ALAT RANCANGAN PERCOBAAN PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN A.

BAHAN Bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi jantung pisang batu, isolat protein kedelai dan bumbu-bumbu seperti gula merah, bawang merah, bawang putih, ketumbar, lengkuas, tepung sagu, penyedap, garam, jinten, daun jeruk, asam jawa dan minyak. Selain itu, digunakan juga plastik vakum dan label. Jantung pisang batu dan rempah-rempah didapatkan dari pasar Anyar Bogor, kebun pisang Bantar Kambing dan kebun pisang Bojong Gede, sedangkan isolat protein kedelai didapatkan dari Toko Kimia Setia Guna. Bahan-bahan kimia yang digunakan yaitu kertas saring Whatman, hexane, aquades, asam borat, natrium hidroksida, natrium tiosulfat, asam klorida, kalium sulfat, HgO, asam sulfat dan indikator merah metil.

B. ALAT

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan dendeng jantung pisang yaitu oven pengering, timbangan, kompor, pisau, wajan, cobek, blender, talenan, loyang, cetak dan alat bantu lainnya. Adapun alat untuk analisis kimia yaitu neraca analitik, cawan alumunium, cawan porselen, buret, spatula, pipet Mohr, pipet tetes, corong, bulp, labu takar, labu Erlenmeyer, Soxhlet, labu Kjedahl, labu lemak, alumunium foil, tissue. Selain itu digunakan juga a w meter, Texture Analyzer dan Chromameter.

C. METODE PENELITIAN

1. Tahap Penentuan Formulasi Dendeng Jantung Pisang Batu

Penentuan formula dendeng jantung pisang dilakukan secara trial and error . Pada tahap ini dilakukan pencarian formula terbaik berdasarkan kesukaan panelis baik pada paremeter rasa, aroma, tekstur maupun warna dendeng. Selain itu, disajikan tiga formula kontrol dendeng jantung pisang untuk menentukan jumlah jantung pisang yang akan digunakan pada pembuatan dendeng. Dendeng jantung pisang terbuat dari rempah-rempah seperti gula merah, bawang merah, bawang putih, lengkuas, ketumbar, asam jawa, daun jeruk, jintan, minyak goreng, tepung sagu, bumbu penyedap dan garam. Pada Tabel 3 disajikan tiga formula dendeng jantung pisang yang digunakan untuk menentukan persentase jantung pisang terhadap bumbu yang digunakan. Tabel 3. Formula dendeng jantung pisang untuk menentukan persentase jantung pisang yang akan digunakan dalam persen Komposisi Formula 1 Formula 2 Formula 3 Jantung Pisang 50 60 70 Bawang merah 5 2.5 0.83 Bawang putih 5 3.33 1.67 Ketumbar 2.5 1.67 1.4 Lengkuas 2.5 1.67 0.83 Tepung sagu 0.5 0.83 0.33 Penyedap 1.67 1.67 1.33 Garam 0.17 0.17 0.17 Gula merah 19.16 17.5 15.1 Jintan 0.67 0.33 0.17 Daun jeruk 0.33 0.33 0.17 Asam jawa 1.67 0.83 0.67 Minyak goreng 10.83 9.17 7.33 Total 100 100 100 Formula F1, F2 dan F3 diujikan secara trial and error kepada panelis kemudian dipilih formula yang disukai oleh panelis. Formula terpilih diformulasikan kembali dengan isolat protein kedelai sehingga dihasilkan dendeng jantung pisang yang kaya akan protein dan disukai oleh panelis.

2. Tahap Penentuan Suhu dan Waktu Pengeringan

Pengeringan dendeng jantung pisang dilakukan dengan menggunakan alat pengering buatan yaitu oven pengering. Penentuan suhu dan waktu pengeringan dilakukan secara trial and error, suhu yang digunakan dimulai dari 50 dan 60 o C selama 6, 7 dan 8 jam pengeringan.

