41
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Bandarharjo terletak di Jalan Cumi-cumi Raya Rt 7 Rw IV Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara. Wilayah kerja Puskesmas
Bandarharjo meliputi Kelurahan Tanjungmas, Kelurahan Dadapsari, Kelurahan Bandarharjo, dan Kelurahan Kuningan. Menurut laporan tahunan Puskesmas
Bandarharjo, penyakit ISPA selalu menduduki urutan pertama data 10 besar penyakit di 3 tahun terakhir setelah nyeri kepala dan dermatitis kontak. Sedangkan kelurahan
yang paling banyak terdapat kejadian ISPA adalah Kelurahan Bandarharjo. Lokasi penelitian yaitu di wilayah Kelurahan Bandarharjo Kecamatan
Semarang Utara Kota Semarang. Kelurahan Bandarharjo merupakan komplek pemukiman yang padat penduduk dengan jumlah 75.296 penduduk pada tahun 2011
Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2011:1. Batas-batas wilayah Kelurahan Bandarharjo yaitu di sebelah utara berbatasan
dengan Kelurahan Panggung Lor, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Dadapsari, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Tanjungmas, dan sebelah
barat berbatasan dengan Kelurahan Kuningan. Kelurahan Bandarharjo terbagi dalam 12 rukun warga yang semuanya
berpotensi menjadi sampel dalam penelitian. Pembagian kelas berdasarkan pada jumlah sampel minimal yaitu 91 dibagi banyaknya Rw yang ada di Kelurahan
Bandarharjo yaitu 12 Rw diperoleh hasil 8 Rw. Distribusi sampel penelitian yaitu
42
Rw IV sebanyak 9 responden, Rw V sebanyak 14 responden, Rw VI sebanyak 16 responden, Rw VII sebanyak 8 responden, Rw IX sebanyak 18 responden, Rw X
sebanyak 11 responden, Rw XI sebanyak 7 responden, dan Rw XII sebanyak 8 responden.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Univariat
4.2.1.1 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel distribusi responden berdasarkan jenis kelamin merupakan matrik yang memuat jenis kelamin balita responden, frekuensi, dan prosentasenya Tabel 4.1.
Tabel 4.1: Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis kelamin
Frekuensi Prosentase
1 Laki-laki 40
44,0 2 Perempuan
51 56,0
Total 91
100 Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar responden
mempunyai balita yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 51 responden 56,0, sedangkan responden yang mempunyai balita yang berjenis kelamin laki-
laki sebanyak 40 responden 44,0. 4.2.1.2
Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Tabel distribusi responden berdasarkan kelompok umur merupakan matrik
yang memuat kelompok umur balita responden, frekuensi, dan prosentasenya Tabel 4.2.
Tabel 4.2: Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Umur No. Kelompok Umur Frekuensi
Prosentase 1 2 bulan
3 3,3
2 2 bulan- 5 tahun 88
96,7 Total
91 100
43
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sebagian besar balita responden berumur 2 bulan sampai 5 tahun yaitu sebanyak 88 balita 96,7 dan yang
berumur kurang dari 2 bulan ada 3 balita 3,3. 4.2.1.3
Distribusi Responden berdasarkan Berat Badan Tabel distribusi responden berdasarkan berat badan merupakan matrik yang
memuat berat badan balita responden, frekuensi, dan prosentasenya Tabel 4.3. Tabel 4.3: Distribusi Responden berdasarkan Berat Badan
No. Berat Badan Balita
Frekuensi Prosentase
1 3,9-8,9 kg
27 29,67
2 9,0-14,0 kg
47 51,65
3 14,1-19,0 kg
17 18,68
Total 91 100
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar balita responden memiliki berat badan 9,0-14,0 kg yaitu sebanyak 47 balita 51,65, sedangkan
prosentase terendah yaitu balita responden yang memiliki berat badan 14,1-19,0 kg sebanyak 17 balita 18,68.
