat dalam komik Asterix pastilah berbeda dengan bentuk percakapan yang terdapat pada wacana persidangan dan wawancara kerja seperti yang
telah diteliti sebelumnya karena situasi percakapannya juga berbeda. Selain itu, percakapan yang terdapat pada wacana persidangan dan wawancara kerja merupakan
percakapan secara lisan sedangkan percakapan yang terdapat pada komik merupakan percakapan dalam bentuk tulisan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nasution, ia menunjukkan lima pola pasangan berdampinganbersesuaian yang terdapat pada wacana persidangan.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Arianto, ia mengemukakan bahwa ada empat pola pasangan bersesuaian yang terdapat pada percakapan wawancara kerja.
Maka dapat disimpulkan bahwa dalam setiap percakapan selalu memiliki struktur yang berbeda-beda begitu pula yang terdapat dalam percapakan komik Asterix.
Selain melihat dari sudut pandang tindak tutur dan pasangan berdampingan, suatu percakapan dapat diketahui kejelasannya atau dapat dimengerti apabila pembaca
mengetahui konteks dari suatu pembicaraan tersebut. Karena makna kata atau makna suatu kalimat berhubungan dengan konteksnya.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada kesempatan ini peneliti tertarik untuk meneliti tindak tutur percakapan pada komik Asterix.
1.1.2 Masalah
Adapun masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Tindak tutur apa sajakah yang terdapat pada komik Asterix?
2. Bagaimanakah struktur percakapan yang terdapat pada komik Asterix?
Maharani: Tindak Tutur Percakapan pada Komik Asterix, 2007. USU Repository © 2009
1.2 Batasan Masalah