51
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Hubungan antara Luas Ventilasi Kamar dengan Kejadian ISPA pada
Balita
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara luas ventilasi kamar dengan kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang. Pada
uji Chi Square untuk data 2x2 tidak dijumpai nilai harapan Expected Count kurang dari 5 dan tidak lebih dari 20 jumlah sel diperoleh nilai p value= 0,005 p
value 0,05. Nilai Contingency Coefficient CC variabel luas ventilasi kamar
dengan kejadian ISPA pada balita adalah 0,280 yang menunjukkan bahwa tingkat keeratan adanya hubungan antara luas ventilasi kamar dengan kejadian ISPA pada
balita dalam kategori lemah 0,200-0,399. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunita Ringgih
Pengestika 2007:69 pada balita di keluarga pembuat gula aren Desa Pandanarum dan Desa Beji Kecamatan Pandanarum Kabupaten Banjarnegara yang menunjukkan
bahwa adanya hubungan antara luas ventilasi kamar balita terhadap kejadian ISPA pada balita di keluarga pembuat gula aren Desa Pandanarum dan Desa Beji
Kecamatan Pandanarum Kabupaten Banjarnegara dengan nilai p value= 0,001 p value
0,05. Penelitian ini juga sejalan dengan yang dilakukan oleh Safitri Liana Rahyuni 2009:58 yang menunjukkan adanya hubungan antara luas ventilasi dengan
kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Jekulo Kudus dengan p value =0,001 p value 0,05.
Luas ventilasi merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat menjadi faktor risiko penyakit ISPA mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu sebagai
52
sarana untuk menjamin kualitas dan kecukupan sirkulasi udara yang keluar dan masuk dalam ruangan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.829MenkesSKVII1999 tentang peraturan rumah sehat menetapkan bahwa luas ventilasi alamiah yang permanen minimal adalah 10 dari luas lantai. Ventilasi yang
memenuhi syarat dapat menghasilkan udara yang nyaman dengan temperatur 22 C
dan kelembaban 50-70 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2005:4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 91 responden, ada 71 responden
yang luas ventilasinya tidak memenuhi syarat yaitu kurang dari 10 luas lantai. Dan dari 71 responden tersebut 46 diantaranya mempunyai balita yang menderita ISPA
64,8 . Sedangkan dari 20 responden yang luas ventilasinya memenuhi syarat terdapat 6 responden yang balitanya menderita ISPA 30,0 .
Luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat rumah sehat yaitu kurang dari 10 luas lantai dapat menyebabkan suplai udara segar yang masuk ke dalam rumah tidak
tercukupi dan pengeluaran udara kotor ke luar rumah juga tidak maksimal. Dengan demikian, akan menyebabkan kualitas udara dalam rumah menjadi buruk Retno
Widyaningtyas dkk, 2004:35. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi luas ventilasi yang
tidak memenuhi syarat antara lain, menambah lubang angin dan lubang-lubang pada dinding sebagai ventilasi alamiah yang dapat mengalirkan udara ke dalam ruangan
secara alamiah. Selain itu juga pembuatan jendela pada kamar yang tidak hanya terbuat dari kaca sebagai sarana masuknya cahaya dari luar, tetapi juga dapat dibuka
sebagai sarana pertukaran udara serta intensitas pembukaan jendela yang sering dilakukan.
53
5.2 Hubungan antara Pencahayaan Alami Kamar dengan Kejadian ISPA