Sumber Data Penelitian Instrumen Penelitian

33 Perolehan responden di tiap Rw dilakukan secara acak dengan cara yaitu: 1. Persiapkan koin yang sudah ditandai anak panah. 2. Peneliti berdiri di tengah populasi Rw. 3. Pelemparan koin yang sudah ditandai anak panah ke atas oleh peneliti. Jatuhnya koin dengan anak panah menunjukkan arah lokasi pengambilan sampel.

3.7 Sumber Data Penelitian

3.7.1 Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden melalui pengisian kuesioner. 3.7.2 Data Sekunder Metode pengumpulan data sekunder sering disebut metode penggunaan bahan dokumen, karena dalam hal ini peneliti tidak secara langsung mengambil data sendiri tetapi meneliti dan memanfaatkan data atau dokumen yang dihasilkan oleh pihak lain Sugiarto dkk, 2003:19. Data sekunder dimanfaatkan sebagai data pelengkap atau pendukung data primer yang berhubungan dengan keperluan penelitian. Data sekunder diperoleh dari: 1. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah untuk mengetahui kejadian ISPA di Jawa Tengah. 2. Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk mengetahui wilayah kejadian ISPA di Kota Semarang. 3. Data dari Puskesmas Bandarharjo untuk mengetahui secara pasti kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo.

3.8 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah perangkat yang digunakan untuk memperoleh data yang kemudian diolah dan dianalisis. Berdasarkan kerangka konsep dan dari tabel 34 penelitian, kemudian disusun instrumen untuk mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner dan pengukuran. 3.8.1 Kuesioner Pentingnya kuesioner sebagai alat pengumpul data adalah untuk memperoleh suatu data yang sesuai dengan tujuan penelitian tersebut. Oleh karena itu, isi dari kuesioner adalah sesuai dengan hipotesis penelitian tersebut Soekidjo Notoatmodjo, 2005:116. 3.8.2 Pengukuran 3.8.2.1 Pengukuran Luas Ventilasi Kamar Kriteria luas ventilasi yang memenuhi syarat apabila luas ventilasi lebih dari atau sama dengan 10 luas lantai dan tidak memenuhi syarat apabila luas ventilasi kurang dari 10 luas lantai. Alat yang digunakan untuk pengukuran luas ventilasi adalah rollmeter Gambar 3.3. Gambar 3.3: Rollmeter Sumber: Bpi. Lipi, 2012:1 Cara pengukurannya yaitu: 1. Luas ventilasi kamar diukur. 2. Luas lantai kamar diukur. 3. Luas ventilasi dibandingkan dengan luas lantai kamar. 35 3.8.2.2 Pengukuran Pencahayaan Alami Kamar Kriteria pencahayaan alami yang memenuhi syarat adalah apabila lebih dari atau sama dengan 60 lux dan tidak menyilaukan mata, sedangkan tidak memenuhi syarat apabila kurang dari 60 lux. Alat yang digunakan untuk pengukuran pencahayaan alami adalah luxmeter Gambar 3.4. Gambar 3.4: Luxmeter Sumber: Aditya, 2011:2 Cara penggunaannya yaitu: 1. Geser tombol “OffOn” kearah On. 2. Pilih kisaran Range yang akan diukur 2.000 lux, 20.000 lux atau 50.000 lux pada tombol Range. 3. Arahkan sensor cahaya dengan menggunakan tangan pada permukaan daerah yang akan diukur kuat penerangannya. 4. Lihat hasil pengukuran pada layar panel. 36 3.8.2.3 Pengukuran Kelembaban Udara Kamar Kriteria kelembaban udara yang memenuhi syarat apabila berkisar antara 40- 70 dan tidak memenuhi syarat apabila kurang dari 40. Alat yang digunakan untuk pengukuran kelembaban udara adalah Hygrometer Gambar 3.5. Gambar 3.5: Hygrometer Sumber: Shafiyyah, 2009:1 Cara penggunaannya yaitu: 1. Ditentukan titik pengukuran kelembaban. 2. Hygrometer diletakkan di tempat yang telah ditentukan . 3. Selama pengukuran alat didiamkan tiga menit. 4. Hasil pengukuran dibaca setelah jarum hygrometer stabil atau konstan. 3.8.2.4 Pengukuran Kepadatan Hunian Kamar Kepadatan hunian kamar diukur dengan membagi antara luas kamar dengan jumlah anggota keluarga yang menghuni kamar. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.829MenkesSKVII1999 kriteria kepadatan hunian kamar yaitu memenuhi syarat apabila terdapat ≤2 orang per 8m 2 kecuali anak di bawah umur 5 tahun dan tidak memenuhi syarat atau padat bila terdapat 2 orang per 8m 2 . 37

3.9 Teknik Perolehan Data

Dokumen yang terkait

Gambaran Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Pada Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Balita di Puskesmas Bungah Kabupaten Gresik

0 14 125

Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

4 19 134

Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

0 0 17

Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

0 1 9

HUBUNGAN ANTARA KONDISI LINGKUNGAN RUMAH DAN PERILAKU MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN WONOLOPO KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANG

1 1 58

HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS REMU KOTA SORONG

0 3 5

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN KONDISI LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II RAKIT KABUPATEN BANJARNEGARA

0 0 16

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN KONDISI LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II RAKIT KABUPATEN BANJARNEGARA - repository perpustakaan

0 0 13

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN KONDISI LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II RAKIT KABUPATEN BANJARNEGARA - repository perpustakaan

0 0 29