Alasan Anak Turun ke Jalan

tersebut. Mereka berpikir dengan bekerja sebagai pengamen mereka bisa istirahat semaunya. Lain halnya dengan responden yang bekerja sebagai calo atau buruh bangunan pada umumnya harus mempunyai kekuatan fisik yang relatif besar.

5.2 Alasan Anak Turun ke Jalan

Keberadaan anak di jalanan mempunyai berbagai macam alasan. Alasan yang pertama adalah anak jalanan turun ke jalan karena kesulitan ekonomi. Dalam hal ini mereka bekerja di jalanan untuk membantu keluarga mereka mencari nafkah. Dari 30 responden hampir 50 persen anak jalanan turun ke jalan karena alasan kesulitan ekonomi Tabel 4. Sebagai contoh, IQL 13 tahun yang kini tinggal dengan kakek dan neneknya terpaksa harus berhenti sekolah karena tidak bisa lagi membayar uang sekolah. Dulu ayah IQL bekerja di kantoran, akan tetapi karena malas dia dikeluarkan dari kantornya. Setelah itu ayah IQL bekerja sebagai tukang ojek, namun tidak berlangsung lama karena malas. Ibu IQL dipaksa bekerja untuk menghidupi keluarganya. Akhirnya ibu IQL kabur dari rumah karena tidak sanggup menerima perlakuan dari ayah IQL yang kasar. Adik dan kakak IQL tinggal bersama ayahnya. Ironisnya kakak-kakak IQL sudah bekerja dan adiknya pun masih sekolah sedangkan IQL putus sekolah. Setelah IQL putus sekolah, kakaknya sering mengunjunginya dan berjanji ingin menyekolahkan IQL kembali, tetapi sampai saat ini belum terlaksana juga. Kini ibu IQL tinggal bersama uanya di daerah Citayeum tetapi IQL tidak boleh memberitahu siapapun mengenai keberadaan ibunya tersebut. Ibu IQL sering mengunjungi IQL di tempat dia mengamen. Walaupun sudah dibujuk berulang kali ibunya tetap tidak mau pulang padahal IQL dan adiknya sangat membutuhkan dan merindukan sosok sang ibu. IQL terpaksa mengamen menggantikan neneknya yang sudah tidak bekerja karena sudah tua 60 tahun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Alasan anak turun ke jalan yang kedua adalah untuk mencari tambahan uang saku. Anak jalanan yang turun ke jalan dengan alasan kedua ini biasanya turun ke jalan jika mereka perlu uang untuk membeli sesuatu. Hal ini seperti hasil wawancara dengan KDR 18 tahun bahwa dia mengamen jika ingin merokok saja. Namun, ketika malas maka ia di rumah saja atau berkumpul dengan teman- temannya. Alasan yang ketiga adalah rekreasi. Alasan rekreasi adalah anak jalanan turun ke jalan karena hanya ingin bermain dengan teman-temannya saja dan untuk menyalurkan kegemaran mereka terhadap musik. Sedangkan alasan anak turun ke jalan karena kurang perhatian keluarga tidak ditemukan pada 30 responden tersebut. Tabel 4. Jumlah Responden Berdasarkan Alasan Turun ke Jalan. Penyebab Turun ke Jalan Jumlah Kesulitan Ekonomi 14 46.66 Tambahan uang saku 11 36.66 Kurang perhatian Keluarga 0 00.00 Rekreasi 5 16.66 Total 30 100.00 Anak jalanan yang turun ke jalan karena alasan kesulitan ekonomi lebih banyak berusia 16 sampai 18 tahun. Berbeda halnya dengan anak jalanan yang turun ke jalan karena alasan tambahan uang saku dan rekreasi lebih banyak pada umur 13 sampai 15 tahun. Hal ini memperlihatkan bahwa anak jalanan yang sudah berumur di bawah 16 tahun masih menggunakan uang yang mereka dapatkan dari hasil bekerja di jalanan untuk jajan. “ uang yang saya dapet di jalanan mah buat jajan ma arisan doang kak, kalo ada lebih aja baru dikasih ke orang tua. Lagian kan lumayan kalo dapet arisan…” GRN 13 tahun. Tabel 5. Sebaran Responden Berdasarkan Alasan Turun ke Jalan dan Usia Anak Jalanan Penyebab Turun ke Jalan Usia Kesulitan Ekonomi Tambahan uang saku Rekreasi Jumlah 13 - 15 tahun 4 28.57 7 50.00 3 21.43 14 100.00 16 - 18 tahun 10 62.50 4 25.00 2 12.50 16 100.00 Total 14 46.67 11 36.67 5 16.67 30 100.00 Keinginan anak untuk bekerja di jalanan paling banyak adalah keinginan sendiri Tabel 6. Mereka mengatakan bahwa orang tua tidak menyuruh ataupun melarang mereka untuk bekerja di jalanan. Namun pada kenyataannya walaupun mereka mengatakan bekerja karena keinginan sendiri tetapi mereka tidak mempunyai pilihan lain. “Gimana lagi atuh neng, ibu juga ga bisa ngelarang, anaknya pengen sendiri, pengen bantu-bantu orang tua katanya. Pesen ibu mah yang penting bisa jaga diri aja. Abis ibu sama bapak udah ga kuat lagi kerja, kalo ibu sama bapak kerja suka kambuh penyakitnya. Dulu sih ibu ada yang bantuin, Aanya ENG, cuma sekarang lagi di penjara, belum divonis udah 2 bulan…” Ibu dari ENG, 50 tahun. ENG 13 tahun merupakan salah satu pencari nafkah satu-satunya di keluarga karena kedua orang tuanya tidak bekerja. Pada saat mengobrol dengan ibu ENG tersebut, ia mengatakan bahwa ia menderita kanker rahim. Ketika ia masih bekerja menjadi tukang cuci, penyakitnya pernah kambuh sehingga ia mengalami pendarahan. Suaminya pun tidak kuat lagi bekerja karena menderita penyakit paru-paru sehingga kondisi fisiknya memprihatinkan. Kakak laki-lakinya yang pertama sudah menikah tetapi tidak mempunyai pekerjaan tetap. Dua kakak laki-lakinya yang lain bekerja sebagai pengamen, namun NNG 19 tahun sedang menunggu vonis untuk dipenjara karena kasus narkoba, sedangkan KIK 14 tahun mengamen tetapi uangnya habis di jalanan sehingga tidak bisa membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Oleh karena itu ENG tidak ada pilihan selain menjadi tulang punggung keluarga. Tabel 6. Jumlah Responden Berdasarkan Keinginan Bekerja. Keinginan bekerja Jumlah Sendiri 29 96.67 Lainnya 1 3.33 Total 30 100.00 Kasus lainnya yaitu responden yang bekerja karena keinginan orang lain 3,33 yaitu IQL 13 tahun. IQL tinggal bersama nenek dan kakeknya yang sudah tua dan tidak bekerja. Karena putus sekolah dan tidak bekerja apa-apa, neneknya menyarankan IQL untuk mengamen untuk membantu keuangan keluarganya tersebut. IQL bercerita walaupun neneknya yang menyuruh dia bekerja sebagai pengamen namun dia tidak merasa terpaksa untuk bekerja karena kasihan kepada nenek dan kakeknya yang sudah tua.

5.3 Faktor Eksternal Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga Anak Jalanan.