4.2.1.4 Distribusi Responden berdasarkan Status Kejadian ISPA
Tabel distribusi responden berdasarkan status kejadian ISPA merupakan matrik yang memuat status kejadian ISPA balita responden, frekuensi, dan prosentasenya
Tabel 4.4. Tabel 4.4: Distribusi Responden berdasarkan Status Kejadian ISPA
No. Status Kejadian ISPA Frekuensi Prosentase
1 Ya 52
57,1 2 Tidak
39 42,9
Total 91
100 Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar balita responden
pernah menderita ISPA sebanyak 52 balita 57,1, sedangkan jumlah balita responden yang tidak pernah menderita ISPA sebanyak 39 balita 42,9.
44
4.2.1.5 Distribusi Responden berdasarkan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga
Tabel distribusi responden berdasarkan kebiasaan merokok anggota keluarga merupakan matrik yang memuat kebisaan merokok anggota keluarga, frekuensi, dan
prosentasenya Tabel 4.5. Tabel 4.5: Distribusi Responden berdasarkan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga
No. Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Frekuensi Prosentase 1 Ada
71 78
2 Tidak 20
22 Total
91 100
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa sebagian besar keluarga responden ada yang memiliki kebiasaan merokok sebanyak 71 responden 78, sedangkan
keluarga responden yang tidak memiliki kebiasaan merokok sebanyak 20 responden 22.
4.2.1.6 Distribusi Frekuensi Luas Ventilasi Kamar
Tabel distribusi frekuensi luas ventilasi kamar merupakan matrik yang memuat kriteria, frekuensi, dan prosentasenya Tabel 4.6.
Tabel 4.6: Distribusi Frekuensi Luas Ventilasi Kamar No. Kriteria Frekuensi
Prosentase 1 Tidak memenuhi syarat
71 78,0
2 Memenuhi syarat 20
22,0 Total
91 100
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki luas ventilasi kamar yang tidak memenuhi syarat kurang dari 10 luas lantai sebanyak
71 responden 78,0 dan responden yang memiliki luas ventilasi kamar yang memenuhi syarat lebih dari sama dengan 10 luas lantai sebanyak 20 responden
22,0.
45
4.2.1.7 Distribusi Frekuensi Pencahayaan Alami Kamar
Tabel distribusi frekuensi pencahayaan alami kamar merupakan matrik yang memuat kriteria, frekuensi, dan prosentasenya Tabel 4.7.
Tabel 4.7: Distribusi Frekuensi Pencahayaan Alami Kamar No. Kriteria Frekuensi
Prosentase 1 Tidak memenuhi syarat
75 82,4
2 Memenuhi syarat 16
17,6 Total
91 100
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pencahayaan alami kamar yang tidak memenuhi syarat kurang dari 60 Lux
sebanyak 75 responden 82,4 dan responden yang memliki pencahayaan alami kamar yang memenuhi syarat lebih dari atau sama dengan 60 Lux sebanyak 16
responden 17,6. 4.2.1.8
Distribusi Frekuensi Kelembaban Udara Kamar Tabel distribusi frekuensi kelembaban udara kamar merupakan matrik yang
memuat kriteria, frekuensi, dan prosentasenya Tabel 4.8. Tabel 4.8: Distribusi Frekuensi Kelembaban Udara Kamar
No. Kriteria Frekuensi Prosentase
1 Tidak memenuhi syarat 52
57,1 2 Memenuhi syarat
39 42,9
Total 91
100 Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki
kelembaban udara kamar yang tidak memenuhi syarat kurang dari 40 sebanyak 52 responden 57,1 dan responden yang memliki kelembaban udara kamar yang
memenuhi syarat berkisar antara 40-70 sebanyak 39 responden 42,9.
46
4.2.1.9 Distribusi Frekuensi Kepadatan Hunian Kamar
Tabel distribusi frekuensi kepadatan hunian kamar merupakan matrik yang memuat kriteria, frekuensi, dan prosentasenya Tabel 4.9.
