Karakteristik Responden Karakteristik Ibu

4.2. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil wawancara dengan 56 responden, maka diperoleh karakteristik responden seperti pada tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik No. Karakteristik Ibu Jumlah Persentase 1. Umur Ibu : − 21 – 25 tahun − 26 – 30 tahun − 31 – 35 tahun − 36 – 40 tahun 16 17 17 6 28,5 30,4 30,4 10,7 Total 56 100,0 2. Tingkat Pendidikan Ibu: − Rendah SD − Menengah SMP, SMA − Tinggi D-III 27 28 1 48,2 50,0 1,8 Total 56 100,0 3. Status Pekerjaan Ibu: − Bekerja PNS, Petani, Buruh tani − Tidak bekerja Ibu Rumah Tangga 49 7 87,5 12,5 Total 56 100,0 4. Tingkat Pendapatan Keluarga : − Di bawah UMR Rp. 965.000,-bulan − Sesuai dengan UMR Rp. 965.000,-bulan ≥ 32 24 57,1 42,9 Total 56 100,0 5. Jumlah Anggota Keluarga : − Sedikit 5 orang − Banyak 5 oran ≥ g 24 32 42,9 57,1 Total 56 100,0 Berdasarkan hasil wawancara dengan 56 responden, diperoleh sebagian besar ibu 30,4 berumur 26-30 tahun dan 31-35 tahun, hanya 10,7 berumur 36-40 tahun. Berdasarkan jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh, sebagian besar 50,0 tingkat pendidikan ibu menengah SMP, SMA dan hanya 1,8 pendidikan tinggi D-III. Dari hasil wawancara juga diketahui bahwa hanya 12,5 ibu yang tidak bekerja, tetapi jika dilihat dari tingkat pendapatan keluarga, sebagian besar 57,1 tingkat pendapatan keluarga di bawah UMR dan pada umumnya responden memiliki jumlah anggota keluarga banyak yaitu sebesar 57,1. Universitas Sumatera Utara

4.3. Anak

Hasil wawancara dengan 56 ibu yang memiliki anak usia 0-36 bulan diperoleh data usia anak dan pola asuh anak pemberian makan anak, praktek kebersihan, sanitasi lingkungan dan perawatan kesehatan anak yang disesuaikan menurut usia anak serta data status gizi anak yang dilakukan dengan pengukuran langsung pada anak.

4.3.1. Umur Anak Menurut Jenis Kelamin

Dari hasil penelitian diperoleh usia anak menurut jenis kelamin. Dimana jumlah anak berdasarkan usia menurut jenis kelamin tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.2. Usia Anak Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Jumlah No Usia n n n 1. 0-6 bulan 4 57,1 3 42,9 7 100,0 2. 6-9 bulan 3 60,0 2 40,0 5 100,0 3. 9-12 bulan 5 62,5 3 37,5 8 100,0 4. 12-24 bulan 8 53,3 7 46,7 15 100,0 5. 24-36 bulan 10 47,6 11 52,4 21 100,0 Total 30 53,6 26 46,4 56 100,0 Jumlah anak paling banyak pada kelompok usia 24-36 bulan yaitu sebanyak 21 anak, dan secara keseluruhan jumlah perempuan 53,6 lebih banyak daripada laki-laki 46,4.

4.3.2. Pola Asuh

Pola asuh anak pada penelitian ini meliputi praktik pemberian makan, praktek kebersihan, sanitasi lingkungan dan perawatan kesehatan anak. Universitas Sumatera Utara

