Jenis kebutaan retina Tabel Estimasi Kebutaan Akibat Kelainan Retina di Kabupaten Langkat .

h. Jenis kebutaan retina

Tabel 5.13. Distribusi kebutaan akibat kelainan retina berdasarkan jenis kelainan retina. Jenis kelainan retina Satu Mata Persentase Dua mata Persentase Hipertensi Retinopaty 15 19 4 5 Diabetik Retinopaty 18 22 1 1 Age Related Macular Deg 22 27 8 10 Retina Detachment 4 5 - - Patologik Myopia - - 2 3 Chorioretinitis 5 6 1 1 Macular hole 1 1 - - Jumlah 65 80 16 20 Dari tabel diatas tampak bahwa jenis kelainan retina paling banyak dijumpai Age Related Macular Degeneration sebanyak 22 orang 27 menderita 1 mata, 8 orang menderita 2 mata 10, Diabetik retinopaty sebanyak 18 orang 22 menderita 1 mata, 1 orang menderita 2 mata 1, diikuti oleh Hipertensi retinopaty sebanyak 15 orang menderita 1 mata 18, 4 orang menderita 2 mata 5. Universitas Sumatera Utara

i. Tabel Estimasi Kebutaan Akibat Kelainan Retina di Kabupaten Langkat .

Kabupaten Langkat Estimasi Pada CI 95 Batas bawah ; Batas atas Prevalensi Kebutaan Akibat Kelainan Retina 16 29500 x 100 = 0,054 0,022 ; 0,077 Prevalensi Kebutaan 12329500 x 100 = 0,417 0,345 ; 0,489

2. Hasil Penelitian dan pembahasan.

Dari tabel 5.1 sampai 5.5 tampak gambaran karakteristik penduduk sampel di wilayah penelitian. Dari tabel 5.1 dan 5.2 terlihat distribusi umur dan jenis kelamin menunjukkan lebih banyak penduduk dengan usia tua dan jenis kelamin yang terbanyak adalah perempuan. Distribusi umur ini sesuai dengan gambaran kependudukan di Indonesia umumnya. Umumnya negara-negara yang sedang berkembang seperti Burma, India dan Indonesia dikatakan berstruktur muda dengan penduduk yang berumur di bawah 15 tahun jumlahnya lebih besar yaitu lebih dari 40 sedangkan peduduk yang berumur 65 tahun ke atas kurang dari 10. Secara garis besar sruktur penduduk di sepuluh kecamatan yang diteliti ternyata berbeda dimana penduduk yang berusia 65 tahun ke atas kurang dari 40 dan kelompok umur 15 tahun ke bawah kurang dari 10 . Universitas Sumatera Utara Dari tabel 5.3 terlihat bahwa sebagian besar penduduk hanya sampai pada bangku Sekolah Dasar. Rendahnya tingkat pendidikan ini menyebabkan rendahnya sumber daya manusia. Dari tabel 5.4 terlihat bahwa sebagian besar penduduk yang merupakan objek penelitian, mempunyai pekerjaan sebagai petani yaitu sekitar 52,71 , hal ini sangat sesuai dengan daerah Indonesia yang berdaerah Agraris yang mana sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani Dari tabel 5.5 suku terbanyak yang diperiksa adalah suku Jawa diikuti suku Melayu dan yang lainnya. Dari tabel 5.6 tampak gambaran peserta penelitian yang mengalami kebutaan akibat kelainan retina berkisar 40 tahun ke atas, dimana terbanyak pada usia 41-60 tahun. Ini sesuai dengan perpustakaan yang ada maupun penelitian yang pernah dilakukan, menyebutkan bahwa usia sebagai salah satu faktor resiko kebutaan akibat kelainan retina yaitu 40 tahun ke atas dan resiko makin bertambah dengan bertambahnya usia. Dari table 5.7, penyebaran kebutaan akibat kelainan retina menurut jenis kelamin terdapat 44 orang wanita dan 37 orang laki-laki. Belum pernah ada data yang menyebutkan bahwa kebutaan akibat kelainan retina yang berhubungan dengan jenis kelamin. Dari tabel 5.8, sebagian besar penderita tidak bersekolah dan sekolah dasar. Rendahnya tingkat pendidikan ini menyebabkan penderita kurang memahami penyakitnya sehingga hal ini perlu menjadi perhatian dalam upaya penanggulangan kebutaan akibat kelainan retina. Dari tabel 5.9, tampak bahwa 40 orang bekerja sebagai petani, selainnya ibu rumah tangga, pegawai,buruhkaryawan, pelajar dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara Dari tabel 5.10, tampak bahwa 4 orang yang mengeluhkan kebutaan secara tiba-tiba menderita retina detachment, selebihnya 77 orang mengeluhkan secara perlahan-lahan. Dari tabel 5.11, tampak bahwa penderita yang memiliki penyakit sistemik yaitu Diabetes Melitus dan Hipertensi mempunyai riwayat keluarga positif. Dari tabel 5.12. tampak bahwa sebagian besar penderita tidak berobat atau dibiarkan. Hal ini berkaitan dengan ketidak tahuan penderita, rendahnya tingkat pendidikan, faktor ekonomi, keterbatasan tenaga medis yang mengerti, alat yang tidak mendukung sehingga penderita belum tertangani dengan maksimal. Dari tabel 5.13. tampak bahwa jenis kelainan retina yang paling banyak dijumpai adalah Age Related Makular Degeneration, Diabetik retinopaty, Hipertensi retinopaty. Yang lainnya Retinal Detachment, Patologik Myopia, chorioretinitis, dan macular hole. Prevalensi kebutaan akibat kelainan retina di Kabupaten Langkat . Dari semua sampel penduduk sebesar 29500 orang, dijumpai kebutaan akibat kelainan retina sebanyak 81 orang. Kejadian pada satu mata berkisar 65 orang dan pada dua mata berkisar 16 orang. Prevalensi didapatkan dengan rumus jumlah penderitajumlah populasi dikali 100, sehingga prevalensi kebutaan akibat kelainan retina untuk Kabupaten Langkat adalah 0,054, dengan estimasi sekitar 0,022 - 0.077. Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Masitha Dewi Sari di Kabupaten Karo, didapatkan angka prevalensi kebutaan akibat kelainan retina yaitu berkisar 0,11 . Dari data ini terlihat bahwa adanya penurunan prevalensi kebutaan akibat kelainan retina di Kabupaten Langkat dengan hasil 0,054 . Hasil yang diperolah Universitas Sumatera Utara juga lebih rendah dari prevalensi kebutaan akibat kelainan retina secara nasional yaitu 0.13 .

2.1. Hubungan kebutaan akibat kelainan retina dengan demografi dan sosio ekonomi Kabupaten Langkat