Konsep Diri Berdasarkan Karakteristik Anak Jalanan Usia

BAB VII KARAKTERISTIK DAN KONSEP DIRI ANAK JALANAN

7.1 Konsep Diri Berdasarkan Karakteristik Anak Jalanan Usia

Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat terdapat perbedaan konsep diri berdasarkan usia responden. Konsep diri positif lebih menonjol pada yang berusia 13 sampai 15 tahun 85.71 daripada yang berusia 16 sampai 18 tahun 43.75. Hal ini mengindikasikan bahwa responden yang berusia di bawah 16 tahun bangga terhadap dirinya sendiri. Mereka tidak merasa rendah diri dengan pekerjaan mereka sebagai pengamen karena kebanyakan anak jalanan usia 13 sampai 15 tahun turun ke jalan hanya untuk tambahan uang saku ataupun rekreasi dengan teman-teman mereka. Mereka merasa bangga karena pada usia ini mereka sudah tidak perlu lagi meminta uang saku dari orang tuanya. Tabel 18. Jumlah Responden berdasarkan Usia dan Konsep Diri Anak Jalanan Konsep Diri Anak Jalanan Usia Negatif Sedang Positif Jumlah 13 - 15 tahun 0 0.00 2 14.29 12 85.71 14 100.00 16 - 18 tahun 0 0.00 7 43.75 9 56.25 16 100.00 Total 0 0.00 9 30.00 21 70.00 30 100.00 Perbedaan konsep diri anak jalanan menurut usia ini berkaitan dengan alasan mereka turun ke jalan. kebanyakan responden yang berusia 16 sampai 18 tahun turun ke jalan karena kesulitan ekonomi, sedangkan responden yang berusia 13 sampai 15 tahun turun ke jalan adalah untuk mencari tambahan uang saku dan rekreasi. Hal ini memperlihatkan bahwa anak jalanan yang berusia 13 sampai 15 tahun tidak merasa rendah diri karena pekerjaan mereka di jalanan sedangkan pada responden yang berusia 16 sampai 18 tahun merasa rendah diri terhadap pekerjaan mereka di jalanan dan ingin mencari pekerjaan yang lebih baik lagi. Namun konsep diri responden berusia 13 sampai 15 tahun yang cenderung positif ternyata tidak tampak pada kasus AND 15 tahun yang mengamen hanya sampai siang karena takut bertemu teman sekolah ketika dia masih sekolah dulu. Ia mengatakan bahwa ia malu karena berhenti sekolah dan jika teman-teman sekolahnya dulu melihat dia bekerja sebagai pengamen untuk membantu keluarga. “cita-cita sih ga ada teh, cuma pengennya kerja di kantoran, soalnya jadi pengamen teh capek. Trus kalo dikantorankan lebih keren trus masa depan kejamin...” SYR, 17 tahun. Jenis Kelamin Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin, konsep diri anak jalanan secara keseluruhan cenderung positif. Konsep diri positif lebih menonjol pada responden perempuan 100 daripada responden laki-laki 85.71. Ketika diwawancarai, responden perempuan langsung mau bercerita mengenai kegiatan dan kehidupan mereka di jalanan berbeda halnya dengan responden laki-laki yang pada awalnya merasa malu ketika bercerita mengenai kehidupan mereka. Tabel 19. Jumlah Responden berdasarkan Jenis Kelamin dan Konsep Diri Anak Jalanan Konsep Diri Anak Jalanan Jenis kelamin Negatif Sedang Positif Jumlah Laki-laki 0 0.00 9 33.33 18 66.67 27 100.00 Perempuan 0 0.00 0 0.00 3 100.00 3 100.00 Total 0 0.00 9 30.00 21 70.00 30 100.00 Responden perempuan lebih menghargai pekerjaan mereka sebagai anak jalanan dibandingkan anak jalanan laki-laki. Hal ini disebabkan responden perempuan merasa bangga walaupun mereka seorang perempuan, mereka juga bisa bekerja mencari uang untuk keluarganya. Namun pada kenyataannya konsep diri cenderung positif yang dimiliki oleh anak jalanan perempuan ternyata berbeda dengan kenyataan bahwa anak jalanan perempuan pada usia diatas 15 tahun jarang ditemukan di jalanan karena faktor rasa malu ketika usia mereka beranjak dewasa. Tingkat Pendidikan Berdasarkan Tabel 20 dapat dilihat bahwa responden mempunyai konsep diri secara keseluruhan yang tinggi walaupun tingkat pendidikan mereka berbeda- beda. Responden yang tidak sekolah pun mempunyai konsep diri cenderung positif sama dengan responden yang pernah menerima pendidikan. Hal ini memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan tidak menyebabkan perbedaan konsep diri anak jalanan. Tabel 20. Jumlah Responden berdasarkan Jenis Tingkat Pendidikan dan Konsep Diri Anak Jalanan Konsep Diri Anak Jalanan Tingkat pendidikan Negatif Sedang Positif Jumlah Tidak pernah sekolah 0 0.00 0 0.00 1 100.00 1 100.00 SD dan sederajat 0 0.00 4 30.77 9 69.23 13 100.00 SMP dan sederajat 0 0.00 4 30.77 9 69.23 13 100.00 SMA dan sederajat 0 0.00 1 33.33 2 66.67 3 100.00 Total 0 0.00 9 30.00 21 70.00 30 100.00 Berdasarkan wawancara dengan siswa STM Yapis, AWL 17 tahun mengatakan bahwa dia turun ke jalan hanya untuk mencari tambahan uang saku. Walaupun dia sudah sekolah hingga tingkat Sekolah Menengah Atas, dia tetap turun ke jalan dan bekerja sebagai pengamen. Hal ini juga terlihat dari ARS 13 tahun, seorang responden yang hanya sekolah hingga tingkat Sekolah Dasar yang juga bekerja di jalanan sebagai pengamen. Dia mengatakan bahwa dia turun ke jalan karena diajak dengan teman-temannya rekreasi. Dari kedua kasus tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki oleh responden tidak mempunyai pengaruh terhadap konsep diri mereka. Jenis Pekerjaan Berdasarkan Tabel 21 dapat dilihat bahwa konsep diri anak jalanan berdasarkan pekerjaan mereka cenderung positif untuk masing-masing pekerjaan. Hal ini memperlihatkan bahwa jenis pekerjaan mereka sebagai anak jalanan tidak menyebabkan perbedaan pada konsep diri yang mereka miliki. Responden yang bekerja sebagai pengamen mempunyai konsep diri cenderung tinggi, walaupun demikian responden yang bekerja sebagai pengamen pun masih ada yang kurang menghargai pekerjaan mereka sebagai pengamen. Tabel 21. Jumlah Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan dan Konsep Diri Anak Jalanan Konsep Diri Anak Jalanan Jenis Pekerjaan Negatif Sedang Positif Jumlah usaha di bidang jasa 0 0.00 0 0.00 1 100.00 1 100.00 Pengamen 0 0.00 9 32.14 19 67.86 28 100.00 kerja serabutan 0 0.00 0 0.00 1 100.00 1 100.00 Total 0 0.00 9 30.00 21 70.00 30 100.00 Konsep diri cenderung positif dari responden adalah seperti menganggap pekerjaan yang mereka jalani di jalanan tidak hina dan halal. Pada kenyataannya, walaupun responden yang bekerja serabutan yaitu SYF 17 tahun mempunyai konsep diri positif, dia pernah menjadi bandar dan pemakai narkoba. Pada saat wawancara berlangsung, dia mengatakan bahwa dia baru saja berhenti mengedarkan dan mengkonsumsi pil leksotan empat bulan yang lalu karena sudah menjadi buronan polisi. Begitu juga halnya dengan dengan seks bebas, PLY 17 tahun mengatakan bahwa AWL 17 tahun temannya sesama pengamen sering melakukan seks bebas dengan pacarnya. Walaupun melakukan hal tersebut, tetap saja AWL hanya ingin melakukan hal tersebut dengan perempuan yang sudah bekerja atau mapan karena AWL bepikir jika perempuan tersebut sudah bekerja segala kebutuhan AWL akan terpenuhi. Salah satu kasus menarik adalah ketika SYF 17 tahun dan BRQ 17 tahun diajak bekerja sebagai buruh di salah satu pabrik bangunan di Cirebon oleh Bapak AGN 41 tahun selaku ketua Yayasan Rumah Singgah Titian Mandiri. Setelah mereka bekerja disana tiga hari, mereka tidak betah dan kembali ke Bogor dan bekerja sebagai anak jalanan lagi. Alasan mereka tidak betah bekerja adalah mereka ternyata disuruh menarik besi sebesar kontainer. Mereka menganggap hal tersebut melelahkan. Padahal berdasarkan wawancara dengan salah satu pengurus Yayasan Titian Mandiri yaitu Bapak MDE 39 tahun, memang pada awalnya pekerjaan mereka seperti karena mereka belum dibekali dengan keterampilan membentuk besi, namun pada akhirnya nanti mereka pasti akan diajarkan caranya dan akan bekerja sebagai buruh lainnya. “ya ampun teh, bayangin aja kita disuruh narik besi pake tambang, besinya teh? Segede-gede kontainer deh. Bayangin aja Saya mah ga betah diperintah-perintah gitu ma mandornya, mendingan ngamen deh.. bisa seenaknya aja, gampang lagi…” SYF 17 tahun.

7.2 Ikhtisar