4.3.2.1. Praktik Pemberian Makan

Pemberian makanan anak bertujuan untuk mendapat zat gizi yang diperlukan tubuh untuk pertumbuhan dan pengaturan faal tubuh. Tabel 4.3. Praktek Pemberian Makan Berdasarkan Usia Anak Pemberian makan Kurang Baik Baik Jumlah No Usia n n n 1. 0-6 bulan 5 71,4 2 28,6 7 100,0 2. 6-9 bulan 2 40,0 3 60,0 5 100,0 3. 9-12 bulan 4 50,0 4 50,0 8 100,0 4. 12-24 bulan 6 40,0 9 60,0 15 100,0 5. 24-36 bulan 8 38,1 13 61,9 21 100,0 Total 25 44,6 31 55,4 56 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 44,6 praktek pemberian makan kurang baik. Persentase praktek pemberian makan kurang baik paling banyak ditemukan pada kelompok usia 0-6 bulan yaitu 71,4 dari 7 anak yang ada pada kelompok tersebut Dalam hal pemberian ASI, pada waktu penelitian ditemukan 2 bayi usia 2 bulan masih diberi ASI saja. Dari hasil observasi diperoleh adanya kebiasaan ibu dalam memberi bayi yang berumur 6 bulan makanan sebagai pengganti ASI seperti air gula dan teh manis, demikian juga pada usia 6 bulan diberi makanan yang tidak sesuai dengan kelompok umurnya, seperti dalam hal pemberian makan anak pada usia 6-9 bulan sudah diberikan makanan lembek yang seharusnya makanan lunak. Demikian juga dengan anak usia 9-12 bulan yang sudah diberi makanan keluarga serta anak usia diatas 12 bulan mengonsumsi makanan dengan jenis makanan yang diberikan setiap hari kurang bervariasi dan tidak mengandung sumber protein hewani. Selain makanan yang dibuat oleh ibu, makanan olahan pabrik yang sering diberikan ≥ Universitas Sumatera Utara kepada anak adalah biskuit dan tidak ada anak yang diberi susu formula dengan alasan harga susu formula mahal.

4.3.2.2. Praktek Kebersihan

Praktek kebersihan memegang peranan penting bagi tumbuh kembang anak. Kebersihan yang kurang akan memudahkan terjadinya gangguan saluran pencernaan seperti diare. Tabel 4.4. Praktek Kebersihan Berdasarkan Usia Anak Praktek Kebersihan Kurang Baik Baik Jumlah No Usia n n n 1. 0-6 bulan 1 14,3 6 85,7 7 100,0 2. 6-9 bulan 2 40,0 3 60,0 5 100,0 3. 9-12 bulan 2 25,0 6 75,0 8 100,0 4. 12-24 bulan 3 20,0 12 80,0 15 100,0 5. 24-36 bulan 7 33,3 14 66,7 21 100,0 Total 15 26,8 41 73,2 56 100,0 Praktek kebersihan anak sudah cukup baik, hal ini diperoleh dari hasil pengamatan pada saat penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar praktek kebersihan anak pada setiap kelompok usia baik. Praktek kebersihan baik paling banyak ditemukan pada usia 0-6 bulan yaitu 85,7 dari 7 anak yang ada pada kelompok usia tersebut. Bagi ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga, semua ibu memandikan anak 2 kali sehari dan mengganti pakaian setiap kali selesai mandi. Dan untuk ibu yang bekerja di ladang, beberapa diantaranya memandikan anak sebelum menitipkan anaknya kepada orang tua si ibu dan memandikannya kembali setelah pulang dari ladang. Demikian juga dengan anak yang ditinggal bersama kakak di rumah yang Universitas Sumatera Utara memandikannya pada pagi dan sore hari. Semua anak yang dimandikan mengunakan sabun mandi. Tetapi hanya beberapa ibupengasuh yang membersihkan kuku anak secara rutin. Masih ada anak dibiarkan bermain di tanah tanpa menggunakan alas kaki. Serta masih ada ibupengasuh yang tidak segera mengganti celana setelah anak buang air kecil atau buang air besar.

4.3.2.3. Praktek Sanitasi Lingkungan

Kebersihan lingkungan sangat penting karena sumber infeksi sangat banyak di sekeliling anak. Oleh karena itu untuk menghindari segala kemungkinan infeksi dan penyakit, maka anak harus diamankan dari serangan penyakit dengan menjaga kebersihan lingkungan. Tabel 4.5. Praktek Sanitasi Lingkungan Berdasarkan Usia Anak Sanitasi Lingkungan Kurang Baik Baik Jumlah No Usia n n n 1. 0-6 bulan 1 14,3 6 85,7 7 100,0 2. 6-9 bulan 2 40,0 3 60,0 5 100,0 3. 9-12 bulan 2 25,0 6 75,0 8 100,0 4. 12-24 bulan 5 33,3 10 66,7 15 100,0 5. 24-36 bulan 6 28,6 15 71,4 21 100,0 Total 16 28,6 40 71,4 56 100,0 Sebagian besar jumlah persentase praktek sanitasi lingkungan pada kategori baik, hal ini dapat dilihat dari praktek sanitasi lingkungan kategori kurang baik dengan persentase tertinggi pada kelompok usia 6-9 bulan yaitu 40,0 dari anak yang ada pada usia tersebut. Ditemukannya praktek sanitasi lingkungan kurang baik, dikarenakan keluarga responden memiliki sosial ekonomi rendah sehingga keluarga tersebut kurang mampu Universitas Sumatera Utara untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan peralatan mandi atau cuci yang cukup untuk dapat melakukan asuh diri pada anak. Tetapi meskipun keluarga memiliki bangunan rumah terkesan sederhana, namun rumah tersebut tergolong bersih, dan mempunyai ventilasi yang cukup.

