1
I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang
Buah-buahan telah lama dikenal sebagai sumber vitamin dan mineral. Pada
zaman sekarang ini, buah-buahan banyak diperdagangkan untuk menambah pendapatan.
Kondisi ini
memungkinkan terjadinya
persaingan di pasar buah dunia. Masing- masing
negara mempunyai
kebanggaan menawarkan
jenis buah-buahan
yang dimilikinya di pasar dunia. Fiji, Honduras
bangga dengan pisang Gros Michel sejenis pisang ambon di Indonesia, Israel bangga
dengan alpukat Puerte, Filipina bangga dengan mangga Kerabau, New Zealand
selandia baru bangga dengan buah kiwinya, serta Thailand yang bangga dengan duriannya.
Untuk itu Indonesia diharapkan akan muncul kebanggaannya terhadap salak dan manggis.
Dari segi ilmu pengetahuan, buah- buahan asli Indonesia belum banyak mendapat
perhatian. Pengembangannya
kearah pemuliaan masih terbatas pada pemilihan
varietas-varietas yang baikunggul. Memang tidak semua buah-buahan asli mempunyai
potensi untuk dikembangkan karena rasanya tidak dapat memenuhi selera umum. Namun
sebenarnya ada kemungkinan juga dapat dikembangkan kearah pemilihan bibit yang
unggul dengan cara persilangan.
Pulau Bali selain terkenal sebagai daerah wisata juga dikenal sebagai daerah
penghasil buah-buahan, salah satu diantaranya adalah buah salak. Nama “Salak Bali”
sesungguhnya adalah nama populer yang diberikan oleh konsumen di luar bali untuk
buah salak yang berasal dari bali. Sejak dahulu citra salak Bali, terutama bagi orang-
orang di luar daerah Bali, dinyatakan baik dengan ciri-ciri memiliki rasa yang manis,
enak dan tidak sepet, serta sifat-sifat khas lainnya seperti warnanya yang gelap dan
ukuran yang kecil-kecil.
Di Bali buah salak memiliki peranan yang penting baik dalam bidang sosial-budaya
maupun ekonomi Suter, 1988. Di bidang sosial-budaya
yaitu adanya
kebiasaan masyarakat Bali untuk menjadikan buah salak
sebagai oleh-oleh atau buah tangan bila berkunjung kepada keluarga, baik di Bali
maupun di luar daerah Bali. Buah salak diperlukan hampir pada setiap kegiatan
pembuatan sesajen dalam rangka pelaksanaan upacara adat dan keagamaan di Bali. Secara
ekonomis, khususnya bagi beberapa petani salak, dimana budidaya tanaman salak telah
mendapat bentuk sebagai suatu usaha tunggal yaitu hampir semua sumber pendapatan
keluarga berasal dari usaha tani tanaman salak,
terutama di
daerah Kabupaten
Karangasem. Bagi Pemerintah Daerah Bali, buah salak merupakan salah satu sumber
pendapatan daerah karena retribusi yang diterima dari hasil penjualannya.
Daerah Bali sebagai salah satu daerah wisata terkenal secara internasional,
dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk mengenalkan buah salak bagi orang asing,
sehingga dapat membuka peluang pemasaran buah salak sebagai komoditi ekspor. Sampai
saat ini ekspor buah salak langsung dari Bali belum ada, namun sejak tahun 1970 telah ada
rintisan ekspor buah salak ke Belanda Sugihat, 1973, dan belakangan telah meluas
ke Timur Tengah Anonim, 1986.
Buah salak tidak hanya dihasilkan di Bali, tetapi juga di daerah-daerah lainnya di
Indonesia. Walaupun demikian penyebaran tanaman salak di Indonesia masih terbatas di
beberapa tempat di daerah Bali dan Jawa, serta terdapat di beberapa tempat di daerah-
daerah seperti di Sumatera, Sulawesi dan Maluku. Potensi budidaya tanaman salak
dapat ditingkatkan ke daerah-daerah lainnya termasuk daerah Kalimantan dan Irian Jaya.
Dalam pengembangan usaha tani buah-buahan secara agribisnis yang mengarah
pada usaha untuk memasok hasil buah-buahan di
pasar bebas
pasar global
akan menghadapi persaingan dagang yang tidak
ringan. Selama produksi dan mutu hasil buah- buahan ditentukan oleh kondisi bibit varietas
dan dipengaruhi pula oleh kondisi lingkungan maka pengembangannya harus menentukan
lokasi yang sesuai dengan agroklimatnya. Terlebih lagi bila varietas unggul yang
dianjurkan yang telah dilepas ke pasaran belum dikaji daya penyesuaiannya dengan
kondisi setempat di lokasi pengembangan baru.
Dalam rangka pengembangan potensi budidaya tanaman salak khususnya di Bali,
perlu diadakan suatu studi agroklimat untuk tanaman salak, agar potensi-potensi daerah
lain di Bali dapat diketahui apakah memiliki kelayakan untuk pengembangan budidaya
tanaman salak tersebut. Hal ini mengingat sentra produksi tanaman salak sampai saat ini
hanya meliputi satu wilayah saja yaitu Kabupaten Karangasem.
Oleh karena itu, tersedianya peta- peta agroklimat untuk setiap komoditas
kultivar akan sangat membantu dalam perencanaan
pengembangan komoditas
terebut. Tentunya
pembagian wilayah
2
persebaran tipe iklim tersebut bersifat kasar global. Ada baiknya pembagian wilayah
tersebut berdasarkan agroklimat yang lebih rinci, sesuai dengan kebutuhan tanaman
masing-masing varietas, karena setiap varietas membutuhkan kesesuaian agroklimat yang
berbeda.
Dalam pengembangan
potensi budidaya tanaman salak pada daerah-daerah
lain, perlu diperhatikan faktor-faktor iklim, jenis tanah, topografi serta keadaan umum
pada daerah bersangkutan. Hal ini karena di tiap-tiap daerah memiliki iklim, jenis tanah
dan topografi yang berbeda-beda. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang pewilayahan
agroklimat tanaman salak mengingat belum adanya
penelitian tentang
pewilayahan tanaman salak, khususnya untuk daerah Bali.
1.2. Tujuan
Penelitian ini
bertujuan untuk
mengetahui daerah-daerah lain di Propinsi Bali
yang memiliki
potensi untuk
pengembangan tanaman salak Bali Salacca edulis
Reinw. selain Kabupaten Karangasem, melalui
pendekatan beberapa
aspek agroklimatnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keadaan Umum Propinsi Bali