9
salak. Tanda-tanda tanah yang miskin akan unsur hara biasanya berwarna kemerah-
merahan. Lahan
yang kurang
baik pun
sebenarnya dapat ditanami salak. Penambahan pupuk organik seperti kompos, OST, pupuk
kandang, dan sebagainya akan membantu memperbaiki struktur tanah menjadi gembur.
Sedangkan unsur hara yang kurang dapat ditambah dengan pupuk anorganik yang
mengandung
unsur hara
lebih tinggi
dibandingkan pupuk organik.
2.3.4. Topografi Salak tumbuh subur di dataran
rendah tropik. Tanaman salak dapat tumbuh baik pada tanah-tanah gembur dari dataran
rendah sampai ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Produksi yang baik diperoleh
dari tanaman salak yang ditanam lebih rendah dari 300 meter di atas permukaan laut Ochse,
1961. Batas toleransi ketinggian yang masih memungkinkan adalah 900 meter di atas
permukaan laut. Apabila ketinggian tempat diatas 900 meter, maka pohon salak akan sulit
untuk berbuah.
Dataran rendah menerima sinar matahari dalam jumlah yang besar. Karena
itu, tanaman salak membutuhkan naungan yang lebih rapat. Pada ketinggian 700-900
meter di atas permukaan laut, naungan tidak perlu terlalu rapat karena sinar matahari
biasanya tidak terlalu terik.
Tanah yang berada di kemiringan, lereng
bukit, atau
lembah masih
memungkinkan untuk ditanami salak. Daerah pegunungan
atau perbukitan
asalkan ketinggiannya tidak lebih dari 900 meter di
atas permukaan
laut masih
dapat dimanfaatkan. Pada kondisi lahan seperti ini,
cara penanaman disesuaikan dengan garis kontur. Salak dapat ditanam dengan jarak
tanam yang lebih rapat. Kerapatan tanam selain dapat menambah jumlah populasi, yang
berarti jumlah tanaman produktif lebih banyak, juga berfungsi untuk konservasi alam.
Akar tanaman salak akan membantu menahan tanah dari erosi yang sering terjadi di lereng
pegunungan atau lereng-lereng bukit. 2.4.
Evaluasi Lahan dan Pewilayahan Tanaman
Evaluasi lahan merupakan suatu proses dalam menduga potensi lahan untuk
penggunaan tertentu, baik untuk pertanian maupun non pertanian, sesuai dengan kelas
kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan adalah
kecocokan suatu
lahan untuk
penggunaan tertentu, seperti misalnya lahan sesuai untuk pemukiman, perkebunan dan
sebagainya. Lahan perlu dievaluasi karena tidak semua lahan sesuai untuk setiap
komoditas.
Potensi suatu
daerah untuk
pengembangan suatu komoditas pertanian pada umumnya ditentukan oleh kecocokan
antara sifat fisik lingkungan dalam hal ini mencangkup iklim, tanah, topografi dengan
persyaratan tumbuh tanaman. Kecocokan antara sifat fisik lingkungan dari suatu daerah
dengan persyaratan tumbuh tanaman dapat memberikan informasi bahwa komoditas
tersebut potensial dikembangkan di daerah bersangkutan.
Pewilayahan tanaman merupakan salah satu metode evaluasi lahan yang
mengidentifikasi lahan yang dapat digunakan untuk tanaman tertentu, sehingga dapat
ditentukan kelas-kelas
kesesuaian lahan
terhadap tanaman dan dapat diperoleh lahan yang potensial untuk pengembangan tanaman
tersebut Khomarudin, 1998. Penilaian kesesuaian lahan dibedakan
menurut tingkatannya yaitu, yang tergolong sesuai S dan yang tergolong tidak sesuai
N. Lahan yang tergolong sesuai S dibedakan antara lahan sangat sesuai S1,
sesuai S2, dan sesuai marjinal S3. Ketiga kelas ini didasarkan pada faktor pembatas
yang mempengaruhi kelanjutan penggunaan lahan. Tabel 1 diatas menunjukan beberapa
persyaratan penggunaan lahan untuk tanaman salak.
2.5. Sistem Informasi Geografis