3. Tahap Penentuan Penambahan Konsentrasi Isolat Protein Kedelai

Formula yang telah terpilih kemudian diformulasikan kembali dengan isolat protein kedelai IPK pada konsentrasi 5, 10, 15 dan 20 persen dari bobot jantung pisang yang telah direbus. Berdasarkan hasil uji trial and error penambahan isolat yang dilakukan pada dendeng jantung pisang dimulai dari konsentrasi 2.5, 5, dan 7.5 dari bobot jantung pisang. Pada Tabel 4 disajikan formula dendeng jantung pisang dengan penambahan isolat protein kedelai. Tabel 4. Formula dendeng jantung pisang yang diperkaya isolat protein kedelai dalam persen Komposisi Formula B Formula C Formula D Jantung Pisang 47.5 45 42.5 IPK 2.5 5 7.5 Bawang merah 5 5 5 Bawang putih 5 5 5 Ketumbar 2.5 2.5 2.5 Lengkuas 2.5 2.5 2.5 Tepung sagu 0.5 0.5 0.5 Penyedap 1.67 1.67 1.67 Garam 0.17 0.17 0.17 Gula merah 19.16 19.16 19.16 Jinten 0.67 0.67 0.67 Daun jeruk 0.33 0.33 0.33 Asam jawa 1.67 1.67 1.67 Minyak goreng 10.83 10.83 10.83 Total 100 100 100

4. Tahap Uji Organoleptik Dendeng Jantung Pisang

Tahap selanjutnya yaitu uji organoleptik formula B, C dan formula D. Uji organoleptik yang dilakukan terhadap produk dendeng jantung pisang mencakup kesukaan panelis terhadap warna, tekstur, aroma dan rasa Lampiran 36. Uji kesukaan menggunakan skor 1 sampai 7, dimana skor 1 menyatakan sangat tidak suka, 2 menyatakan agak tidak suka, 3 menyatakan tidak suka, 4 menyatakan netral, 5 menyatakan agak suka, 6 menyatakan suka dan 7 menyatakan sangat suka. Uji organoleptik dilakukan di Laboratorium Organoleptik terhadap 30 panelis yaitu mahasiswa ITP yang telah memperoleh mata kuliah penilaian dengan indera. Proses pembuatan dendeng jantung pisang dilakukan secara sederhana, prosedur pembuatan dendeng jantung pisang disajikan pada Gambar 2. Jantung pisang dibuang kelopaknya Dicuci hingga bersih Diiris-iris membentuk lembaran Direbus ± 4-5 menit Dihaluskanditumbuk Dicampur bumbu yang sudah dihaluskan Bumbu yang digunakan : Bawang merah Bawang putih Gula merah Lengkuas Ketumbar Asam jawa Daun jeruk Jintan Minyak goreng Tepung sagu Penyedap Garam IPK Dicetak 4x8 cm Dikeringkan pada suhu 50 o C 7 jam Digoreng 10-13 detik Dendeng jantung pisang matang ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ Gambar 2. Bagan alir proses pembuatan dendeng jantung pisang yang ditambahkan isolat protein kedelai

5. Tahap Analisis Kimia dan Fisik

Tahap ini meliputi analisis kimia zat gizi jantung pisang batu segar, isolat protein kedelai dan produk dendeng yang tidak ditambahkan isolat serta produk dendeng terpilih hasil uji organoleptik. Selain itu juga dilakukan analisis fisik pada produk dendeng terpilih dan kontrol.