4.3.2.4. Praktek Perawatan Anak dalam Keadaan Sakit

Praktek perawatan kesehatan anak dalam keadaan sakit adalah salah satu aspek pola asuh yang dapat mempengaruhi status gizi anak. Tabel 4.6. Praktek Perawatan Anak Berdasarkan Usia Anak Perawatan Anak Kurang Baik Baik Jumlah No Usia n n n 1. 0-6 bulan 2 28,6 5 71,4 7 100,0 2. 6-9 bulan 0,0 5 100,0 5 100,0 3. 9-12 bulan 0,0 8 100,0 8 100,0 4. 12-24 bulan 4 26,7 11 73,3 15 100,0 5. 24-36 bulan 7 33,3 14 66,7 21 100,0 Total 13 23,2 43 76,8 56 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh anak dalam memberikan perawatan anak sudah cukup baik, hal ini terlihat dari jumlah perawatan anak yang paling banyak pada kategori baik, bahkan semua anak yang ada pada kelompok usia 6-9 bulan dan 9-12 bulan memiliki perawatan baik. Sebagian besar anak pernah sakit dalam 1 bulan terakhir demam, flu, diare dan ibu langsung membawa anak untuk berobat ke pelayanan kesehatan seperti praktek bidan dan puskesmas pembantu yang ada di lingkungan tersebut. Semua anak mempunyai KMS dan sebagian besar anak telah mendapatkan imunisasi sesuai dengan kelompok umur, tetapi mayoritas anak tidak lagi di bawa ke posyandu untuk Universitas Sumatera Utara menimbang berat badan setelah imunisasi anak lengkap atau pada usia anak di atas 1 tahun.

4.3.3. Status Gizi

Anak yang bergizi baik akan tumbuh sesuai dengan potensi genetisnya namun sebaliknya anak yang kekurangan gizi akan mengalami hambatan dalam pertumbuhannya.

4.3.3.1. Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks Berat Badan Menurut Umur

Berat badan adalah parameter antropometeri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan usia. Hasil pengukuran status gizi anak berdasarkan indeks BBU dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7. Distribusi Status Gizi Anak Berdasarkan Berat Badan Menurut Usia Status Gizi BBU Kurang Normal Jumlah No Usia n n n 1. 0-6 bulan 2 28,6 5 71,4 7 100,0 2. 6-9 bulan 1 20,0 4 80,0 5 100,0 3. 9-12 bulan 2 25,0 6 75,0 8 100,0 4. 12-24 bulan 4 26,7 11 73,3 15 100,0 5. 24-36 bulan 5 23,8 16 76,2 21 100,0 Total 14 25,0 42 75,0 56 100,0 Dari tabel 4.7. dilihat bahwa dari 56 anak yang diteliti diperoleh 14 anak yang gizi kurang. Dimana persentse status gizi kurang tertinggi ditemukan pada kelompok usia 0-6 bulan yaitu 28,6 dari 7 anak. Universitas Sumatera Utara

4.3.3.2. Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks Panjang Badan Menurut Umur

Panjang badan juga merupakan indeks yang paling sensitif untuk mendeteksi adanya perubahan sosial ekonomi. Panjang badan merupakan hasil pertumbuhan secara kumulatif semenjak lahir, oleh karena itu dapat dipakai sebagai gambaran riwayat status gizi masa lampau. Berdasarkan hasil pengukuran PBU, maka status gizi anak dapat dikategorikan seperti pada tabel di bawah ini. Tabel 4.8. Distribusi Status Gizi Berdasarkan Panjang Badan Menurut Usia Status Gizi PBU Pendek Normal Jumlah No Usia n n n 1. 0-6 bulan 0,0 7 100,0 7 100,0 2. 6-9 bulan 0,0 5 100,0 5 100,0 3. 9-12 bulan 0,0 8 100,0 8 100,0 4. 12-24 bulan 2 13,3 13 86,7 15 100,0 5. 24-36 bulan 4 19,0 17 81,0 21 100,0 Total 6 10,7 50 89,3 56 100,0 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari seluruh jumlah anak 56 orang diperoleh status gizi pendek berdasarkan panjang badan menurut umur sebanyak 6 orang. Status gizi pendek tersebut paling banyak ditemukan pada kelompok usia 24-36 bulan yaitu sebanyak 19,0 dari 21 anak.