Tabel 4.9: Distribusi Frekuensi Kepadatan Hunian Kamar No. Kriteria Frekuensi
Prosentase 1 Tidak memenuhi syarat
59 64,8
2 Memenuhi syarat 32
35,2 Total
91 100
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki kepadatan hunian kamar yang tidak memenuhi syarat terdapat 2 orang per 8m
2
sebanyak 59 responden 64,8 dan responden yang memliki kepadatan hunian kamar yang
memenuhi syarat terdapat ≤2 orang per 8m
2
sebanyak 32 responden 35,2. 4.2.2
Analisis Bivariat Analisis ini untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat yaitu variabel kondisi lingkungan fisik rumah yang meliputi luas ventilasi kamar, pencahayaan alami kamar, kelembaban udara kamar, kepadatan hunian
kamar, dan kebiasaan merokok anggota keluarga dengan kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang.
4.2.2.1 Kejadian ISPA pada Balita berdasarkan Luas Ventilasi Kamar
Adapun untuk mengetahui hubungan antara luas ventilasi kamar dengan kejadian ISPA pada balita dapat dilihat dalam Tabel 4.10.
Tabel 4.10: Kejadian ISPA pada Balita berdasarkan Luas Ventilasi Kamar No
Luas Ventilasi Kamar Kejadian ISPA pada Balita
p Ya Tidak
Total N N
1 Tidak memenuhi syarat 46 64,8
25 35,2
71 100
0,005 2 Memenuhi
syarat 6 30,0 14 70,0 20 100
Total 52 57,1
39 42,9
91 100
47
Berdasarkan Tabel 4.10 terlihat bahwa dari 71 responden yang mempunyai luas ventilasi kamar yang tidak memenuhi syarat ada 46 balita responden yang
menderita ISPA 64,8 dan 25 balita responden yang tidak menderita ISPA 35,2. Sedangkan dari 20 responden yang mempunyai luas ventilasi kamar yang
memenuhi syarat, ada 6 balita responden yang menderita ISPA 30,0 dan 14 balita responden yang tidak menderita ISPA 70,0.
Dari hasil analisis antara luas ventilasi kamar terhadap kejadian ISPA pada balita dengan menggunakan uji Chi Square didapat nilai p value 0,005 kurang dari
0,05 maka Ha diterima. Hal ini berarti bahwa ada hubungan antara luas ventilasi kamar dengan kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang.
4.2.2.2 Kejadian ISPA pada Balita berdasarkan Pencahayaan Alami Kamar
Adapun untuk mengetahui hubungan antara pencahayaan alami kamar dengan kejadian ISPA pada balita dapat dilihat dalam Tabel 4.11.
Tabel 4.11: Kejadian ISPA pada Balita berdasarkan Pencahayaan Alami Kamar
No Pencahayaan Alami
Kamar Kejadian ISPA pada Balita
p Ya Tidak
Total N N
1 Tidak memenuhi syarat 43 57,3
32 42,7
75 100
0,937 2 Memenuhi
syarat 9 56,2 7 43,8 16 100
Total 52 57,1
39 42,9
91 100
Berdasarkan Tabel 4.11, terlihat bahwa dari 75 responden yang mempunyai pencahayaan alami kamar yang tidak memenuhi syarat, ada 43 balita responden yang
menderita ISPA 57,3 dan 32 balita responden yang tidak menderita ISPA 42,7. Sedangkan dari 16 responden yang mempunyai pencahayaan alami kamar
yang memenuhi syarat, ada 9 balita responden yang menderita ISPA 56,2 dan 7 balita responden yang tidak menderita ISPA 43,8.
48
Dari hasil analisis antara pencahayaan alami kamar terhadap kejadian ISPA pada balita, dengan menggunakan uji Chi Square didapat nilai p value 0,937 lebih
dari 0,05 maka Ha di tolak. Hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan antara pencahayaan alami kamar dengan kejadian ISPA pada balita di Kelurahan
Bandarharjo Kota Semarang. 4.2.2.3
Kejadian ISPA pada Balita berdasarkan Kelembaban Udara Kamar Adapun untuk mengetahui hubungan antara kelembaban udara kamar dengan
kejadian ISPA pada balita dapat dilihat dalam Tabel 4.12. Tabel 4.12: Kejadian ISPA pada Balita berdasarkan Kelembaban Udara Kamar
No Kelembaban Udara
Kamar Kejadian ISPA pada Balita
p Ya Tidak
Total N N
1 Tidak memenuhi syarat 43 82,7 9
17,3 52
100 0,000
2 Memenuhi syarat
9 23,1 30 76,9 39 100
Total 52 57,1 39 42,9 91
100 Berdasarkan Tabel 4.12, terlihat bahwa dari 52 responden yang mempunyai
kelembaban udara kamar yang tidak memenuhi syarat, ada 43 balita responden yang menderita ISPA 82,7 dan 9 balita responden yang tidak menderita ISPA 17,3.