a. Analisis Kimia

1. Kadar air Metode Oven Apriantono et al., 1989 Cawan alumunium kosong dikeringkan dalam oven bersuhu 100-105 o C selama 15 menit dan didinginkan selama 10 menit dalam desikator, kemudian ditimbang. Sebanyak 5 gram sampel ditimbang dengan teliti dalam cawan alumunium tersebut. Cawan beserta isinya dipanaskan dalam oven bersuhu 105 o C. Pemanasan dilakukan sampai diperoleh berat sampel tetap. Kadar air sampel dihitung dengan rumus : 100 2 3 ker × = w w ing berat air kadar 100 1 3 × = w w basah berat air kadar Keterangan : W1 adalah berat sampel gr : W2 adalah berat sampel setelah dikeringkan gr : W3 adalah kehilangan berat gr 2. Kadar Abu Apriantono et al., 1989 Cawan pengabuan dibakar dalam tanur selama 15 menit. Kemudian dimasukan ke dalam desikator untuk didinginkan dan ditimbang. Sebanyak 3-5 gram sampel ditimbang dalam cawan tersebut, kemudian dibakar hingga tidak berasap lagi. Selanjutnya cawan dibakar dalam tanur pengabuan sampai beratnya tetap. Suhu tanur pengabuan sekitar 550 o C. Sampel didinginkan dalam desikator kemudian dihitung : 100 × = gram sampel berat gram abu berat abu Kadar 3. Kadar Protein Metode Mikro-Kjedahl Apriantono et al., 1989 Sampel ditimbang sebanyak 0.3-0.5 gram dan diletakkan dalam labu Kjeldal. Kemudian ditambahkan 0.1 K 2 SO 4 dan 0.5 gram HgO, 7 ml H 2 SO 4 pekat. Selanjutnya sampel didestruksi selama 1.5-2 jam sampai cairan menjadi jernih dan uap SO 2 hilang. Setelah proses destruksi selesai maka sampel didinginkan dan ditambahkan sejumlah air secara perlahan-lahan, lalu didinginkan kembali. Isi labu dipindahkan ke alat destilasi dan labu dibilas 3-4 kali dengan akuades. Letakkan erlenmeyer 125 ml yang berisi 5 ml larutan H 3 BO 3 dan 2-4 tetes indikator di bawah kondensor. Ujung tabung kondensor harus terendam di bawah larutan H 3 BO 3 . Kemudian tambahkan 8-10 ml larutan NaOH-Na 2 S 2 O 3 dan lakukan destilasi sampai tertampung kira- kira 15 ml destilat dalam erlenmeyer. Bilas tabung kondensor dengan air, dan tampung bilasannya dalam erlenmeyer yang sama. Encerkan isi erlenmeyer sampai kira-kira 50 ml kemudian titrasi dengan HCl 0.02 N sampai terjadi perubahan warna menjadi abu-abu. Lakukan juga penetapan blanko. Cara perhitungan kadar protein : 100 007 . 14 × × × − = sampel mg HCl N blanko ml HCl ml N konversi faktor otein × = Pr 4. Kadar Lemak Metode Ekstraksi Soxhlet Apriantono et al., 1989 Labu lemak yang akan digunakan dikeringkan dahulu di dalam oven, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Kemudian pelarut hexane dituangkan secukupnya, sesuai dengan ukuran soxhlet yang digunakan. Sampel dalam keadaan bubuk ditimbang sebanyak 3-5 gram, kemudian dibungkus kertas saring dan bagian tepi-tepinya ditutup dengan menggunakan kapas. Lakukan refluks minimum 5 jam sampai pelarut yang turun kembali ke dalam labu lemak berwarna jernih. Selanjutnya labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven bersuhu 105 o C. Setelah dikeringkan sampai berat tetap dan didinginkan dalam desikator, labu lemak ditimbang bersama lemaknya. Cara perhitungan kadar lemak : 100 × = gram sampel berat gram lemak berat Lemak 5. Kadar Karbohidrat by difference Penentuan kadar karbohidrat dihitung secara by difference dengan rumus sebagai berikut : Pr 100 Abu Lemak otein Air t karbohidra Kadar + + + − = B. Analisis Fisik Uji fisik merupakan uji yang mendeskripsikan mengenai kondisi fisik dari produk yang diteliti. Uji fisik yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji rendemen, warna, kekerasan dan a w water activity . 1. Rendemen Rendemen merupakan perbandingan antara berat produk dengan berat adonan. Rendemen dendeng jantung pisang dihitung dari perbandingan antara berat adonan dengan berat produk kering yang keluar dari oven pengering. Rendemen dapat dihitung dengan rumus : 100 Re × = gram adonan berat gram oven dari keluar yang produk berat ndemen 2. Warna Metode Hunter Pengukuran warna dilakukan dengan menggunakan alat Chromameter CR-300 Minolta Camera, Co. Japan 82281029. Sebelum digunakan alat ini dikalibrasi dengan standar warna putih. Sampel diletakkan pada tempat yang tersedia, setelah menekan tombol start diperoleh nilai L, a dan b. Ketiga parameter tersebut merupakan ciri notasi warna Hunter. Nilai L, a dan b dari sampel dengan kisaran 0 sampai ± 100 putih. Notasi a menyatakan warna kromatik campuran merah-hijau dengan nilai + a positif dari 0 sampai + 100 untuk warna merah dan nilai – a negatif dari 0 sampai -80 untuk warna hijau. Notasi b menyatakan warna kromatik campuran biru-kuning dengan nilai + b positif dari 0 sampai + 70 untuk warna kuning dan nilai – b negatif dari 0 sampai – 80 untuk warna biru. Selanjutnya dari nilai a dan b dapat dihitung o Hue dengan rumus: o Hue = tan -1 b a Jika hasil yang diperoleh: 18 o -54 o Maka produk berwarna red R 54 o -90 o Maka produk berwarna yellow red YR 90 o -126 o Maka produk berwarna yellowY 126 o -162 o Maka produk berwarna yellow green YG 162 o -198 o Maka produk berwarna green G 198 o -234 o Maka produk berwarna blue green BG 234 o -270 o Maka produk berwarna blue B 270 o -306 o Maka produk berwarna blue purple BP 306 o -342 o Maka produk berwarna purple P 342 o -18 o Maka produk berwarna red purple RP 3. Kekerasan Pengukuran kekerasan tekstur dendeng jantung pisang dilakukan dengan menggunakan alat Texture Analyzer. Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu alat dinyalakan kemudian sampel diletakkan pada tempat yang telah disediakan, selanjutnya bagian sampel akan mendapat tekanan dari alat probe yang bergerak. Besar kecilnya tekanan akan masuk ke amplifier yang ada dalam recorder dan keluarannya berupa grafik. Kekerasan dinyatakan sebagai gaya yang dari puncak kurva tertinggi pada saat kurva mulai menaik yang dinyatakan sebagai titik nol. 4. Aktivitas air a w Pengukuran a w dilakukan dengan menggunakan a w -meter yang bermerk Shibaura a w -meter WA-360. Mula-mula alat distandarisasi dengan NaCl jenuh yang memiliki a w 0.754;0.7529;0.7509 pada suhu 20, 25 dan 29 o C, kemudian NaCl ditempatkan di dalam wadah yang terbuka dan dimasukan ke tempat pengukuran a w lalu ditutup rapat. Nilai a w dapat terbaca setelah pada layar alat tersebut tertulis ”completed”. Bila nilai a w yang terbaca kurang dari 0.750 maka switch diputar sampai mencapai 0.750. Setelah itu diukur lagi sampai tertulis ”completed”. Pengukuran a w sampel dilakukan dengan cara yang sama yaitu dengan menempatkan sampel pada wadah dan diletakkan di dalam a w -meter sampai tertulis ”completed”.