4.3.3.3. Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks Berat Badan Menurut Panjang Badan

Penentuan status gizi berdasarkan indeks BBPB merupakan penentuan status gizi yang paling akurat bila dibandingkan dengan indeks lainnya, karena BBPB dapat diketahui langsung pada saat pengukuran. Pengakategorian status gizi anak berdasarkan indeks BBPB dapat dilihat pada tabel 4.9. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.9. Distribusi Status Gizi Anak Berdasarkan Berat Badan Menurut Panjang Badan Status Gizi BBPB Kurus Normal Jumlah No Usia n n n 1. 0-6 bulan 1 14,3 6 85,7 7 100,0 2. 6-9 bulan 1 20,0 4 80,0 5 100,0 3. 9-12 bulan 2 25,0 6 75,0 8 100,0 4. 12-24 bulan 4 26,7 11 73,3 15 100,0 5. 24-36 bulan 5 23,8 16 76,2 21 100,0 Total 13 23,2 43 76,8 56 100,0 Dari tabel 4.9. dilihat bahwa dari 56 anak yang diteliti diperoleh 13 anak yang memiliki status gizi kurus berdasarkan berat badan menurut panjang badan. Dimana persentse status gizi kurus tertinggi ditemukan pada kelompok usia 12-24 bulan yaitu 26,7 dari 15 anak.

4.4. Pola Asuh dan Status Gizi Anak Usia 0 – 36 Bulan

Pola asuh anak adalah praktek pengasuhan yang diterapkan kepada anak batita yang berkaitan dengan makanan batita dan pemeliharaan kesehatan. Pola asuh yang diteliti pada penelitian ini meliputi praktek pemberian makan, praktek kebersihan, sanitasi lingkungan dan perawatan anak. Penentuan status gizi dengan menggunakan antropometri yang meliputi indeks BBU, PBU dan BBPB.

4.4.1. Praktek Pemberian Makan dan Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks BBU

Praktek pemberian makan anak merupakan salah satu faktor penting terjadinya gangguan status gizi. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.10. Praktek Pemberian Makan Menurut Usia Anak dengan Status Gizi Berdasarkan Indeks BBU Status Gizi BBU Kurang Normal Jumlah No. Pemberian makan n n n 1. Kurang Baik Usia − 0-6 bulan − 6-9 bulan − 9-12 bulan − 12-24 bulan − 24-36 bulan 2 1 2 4 5 40,0 50,0 50,0 66,7 62,5 3 1 2 2 3 60,0 50,0 50,0 33,3 37,5 5 2 4 6 8 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 2. Baik Usia − 0-6 bulan − 6-9 bulan − 9-12 bulan − 12-24 bulan − 24-36 bulan 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 2 3 4 9 13 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 2 3 4 9 13 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi kurang hanya ditemukan pada anak yang praktek pemberian makannya kurang baik, dimana jumlah anak yang memiliki status gizi kurang paling tinggi pada usia 12-24 bulan 4 orang dan 24-36 bulan 5 orang. 4.4.2. Praktek Kebersihan dan Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks BBU Pemberian makanan pada balita tanpa memperhatikan kebersihan akan meningkatkan risiko balita mengalami infeksi, seperti diare. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.11. Praktek Kebersihan Menurut Usia Anak dengan Status Gizi Berdasarkan Indeks BBU Status Gizi BBU Kurang Normal Jumlah No. Praktek Kebersihan n n n 1. Kurang Baik Usia − 0-6 bulan − 6-9 bulan − 9-12 bulan − 12-24 bulan − 24-36 bulan 1 1 2 3 4 100,0 50,0 100,0 100,0 57,1 1 3 0,0 50,0 0,0 0,0 42,9 1 2 2 3 7 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 2. Baik Usia − 0-6 bulan − 6-9 bulan − 9-12 bulan − 12-24 bulan − 24-36 bulan 1 1 1 16,7 0,0 0,0 8,3 7,1 5 3 6 11 13 83,3 100,0 100,0 91,7 92,9 6 3 6 12 14 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Hanya pada anak usia 6-9 bulan 1 orang dan 24-36 bulan 3 orang yang memiliki status gizi normal meskipun praktek kebersihan kurang baik, sementara pada praktek kebersihan baik diperoleh sebagian besar status gizi anak normal.

