Karakteristik Anak Jalanan KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI ANAK JALANAN

BAB V KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI ANAK JALANAN

5.1 Karakteristik Anak Jalanan

Karakteristik anak jalanan yang akan dibahas pada subbab ini meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan lama bekerja di jalanan. Alasan anak turun ke jalan akan dibahas secara terpisah pada subbab berikutnya. Selain itu akan dibahas juga faktor eksternal anak jalanan mencakup tingkat sosial ekonomi keluarga dan kekerasan yang dialami anak jalanan. Usia dan Jenis Kelamin Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa sebagian besar anak jalanan yang menjadi responden adalah anak laki-laki. Pada saat pemilihan responden sulit menemukan anak jalanan perempuan yang berusia 13 sampai 18 tahun. Sebagian besar anak jalanan perempuan berusia dibawah 13 tahun. Hal ini seperti informasi yang dikatakan BDN 40 tahun bahwa dulu memang banyak anak jalanan perempuan. Namun, sekarang anak jalanan perempuan sudah jarang ditemukan di jalanan karena mereka sudah besar sehingga mereka sudah merasa malu bekerja sebagai anak jalanan lagi. Hal ini mengindikasikan bahwa anak jalanan perempuan mempunyai faktor rasa malu yang lebih besar dibandingkan anak jalanan laki-laki. Tabel 2. Sebaran Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Usia Jenis kelamin 13 sampai 15 tahun 16 sampai 18 tahun Jumlah Laki-laki 11 40.74 16 59.26 27 100.00 Perempuan 3 100.00 0 00.00 3 100.00 Total 14 46.67 16 53.33 30 100.00 Anak jalanan yang dijadikan responden dibagi menjadi dua kategori usia yaitu 13 sampai 15 tahun dan 16 sampai 18 tahun. Jumlah anak jalanan yang berusia 16 sampai 18 tahun lebih besar daripada yang berusia 13 sampai 15 tahun. Namun jumlah anak perempuan lebih banyak pada anak jalanan yang berusia 13 sampai 15 tahun. Anak jalanan yang sudah tergolong usia dewasa di atas 19 tahun kelihatannya berada di jalan karena pekerjaan mereka sebagai anak jalanan dijadikan mata pencaharian utama untuk mencari nafkah. Tingkat pendidikan dan Jenis Pekerjaan Anak Jalanan Tingkat pendidikan anak jalanan ternyata sebagian besar di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, diantara yang berpendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama tersebut ada yang tidak menamatkan sekolahnya Tabel 3. Pada umumnya mereka tidak melanjutkan sekolah karena keterbatasan ekonomi. Selain itu ada juga anak jalanan yang tidak ingin melanjutkan sekolah karena malu. MHG 10 tahun tidak mau bersekolah karena tidak bisa membaca walaupun sudah belajar berkali-kali. Padahal MHG tidak perlu memikirkan biaya untuk sekolahnya lagi karena ia mendapat bantuan dari seorang donatur dari salah satu sekolah islam yang berlokasi di daerah Budi Agung. Dulu MHG sering diberi bantuan oleh donatur tersebut berupa sembako maupun dalam bentuk uang, namun sekarang sudah tidak lagi karena MHG malu jika terlihat di jalan sedang mengamen. Tabel 3. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis Pekerjaan Jenis Pekerjaan Tingkat pendidikan usaha di bidang jasa Pengamen kerja serabutan Jumlah Tidak pernah sekolah 0 0.00 1 100.00 0 0.00 1 100.00 SD dan sederajat 0 0.00 13 100.00 0 0.00 13 100.00 SMP dan sederajat 1 7.69 12 92.31 0 0.00 13 100.00 SMA dan sederajat 0 0.00 2 66.67 1 33.33 3 100.00 Total 1 3.33 28 93.33 1 3.33 30 100.00 Diantara yang tidak tamat SD, terdapat responden perempuan berinisial ENG 13 tahun. ENG tidak sekolah lagi karena tidak ada biaya, akhirnya ia diajak oleh ketua Yayasan Titian Mandiri untuk mengikuti Paket A di yayasan yang dekat dengan lokasi mengamen ENG. Pada awalnya ENG mau mengikuti kegiatan tersebut, namun pada akhirnya ia berhenti karena malu. Anak-anak yang mengikuti Paket A usianya lebih muda dari ENG dan ENG hanya ingin mengikuti ujian akhir untuk mendapatkan ijazah saja. ENG berpikir daripada bersekolah pada hari Senin dan Sabtu lebih baik ia mengamen untuk membantu orang tuanya yang sering sakit. Responden yang telah lulus Sekolah Menengah Atas hanya satu orang 3.33 yaitu MWN 18 tahun. MWN berasal dari keluarga yang sederhana, Ayahnya bekerja sebagai staf Tata Usaha di sebuah universitas swasta di daerah Bogor dan kakaknya kini sedang berkuliah di tempat ayahnya bekerja. Ia tidak ingin melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi karena ingin belajar mandiri dengan bekerja tidak membebani orang tua dalam hal uang saku. Selain itu MWN juga mempunyai kelompok musik atau band yang diberi nama ’The Hero’ . Kelompok band ini sudah melakukan rekaman walaupun hasilnya belum banyak. MWN mengatakan bahwa jika dia tidak tinggal di rumah maka dia menginap di rumah teman atau di studio musik milik temannya. MWN mempunyai cita-cita bahwa nanti bandnya akan menjadi terkenal sehingga ia bisa mencari uang tambahan untuk dirinya sendiri. Ketiga kasus di atas memperlihatkan bahwa tidak berlanjutnya pendidikan anak jalanan bukan hanya faktor biaya tetapi juga faktor lainnya seperti usia, kesulitan ekonomi, dan ketidaktertarikan terhadap pendidikan. Jenis pekerjaan yang dominan dilakukan anak jalanan adalah pengamen 93,33. Responden yang bekerja di bidang jasa 3.33 adalah responden yang bekerja sebagai calo angkutan umum nomor 32 setelah pulang sekolah. Sedangkan responden yang mempunyai jenis pekerjaan serabutan 3.33 adalah responden yang tidak memiliki pekerjaan yang pasti atau bisa disebut bekerja secara musiman. Hasil wawancara dengan SYF 17 tahun yaitu ketika ada yang mengajaknya bekerja sebagai kuli bangunan, ia akan ikut. Namun, ketika pekerjaan tersebut telah selesai, ia akan menganggur, kadangkala jika ingin sekedar merokok maka ia akan mengamen. Pengamen ini pada umumnya berpendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Responden yang melakukan pekerjaan di bidang jasa dan pekerjaan serabutan mempunyai pendidikan terakhir Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Usia mereka rata-rata 17 tahun. Hal ini memperlihatkan bahwa responden yang bekerja sebagai pengamen umumnya masih muda dan masih ingin bersenang-senang dalam melakukan pekerjaan tersebut. Mereka berpikir dengan bekerja sebagai pengamen mereka bisa istirahat semaunya. Lain halnya dengan responden yang bekerja sebagai calo atau buruh bangunan pada umumnya harus mempunyai kekuatan fisik yang relatif besar.

5.2 Alasan Anak Turun ke Jalan