Sedangkan dari 39 responden yang mempunyai kelembaban udara kamar yang memenuhi syarat, ada 9 balita responden yang menderita ISPA 23,1 dan 30 balita
responden yang tidak menderita ISPA 76,9. Dari hasil analisis antara kelembaban udara kamar terhadap kejadian ISPA
pada balita, dengan menggunakan uji Chi Square didapat nilai p value 0,000 kurang dari 0,05 maka Ha diterima. Hal ini berarti bahwa ada hubungan antara
kelembaban kamar dengan kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang.
4.2.2.4 Kejadian ISPA pada Balita berdasarkan Kepadatan Hunian Kamar
Adapun untuk mengetahui hubungan antara kepadatan hunian kamar dengan kejadian ISPA pada balita dapat dilihat dalam Tabel 4.13.
49
Tabel 4.13: Kejadian ISPA pada Balita berdasarkan Kepadatan Hunian Kamar No
Kepadatan Hunian Kamar
Kejadian ISPA pada Balita p
Ya Tidak Total
N N 1 Tidak memenuhi syarat 46
78,0 13
22,0 52
100 0,000
2 Memenuhi syarat
6 18,8 26 81,2 39
100 Total 52
57,1 39
42,9 91
100 Berdasarkan Tabel 4.13, terlihat bahwa dari 52 responden yang mempunyai
kepadatan hunian kamar yang tidak memenuhi syarat, ada 46 balita responden yang menderita ISPA 78,0 dan 13 balita responden yang tidak menderita ISPA
22,0. Sedangkan dari 39 responden yang mempunyai kepadatan hunian kamar yang memenuhi syarat, ada 6 balita responden yang menderita ISPA 18,8 dan 26
balita responden yang tidak menderita ISPA 81,2. Dari hasil analisis antara kepadatan hunian kamar terhadap kejadian ISPA pada
balita dengan menggunakan uji Chi Square didapat nilai p value 0,000 kurang dari 0,05 maka Ha diterima. Hal ini berarti bahwa ada hubungan antara kepadatan hunian
kamar dengan kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang. 4.2.2.5
Kejadian ISPA pada Balita berdasarkan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga
Adapun untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok anggota keluarga dengan kejadian ISPA pada balita dapat dilihat dalam Tabel 4.14.
Tabel 4.14: Kejadian ISPA pada Balita berdasarkan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga
No Kebiasaan
Merokok Anggota Keluarga
Kejadian ISPA pada Balita p
Ya Tidak Total
N N 1
Ada 47
66,2 24
33,8 71
100 0,001
2 Tidak
5 25,0
15 75,0
20 100
Total 52 57,1 39 42,9 91 100
50
Berdasarkan Tabel 4.14 terlihat bahwa dari 71 responden yang mempunyai kebiasaan merokok anggota keluarga, ada 47 balita responden yang menderita ISPA
66,2 dan 24 balita responden yang tidak menderita ISPA 33,8. Sedangkan dari 20 responden yang mempunyai kebiasaan merokok anggota keluarga, ada 5
balita responden yang menderita ISPA 25,0 dan 15 balita responden yang tidak menderita ISPA 75,0.
Dari hasil analisis antara kebiasaan merokok anggota keluarga terhadap kejadian ISPA pada balita dengan menggunakan uji Chi Square didapat nilai p value
0,001 kurang dari 0,05 maka Ha diterima. Hal ini berarti bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok anggota keluarga dengan kejadian ISPA pada balita di
Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang.
51
BAB V PEMBAHASAN