4.4.3. Sanitasi Lingkungan dan Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks BBU

Rendahnya sanitasi lingkungan dapat mungkinkan terjadinya kontaminasi oleh mikroba, sehingga meningkatkan risiko atau infeksi yang lain pada balita. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.12. Praktek Sanitasi Lingkungan Menurut Usia Anak dengan Status Gizi Berdasarkan Indeks BBU Status Gizi BBU Kurang Normal Jumlah No. Sanitasi Lingkungan n n n 1. Kurang Baik Usia − 0-6 bulan − 6-9 bulan − 9-12 bulan − 12-24 bulan − 24-36 bulan 1 1 2 4 5 100,0 50,0 100,0 80,0 83,3 1 1 1 0,0 50,0 0,0 20,0 16,7 1 2 2 5 6 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 2. Baik Usia − 0-6 bulan − 6-9 bulan − 9-12 bulan − 12-24 bulan − 24-36 bulan 1 16,7 0,0 0,0 0,0 0,0 5 3 6 10 15 83,3 100,0 100,0 100,0 100,0 6 3 6 10 15 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Dari hasil observasi terhadap praktek sanitasi lingkungan diketahui bahwa sebagian besar status gizi kurang ditemukan pada praktek sanitasi lingkungan yang kurang baik, dimana diperoleh semua anak pada usia 0-6 bulan dan 9-12 bulan memiliki status gizi kurang dan hanya pada anak usia 6-9 bulan yang status gizi normal yaitu sebanyak 50,0 dari 2 anak yang ada. Sementara status gizi kurang pada praktek sanitasi lingkungan baik hanya ada pada anak usia 0-6 bulan yaitu sebanyak 16,7 dari 6 anak yang ada pada kelompok usia tersebut. 4.4.4. Perawatan Anak dan Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks BBU Praktek perawatan anak dalam keadaan sakit merupakan salah satu pola pengasuhan kesehatan yang sangat mempengaruhi tumbuh kembang balita. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.13. Praktek Perawatan Anak Menurut Usia Anak dengan Status Gizi Berdasarkan Indeks BBU Status Gizi BBU Kurang Normal Jumlah No. Perawatan Anak n n n 1. Kurang Baik Usia − 0-6 bulan − 6-9 bulan − 9-12 bulan − 12-24 bulan − 24-36 bulan 2 4 4 100,0 0,0 0,0 100,0 57,1 3 0,0 0,0 0,0 0,0 42,9 2 4 7 100,0 0,0 0,0 100,0 100,0 2. Baik Usia − 0-6 bulan − 6-9 bulan − 9-12 bulan − 12-24 bulan − 24-36 bulan 1 2 1 0,0 20,0 25,0 0,0 7,1 5 4 6 11 13 100,0 80,0 75,0 100,0 92,9 5 5 8 11 14 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada ditemukan praktek perawatan anak yang kurang baik pada usia 6-9 bulan dan 9-12 bulan, dimana semua anak memiliki status gizi kurang pada praktek perawatan anak yang kurang baik yaitu pada usia 0-6 bulan dan 12-24 bulan. Sementara pada praktek perawatan anak yang baik diperoleh status gizi kurang hanya pada anak usia 6-9 bulan 1 orang, 9-12 bulan 2 orang dan 24-36 bulan 1 orang.