C. RANCANGAN PERCOBAAN

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap RAL dengan dua kali ulangan. Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini yaitu penambahan isolat protein kedelai pada konsentrasi 2.5, 5 dan 7.5 . Model matematika RAL Mattjik dan Sumertajaya, 2002 adalah : ij i Yij ε τ μ + + = Yij = Nilai pengamatan respon karena pengaruh taraf ke-i dari penambahan isolat protein kedelai pada ulangan ke-j i = Banyaknya perlakuan 1,2,3 j = Banyaknya ulangan 1,2 µ = Nilai rata-rata sebenarnya τ = Pengaruh penambahan isolat protein kedelai ε = Galat pengujian

D. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Data hasil uji organoleptik, analisis sifat fisik dan kimia diolah menggunakan Microsoft Excel 2003 kemudian dianalisis secara statistik menggunakan SPSS Versi 13 dengan uji ragam ANOVA untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap variabel organoleptik dan sifat fisik. Kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui apakah setiap sampel berbeda nyata atau tidak.

E. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Pengolahan Pangan, Bagian Biokimia Pangan, Bagian Kimia Pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung pada bulan Juli hingga November 2006.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

6. Penentuan Formulasi Dendeng Jantung Pisang Batu

Formula dendeng jantung pisang dihasilkan dari proses trial and error. Komposisi dendeng jantung pisang terdiri dari jantung pisang batu, gula merah, bawang merah, bawang putih, lengkuas, ketumbar, asam jawa, daun jeruk, jintan, minyak goreng, tepung sagu, bumbu penyedap dan garam. Proses pembuatan dendeng jantung pisang meliputi pemilihan jantung pisang, pembuangan kelopak, pencucian, perebusan, penumbukan, pencampuran dengan bumbu, pencetakan, pengeringan dan penggorengan. a. Pemilihan jantung pisang Jantung pisang batu merupakan bahan baku dasar yang digunakan dalam pembuatan produk dendeng nabati. Jantung pisang batu memiliki nilai gizi yang tinggi dibandingkan dengan jantung pisang lainnya. Jantung pisang batu yang digunakan adalah jantung pisang segar dan yang sudah berumur tua. Jantung pisang yang masih segar akan memberikan mutu produk dendeng yang berkualitas. Jantung pisang batu memiliki rasa yang hambar jika dicicipi getahnya Putro dan Rosita, 2006. Rasa jantung pisang batu akan berpengaruh terhadap rasa dendeng yang dihasilkan. Jika jantung pisang terasa pahit maka dendeng yang dihasilkan pun pahit. Jantung pisang batu disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Jantung pisang batu segar