BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Susu Ibu ASI
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam- garam organik yang desekresi oleh kedua belah payudara ibu, sebagai makanan
utama bagi bayi Soetjiningsih, 1997. ASI bukan minuman, namun ASI merupakan satu-satunya makanan tunggal
paling sempurna bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan bayi. Selain itu, secara alamiah ASI dibekali enzim pencerna
susu sehingga organ pencernaan bayi mudah mencerna dan menyerap gizi ASI. Sistim pencernaan bayi usia dini belum memiliki cukup enzim pencerna makanan,
oleh karena itu berikan pada bayi ASI saja hingga usia 6 bulan, tanpa tambahan minuman atau makanan apapun Arief, 2009.
Kandungan zat gizi ASI yang sempurna membuat bayi tidak akan kekurangan gizi tetapi, makanan ibu harus bergizi guna mempertahankan kuantitas dan kualitas
ASI. Memberikan susu formula sebelum bayi berusia 6 bulan akan meningkatkan risiko diare, dan sudah pasti memboroskan dana rumah tangga karena harga susu
formula tidak murah Arif, 2009.
2.1.1 Pengertian ASI Eksklusif
Yang dimaksud dengan ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi umur 0-6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh,
air putih, dan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi
Universitas Sumatera Utara
tim. Setelah bayi berumur 6 bulan, bayi harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai usia 2 tahun Roesli, 2009.
2.1.2 Pembentukan Air Susu
Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing-masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu: refleks prolaktin dan
refleks let down. Refleks prolaktin : prolaktin berperan untuk membuat kolostrum menjelang
akhir kehamilan, namun jumlah kolostrum terbatas karena, prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya tinggi. Setelah partus estrogen dan
progesteron berkurang, ditambah dengan adanya isapan bayi yang merangsang hipotalamus menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin
dan merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang adenohipofise hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon
prolaktin ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Pada ibu menyusui, prolaktin akan meningkat dalam keadaan stres atau pengaruh psikis,
anastesi, operasi dan rangsangan puting susu, hubungan kelamin, obat-obatan tranqulizer hipotalamus seperti reserpin, klorpromazin dan fenotiazid. Sedangkan
keadaan–keadaan yang menghambat pengeluaran prolaktin adalah gizi ibu yang jelek dan obat-obatan seperti ergot, I-dopa.
Refleks let down : rangsangan dari isapan bayi dilanjutkan ke neurohipofise hipofise posterior yang mengeluarkan oksitosin. Hormon oksitoksin diangkut ke
uterus melalui aliran darah yang menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. Oksitosi sampai kealveoli dan memengaruhi sel
Universitas Sumatera Utara
mioepitelium. Kontraksi dari sel akan memeras air susu keluar dari alveoli dan masuk ke duktulus yang akan mengalir melalui duktus laktiferus masuk kemulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan refleks let down adalah melihat bayi, mendegarkan suara bayi, mencium bayi dan memikirkan bayi, sedangkan yang menghambat adalah
keadaan bingungpikiran kacau, takut, merasa sakit atau malu ketika menyusui, dan cemas Soetjiningsih, 1997.
2.1.3 Komposisi ASI