4.4.5. Praktek

Pemberian makan Anak dan Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks PBU Menyusui adalah praktek memberikan makanan, kesehatan dan pengasuhan yang terjadi secara bersamaan. Makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi diberikan kepada bayi anak untuk memenuhi kebutuhan gizi yang diberikan mulai umur 6 bulan sampai 24 bulan. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.14. Praktek Pemberian Makan Menurut Usia Anak dengan Status Gizi Berdasarkan Indeks PBU Status Gizi PBU Pendek Normal Jumlah No. Pemberian makan n n n 1. Kurang Baik Usia − 0-6 bulan − 6-9 bulan − 9-12 bulan − 12-24 bulan − 24-36 bulan 2 4 0,0 0,0 0,0 33,3 50,0 5 2 4 4 4 100,0 100,0 100,0 66,7 50,0 5 2 4 6 8 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 2. Baik Usia − 0-6 bulan − 6-9 bulan − 9-12 bulan − 12-24 bulan − 24-36 bulan 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 2 3 4 9 13 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 2 3 4 9 13 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Status gizi pendek hanya ditemukan pada praktek pemberian makan kurang baik yaitu anak usia 12-24 bulan 2 orang dan 24-36 bulan 4 orang, sementara pada praktek pemberian makan baik diperoleh semua anak memiliki status gizi normal berdasarkan indeks PBU. 4.4.6. Praktek Kebersihan dan Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks PBU Hasil penelitian pada praktek kebersihan anak yang diukur melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan status gizi anak berdasarkan indeks panjang badan menurut umur dapat dilihat pada tabel 4.15. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.15. Praktek Kebersihan Menurut Usia Anak dengan Status Gizi Berdasarkan Indeks PBU Status Gizi PBU Pendek Normal Jumlah No. Praktek Kebersihan n n n 1. Kurang Baik Usia − 0-6 bulan − 6-9 bulan − 9-12 bulan − 12-24 bulan − 24-36 bulan 2 3 0,0 0,0 0,0 66,7 42,9 1 2 2 1 4 100,0 100,0 100,0 33,3 57,1 1 2 2 3 7 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 2. Baik Usia − 0-6 bulan − 6-9 bulan − 9-12 bulan − 12-24 bulan − 24-36 bulan 1 0,0 0,0 0,0 0,0 7,1 6 3 6 12 13 100,0 100,0 100,0 100,0 92,9 6 3 6 12 14 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi pendek hanya ditemukan pada praktek pemberian makan kurang baik yaitu anak usia 12-24 bulan 2 orang dan 24-36 bulan 43 orang, sementara pada praktek pemberian makan baik ditemukan status gizi pendek berdasarkan indeks PBU hanya ada pada anak usia 24-36 bulan 1 orang. 4.4.7. Praktek Sanitasi Lingkungan dan Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks PBU Sanitasi lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum juga. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.16. Praktek Sanitasi Lingkungan Menurut Usia Anak dengan Status Gizi Berdasarkan Indeks PBU Status Gizi PBU Pendek Normal Jumlah No. Sanitasi Lingkungan n n n 1. Kurang Baik Usia − 0-6 bulan − 6-9 bulan − 9-12 bulan − 12-24 bulan − 24-36 bulan 2 4 0,0 0,0 0,0 40,0 66,7 1 2 2 3 2 100,0 100,0 100,0 60,0 33,3 1 2 2 5 6 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 2. Baik Usia − 0-6 bulan − 6-9 bulan − 9-12 bulan − 12-24 bulan − 24-36 bulan 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 6 3 6 10 15 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 6 3 6 10 15 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Dari 6 anak usia 24-36 bulan yang sanitasi lingkungannya kurang baik diperoleh 66,7 status gizi pendek dan dari 5 anak usia 12-24 bulan sebanyak 40,0 pendek, sedangkan kelompok usia lainnya tidak ada yang pendek pada sanitasi lingkungan yang kurang baik. Sementara pada sanitasi lingkungan yang baik diperoleh semua anak memiliki status gizi normal berdasarkan indeks PBU.

4.4.8. Praktek

Perawatan Anak dan Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks PBU Salah satu kegiatan perawatan anak adalah dengan memantau pertumbuhan anak di posyandu melalui kegiatan penimbangan anak untuk mendapatkan informasi tentang adanya gangguan pertumbuhan. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.17. Praktek Perawatan Anak Menurut Usia Anak dengan Status Gizi Berdasarkan Indeks PBU Status Gizi PBU Pendek Normal Jumlah No. Perawatan Anak n n n 1. Kurang Baik Usia − 0-6 bulan − 6-9 bulan − 9-12 bulan − 12-24 bulan − 24-36 bulan 2 4 0,0 0,0 0,0 50,0 57,1 2 2 3 100,0 0,0 0,0 50,0 42,9 2 4 7 100,0 0,0 0,0 100,0 100,0 2. Baik Usia − 0-6 bulan − 6-9 bulan − 9-12 bulan − 12-24 bulan − 24-36 bulan 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 5 5 8 11 14 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 5 5 8 11 14 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Dari hasil penelitian diketahui bahwa praktek perawatan anak kurang baik pada usia 9-12 bulan dan 12-24 bulan tidak ditemukan, sementara pada praktek perawatan anak yang kurang baik pada usia 12-24 bulan 2 orang dan 24-36 bulan 4 orang ditemukan status gizi pendek. Sedangkan pada praktek perawatan anak baik diperoleh semua anak memilili status gizi normal.

