2.2 Konsep Dasar Kepemimpinan
2.2.1 Pengertian Kepemimpinan
Masalah kepemimpinan telah muncul bersamaan dengan dimulainya sejarah kehidupan manusia, yaitu sejak manusia menyadari pentingnya hidup
berkelompok untuk mencapai tujuan bersama. Mereka membutuhkan seseorang yang mempunyai kelebihan-kelebihan daripada yang lain, terlepas dalam bentuk
apa kelompok manusia itu dibentuk. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dan selalu
mempunyai keterbatasan dan kelebihan-kelebihan tertentu. “Kepemimpinan itu merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri
seorang yang memimpin, yang tergantung dari macam-macam faktor, baik faktor- faktor intern maupun faktor-faktor ekstern” Winardi, 2000:47. Wirjana dan
Supardo 2005:3 menyatakan, “kepemimpinan adalah suatu proses yang kompleks dimana seseorang mempengaruhi orang-orang lain untuk mencapai
suatu misi, tugas, atau sasaran, dan mengarahkan organisasi dengan cara yang membuatnya lebih kohesif dan masuk akal”.
Anoraga 2003:2 menjelaskan, “kepemimpinan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, melalui komunikasi baik langsung
maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang tersebut agar dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti
kehendak-kehendak pemimpin itu”. Armstrong 2003 dalam Sudarmanto 2009:133 mengemukakan, ”kepemimpinan adalah proses pemberian inspirasi
kepada semua karyawan agar bekerja sebaik-baiknya untuk mencapai hasil yang diharapkan”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang dalam mengarahkan atau
mempengaruhi orang lain untuk bekerja sebaik-baiknya demi mencapai tujuan organisasi ataupun pribadi dengan cara yang masuk akal.
Menurut Hasibuan 2009:170 gaya kepemimpinan ada 3: a. Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang, sebagian besar mutlak tetap berada pada pimpinan atau kalau pimpinan itu menganut
sistem sentralisasi wewenang. Pengambilan keputusan dan kebijakan hanya ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk
memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Bawahan hanya bertugas sebagai pelaksana keputusan yang telah
ditetapkan pimpinan. Pemimpin menganggap dirinya orang yang paling berkuasa, paling pintar, dan paling cakap. Pengarahan bawahan dilakukan
dengan memberikan intruksi perintah, ancaman hukuman, serta pengawasan dilakukan secara ketat. Orientasi kepemimpinanya difokuskan hanya untuk
produktivitas kerja karyawan dengan memperhatikan perasaan dan kesejahteraan bawahan.
b. Kepemimpinan Partisipatif Kepemimpinan partisipatif adalah apabila kepemimpinannya dilakukan
dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama serasi, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar merasa ikut
memiliki perusahaan. Bawahan harus berpartisipasi memberi saran, ide, dan pertimbangan-pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Keputusan
tetap dilakukan pimpinan dengan mempertimbangkan saran dan ide yang diberikan bawahannya. Pemimpin gaya partisipatif akan mendorong
kemampuan bawahan mengambil keputusan. Dengan demikian, pemimpin akan selalu membina bawahan unuk menerima tanggung jawab yang lebih
besar.
c. Kepemimpinan Delegatif Kepemimpinan delegatif apabila seorang pemimipin mendelegasikan
wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap. Dengan demikian, bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijakan dengan bebas atau leluasa dalam
melaksanakan pekerjaanya. Pemimpin tidak peduli cara bawahan mengambil keputusan dan mengerjakan pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan pada
bawahan. Di sini pimpinan menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan kepada bawahan dalam arti pimpinan menginginkan agar para
bawahan bisa mengendalikan diri mereka sendiri dalam mengerjakan tugas mereka tersebut.
2.2.2 Indikator Kepemimpinan
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menurut Wexley dan Yuki 2005:219 yaitu:
a. Kejelasan peran Role Clarifation Yaitu memberikan kejelasan tentang peranan apa yang seharusnya
dilakukan oleh karyawan. b. Penetapan pengaitan ganjaran
Yaitu pengaitan ganjaran dalam suatu organisasi akan mempengaruhi motivasi dan perilaku karyawan. Penetapan ganjaran yang sesuai ini didasarkan
pada perilaku yang dilakukan para karyawan. c. Mempermudah pekerjaan
Yaitu bagaimana cara pemimpin mempermudah pekerjaan kelompok dan pada saat yang sama meningkatkan harapan bawahan bahwa usahanya untuk
mencapai pelaksanaan kerja baik akan berhasil. d. Kepemimpinan yang suportif
Yaitu pemimpin memberikan dukungan psikologi kepada bawahan yang merasa tertekan, tidak senang, atau mendapatkan pekerjaan yang
membosankan.
2.3 Konsep Dasar Motivasi