5.2. Pola Asuh Anak
Menurut Engle 1997, pola asuh adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan dalam memenuhi kebutuhan fisik,
mental, dan sosial dari anak yang sedang tumbuh. Berdasarkan pengamatan di lapangan pada saat penelitian diperoleh bahwa keluarga miskin dalam melakukan
pola asuh terhadap bayi yang disesuaikan dengan kelompok usia cenderung kurang baik khususnya dalam praktek pemberian makan. Hal ini diakibatkan kesibukan ibu
dalam melakukan pekerjaan, dimana ibu yang status pekerjaanya sebagai ibu rumah tangga biasanya ikut serta membantu suami yang bekerja sebagai petani, sehingga
tidak mempunyai waktu yang cukup dalam mengurus bayi terutama dalam pemberian makan.
Praktek pemberian makan yang tidak baik sebagian besar ditemukan pada ibu yang bekerja, sedangkan bagi ibu yang tidak bekerja ibu memberi makan anak
dengan teratur. Tetapi kesulitan makan yang dimiliki pada anak sudah menjadi masalah yang sering dihadapi di masyarakat, namun hal ini kurang diperhatikan oleh
ibu terutama bagi ibu yang bekerja dengan jarang membujuk anak jika anak tak mau makan.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa ibu yang bekerja sebagai buruh tani, sebagian besar menitipkan anaknya pada orang tua si ibu bagi ibu yang
tinggalberdekatan dengan orangtuanya, dan sebagian lagi dibawa ke tempat kerja jika jaraknya tidak jauh, dan ada juga ditinggal di rumah bersama kakaknya.
Sehingga dengan kondisi tersebut mengharuskan ibu untuk memberi makan anak
Universitas Sumatera Utara
pada usia 6 bulan dan bentuk makanan tidak sesuai dengan umur. Ini disebabkan karena ibu sering menyuapi anak dengan makanan yang sudah dikunyah oleh ibu.
Pola asuh anak menurut praktek kebersihan dan sanitasi lingkungan berada dalam kategori baik pada setiap kelompok usia anak. Berdasarkan hasil pengamatan
pada keluarga yang memiliki praktek kebersihan dan sanitasi lingkungan baik ditemukan lingkungan tempat tinggal keluarga tersebut umumnya bersih walaupun
bagunan rumah terkesan sederhana, mempunyai ventilasi, jamban dan air bersih. Dalam hal hygiene, ibu memandikan anak 2 kali sehari dan mencuci tangan sebelum
makan, tetapi ibu jarang membersihkan kuku anak. Keluarga yang melakukan pola asuh tidak baik khususnya dalam praktek
kebersihan anak dan sanitasi lingkungan dikarenakan daerah tersebut merupakan desa tertinggal yang sebagain besar penduduknya memiliki sosial ekonomi rendah
sehingga masih ada keluarga yang tidak memiliki sarana air bersih dan peralatan mandi atau cuci yang cukup untuk dapat melakukan asuh diri pada anak.
Sulistijani 2001 mengatakan bahwa lingkungan yang sehat perlu diupayakan dan dibiasakan, tetapi tidak dilakukan sekaligus, harus perlahan-lahan dan terus
menerus. Lingkungan sehat terkait dengan keadaan bersih, rapi dan teratur. Oleh karena itu, anak perlu dilatih untuk mengembangkan sifat-sifat sehat seperti mandi 2
kali sehari, cuci tangan sebelum dan sesudah makan, makan teratur 3 kali sehari, menyikat gigi sebelum tidur, membuang sampah pada tempatnya dan buang air kecil
pada tempatnya. Pola asuh anak menurut perawatan anak dalam keadaan sakit, berada dalam
kategori baik pada setiap kelompok usia. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan
Universitas Sumatera Utara
bahwa umumnya anak mempunyai KMS dan kebanyakan ibu tidak teratur membawa anaknya ke posyandu tetapi immunisasi anak sebagian besar lengkap. Ini
menunjukkan ibu tidak lagijarang membawa anak ke posyandu setelah imunisasi anak lengkap. Kebanyakan anak pernah sakit dalam 1 bulan terakhir demam, flu,
diare dan jika anak sakit umumnya ibu langsung membawa anak berobat dan sarana pelayanan kesehatan yang sering dikunjungi ibu adalah praktek bidanpuskesmas
pembantu yang ada di lingkungan tersebut dan sebagian besar ibu tidak mempunyai persediaan obat di rumah. Jika tidak, ibu mengobati sendiri dengan obat yang dibeli
di warung. Sebagian besar ibu pernah memperoleh informasipenyuluhan kesehatan anak pada saat posyandu.
Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari orangtua, yaitu dengan cara segera membawa anaknya yang sakit ke tempat pelayanan kesehatan yang terdekat
Soetjiningsih, 1995. Masa bayi dan balita sangat rentan terhadap penyakit, seperti flu, diare, bronkhitis, atau penyakit infeksi lainnya. Jika anak sering menderita sakit
dapat menghambat atau mengganggu proses tumbuh kembangnya. Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa walaupun kebanyakan ibu
bekerja sebagai buruh tani, tetapi mereka masih mampu menerapkan pola asuh yang baik di dalam keluarga. Hal ini dapat disebabkan karena ibu sering mendapat
informasi kesehatan melalui penyuluhan di posyandu di mana posyandu di lingkungan ini teratur pelaksanaannya. Faktor lain mungkin disebabkan karena ibu
yang bekerja sebagai buruh tani yang tidak tetap, tidak setiap hari bekerja sehingga waktu untuk anak banyak dan pendidikan ibu sebagian besar 50,0 adalah tamatan
SLTPSLTA sehingga ibu lebih mudah menyerap apa yang dilihat dan didengarnya.
Universitas Sumatera Utara
5.3. Pola Asuh dan Staus Gizi Anak