4.4.9. Praktek Pemberian Makan dan Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks BBPB

Pola asuh yang memadai pada bayi adalah pemenuhan kebutuhan fisik dan biomedis anak terpenuhi secara optimal. Hal ini dilakukan melalui praktek pemberian gizi yang baik yang selanjutnya dapat mengoptimalkan pertumbuhan anak. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.18. Praktek Pemberian Makan Menurut Usia Anak dengan Status Gizi Berdasarkan Indeks BBPB Status Gizi BBPB Kurus Normal Jumlah No. Pemberian makan n n n 1. Kurang Baik Usia − 0-6 bulan − 6-9 bulan − 9-12 bulan − 12-24 bulan − 24-36 bulan 1 1 2 4 5 20,0 50,0 50,0 66,7 62,5 4 1 2 2 3 80,0 50,0 50,0 33,3 37,5 5 2 4 6 8 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 2. Baik Usia − 0-6 bulan − 6-9 bulan − 9-12 bulan − 12-24 bulan − 24-36 bulan 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 2 3 4 9 13 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 2 3 4 9 13 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi kurus hanya ditemukan pada anak yang praktek pemberian makannya kurang baik, dimana persentase anak yang memiliki status gizi kurus paling tinggi pada usia 12-24 bulan 4 orang dan 24-36 bulan 5 orang. Sementara pada praktek pemberian makan baik, diperoleh semua anak memiliki status gizi normal.

4.4.10. Praktek Kebersihan dan Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks BBPB

Pola asuh anak yang dilihat berdasarkan praktek kebersihan anak dan penentuan status gizi dengan menggunakan indek panjang badan menurut umur dapat diliat pada tabel di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.19. Praktek Kebersihan Menurut Usia Anak dengan Status Gizi Berdasarkan Indeks BBPB Status Gizi BBPB Kurus Normal Jumlah No. Praktek Kebersihan n n n 1. Kurang Baik Usia − 0-6 bulan − 6-9 bulan − 9-12 bulan − 12-24 bulan − 24-36 bulan 1 1 2 3 4 100,0 50,0 100,0 100,0 57,1 1 3 0,0 50,0 0,0 0,0 42,9 1 2 2 3 7 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 2. Baik Usia − 0-6 bulan − 6-9 bulan − 9-12 bulan − 12-24 bulan − 24-36 bulan 1 1 0,0 0,0 0,0 8,3 7,1 6 3 6 11 13 100,0 100,0 100,0 91,7 92,9 6 3 6 12 14 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Hanya pada anak usia 6-9 bulan 1 orang dan 24-36 bulan 3 orang yang memiliki status gizi normal meskipun praktek kebersihan kurang baik, sementara pada praktek kebersihan baik diperoleh sebagian besar status gizi anak normal, bahkan hanya anak usia 12-24 bulan 1 orang dan usia 24-36 bulan 1 orang yang memiliki status gizi kurus. 4.4.11. Praktek Sanitasi Lingkungan dan Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks BBPB Sumber infeksi dapat berasalah dari alat permainan dan lingkungan bermain yang kotor. Sehingga penyakit infeksi dapat meningkat apabila sanitasi lingkungan kurang bersih dan hal ini dapat mengganggu kesehatan dan pertumbuhan anak. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.20. Praktek Sanitasi Lingkungan Menurut Usia Anak dengan Status Gizi Berdasarkan Indeks BBPB Status Gizi BBPB Kurus Normal Jumlah No. Sanitasi Lingkungan n n n 1. Kurang Baik Usia − 0-6 bulan − 6-9 bulan − 9-12 bulan − 12-24 bulan − 24-36 bulan 1 1 2 4 5 100,0 50,0 100,0 80,0 83,3 1 1 1 0,0 50,0 0,0 20,0 16,7 1 2 2 5 6 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 2. Baik Usia − 0-6 bulan − 6-9 bulan − 9-12 bulan − 12-24 bulan − 24-36 bulan 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 6 3 6 10 15 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 6 3 6 10 15 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Dari hasil observasi terhadap praktek sanitasi lingkungan diketahui bahwa sebagian besar status gizi kurus ditemukan pada praktek sanitasi lingkungan kurang baik, dimana diperoleh semua anak pada usia 0-6 bulan dan 9-12 bulan memiliki status gizi kurus. Sementara status gizi kurus pada praktek sanitasi lingkungan baik diperoleh semua anak memiliki status gizi normal

4.4.12. Praktek

Perawatan Anak dan Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks BBPB Praktek perawatan anak dalam keadaan sakit seperti memanfaatkan secara baik pelayanan kesehatan yang tersedia dapat juga berdampak pada status gizi anak. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.21. Praktek Perawatan Anak Menurut Usia Anak dengan Status Gizi Berdasarkan Indeks BBPB Status Gizi BBPB Kurus Normal Jumlah No. Perawatan Anak n n n 1. Kurang Baik Usia − 0-6 bulan − 6-9 bulan − 9-12 bulan − 12-24 bulan − 24-36 bulan 1 4 4 50,0 0,0 0,0 100,0 57,1 1 3 50,0 0,0 0,0 0,0 42,9 2 4 7 100,0 0,0 0,0 100,0 100,0 2. Baik Usia − 0-6 bulan − 6-9 bulan − 9-12 bulan − 12-24 bulan − 24-36 bulan 1 2 1 0,0 20,0 25,0 0,0 7,1 5 4 6 11 13 100,0 80,0 75,0 100,0 92,9 5 5 8 11 14 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada diperoleh praktek perawatan anak kurang baik pada usia 6-9 bulan dan 9-12 bulan, dimana semua anak memiliki status gizi kurus pada praktek perawatan anak kurang baik yaitu pada usia 0-6 bulan. Sementara pada praktek perawatan anak yang baik diperoleh status gizi kurus paling banyak ditemukan pada anak usia 9-12 bulan 4 orang dan 24-36 bulan 4 orang. Universitas Sumatera Utara BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Ibu

Pendidikan ibu akan dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan ibu dalam pengasuhan anak yang selanjutnya mempengaruhi keadaan gizi anaknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan ibu pada tingkat rendah yaitu SD 48,2 dan menengah yaitu SMPSMA 50,0. Hal ini sesuai dengan demografi Indonesia yang sebagian besar keluarga miskin mempunyai pendidikan yang rendah. Selain pendidikan, pekerjaan ibu juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak. Dari hasil penelitian diperoleh 12,5 ibu yang tidak bekerja ibu rumah tangga, sementara ibu lainnya bekerja sebagai PNS, petani dan buruh tani, sehingga ibu yang mempunyai pekerjaan akan berkurang waktunya bersama keluarga dan waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan sendiri makanan bagi anaknya berkurang dan akan mempengaruhi status gizi anak tersebut. Jumlah anggota keluarga dan kurang gizi juga mempunyai hubungan yang sangat nyata pada hubungan masing-masing keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak 57,1. Jumlah anggota keluarga yang banyak memperburuk keadaan dan menimbulkan masalah kesehatan lain yang berhubungan dengan ketidakcukupan pangan dan gizi. Universitas Sumatera Utara

5.2. Pola Asuh Anak

Dokumen yang terkait

Gambaran Status Gizi Anak Balita di Tinjau Dari Pola Pengasuhan Pada Ibu Pekerja dan Bukan Pekerja di Desa Buluh Cina Kecamatan Hamparan Perak Tahun 2000

0 44 68

Praktek Pemberian Makan Dan Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan Ditinjau Dari Pekerjaan Ibu Di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan Tahun 2005

1 46 80

Pola Pemberian Makan Dan Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan Di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mula Mula Kabupaten Samosir, Tahun 2010

3 39 79

Praktek Pemberian Makan Dan Status Gizi Anak Usia 0-11 Bulan Di Kabupaten Nias Selatan

3 69 92

Hubungan Status Gizi Balita Dan Pola Asuh Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2006

0 41 93

HUBUNGAN UMUR PENYAPIHAN DAN POLA ASUH MAKAN TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA Hubungan Umur Penyapihan Dan Pola Asuh Makan Terhadap Status Gizi Anak Balita Usia 25-36 Bulan Di Desa Purwosari Kabupaten Wonogiri.

0 8 16

HUBUNGAN UMUR PENYAPIHAN DAN POLA ASUH MAKAN TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA Hubungan Umur Penyapihan Dan Pola Asuh Makan Terhadap Status Gizi Anak Balita Usia 25-36 Bulan Di Desa Purwosari Kabupaten Wonogiri.

0 6 17

PENDAHULUAN Hubungan Umur Penyapihan Dan Pola Asuh Makan Terhadap Status Gizi Anak Balita Usia 25-36 Bulan Di Desa Purwosari Kabupaten Wonogiri.

0 7 6

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Umur Penyapihan Dan Pola Asuh Makan Terhadap Status Gizi Anak Balita Usia 25-36 Bulan Di Desa Purwosari Kabupaten Wonogiri.

0 7 4

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-3 TAHUN DI DESA NOGOTIRTO GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-3 TAHUN DI DESA NOGOTIRTO GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA - DIGILIB UNISAYOGYA

0 1 9