1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka mengantisipasi perubahan-perubahan global dan persaingan pasar bebas, serta tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan, dan
teknologi khususnya teknologi informasi yang semakin hari semakin canggih, pemerataan layanan pendidikan yang perlu diarahkan pada
pendidikan yang transparan, berkeadilan dan demokratis democratic education. Sekolah sebagai sebuah masyarakat kecil mini society
merupakan wahana pengembangan peserta didik dituntut untuk menciptakan iklim pembelajaran yang demokratis democratic instruction agar terjadi
proses pembelajaran yang menyenangkan joyfull learning. Untuk kepentingan tersebut diperlukan perubahan yang cukup
mendasar dalam sistem pendidikan nasional, yang dipandang oleh berbagai pihak sudah tidak efektif, bahkan dari segi mata pelajaran yang diberikan
dianggap berlebihan muatan overload tetapi tidak mampu memberikan bekal serta tidak mampu mempersiapkan peserta didik untuk bersaing
dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Perubahan mendasar tersebut berkaitan dengan kurikulum yang dengan sendirinya menuntut dan mempersyaratkan
berbagai perubahan pada komponen-komponen pendidikan lain Mulyasa, 2014: 7.
Perubahan kurikulum pada dasarnya memang dibutuhkan manakala kurikulum tersebut dipandang sudah tidak efektif dan relevan lagi dengan
tuntutan dan perkembangan jaman dan setiap perubahan akan mengandung resiko dan konsekuensi tertentu. Kebijakan perubahan kurikulum ini
menjadikan proses dan output pendidikan menjadi lebih baik sehingga membawa peserta didik menjadi generasi “ready for use” di tengah
masyarakat. Perubahan dalam hal ini adalah dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP menuju ke Kurikulum 2013.
Upaya penyempurnaan kurikulum demi mewujudkan sistem pendidikan nasional yang kompetitif dan selalu relevan dengan
perkembangan zaman yang senantiasa menjadi tuntutan. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 35
dan 36 yang menekankan perlunya pendidikan standar nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Di Indonesia beberapa kali mengalami perbaikan kurikulum diantaranya Kurikulum 1994 yang pada
gilirannya diganti dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi pada tahun 2004. Penerapan KBK di sekolah tidak bertahan lama karena dua tahun
kemudian tepatnya tahun 2006 Pemerintah Indonesia meluncurkan Kurikulum baru yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP
sebagai penyempurna dari kurikulum sebelumnya Mida, 2013:111. Kurikulum 2013 merupakan suatu kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan yang diharapkan mampu untuk menjawab tantangan dan persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia ke depan. Perubahan yang
mendasar pada Kurikulum 2013 dibandingkan dengan kurikulum-kurikulum
yang sebelumnya adalah perubahan pada tingkat satuan pendidikannya dimana implementasi Kurikulum 2013 ini dilakukan pada tingkat satuan
pendidikan mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan.
Implementasi Kurikulum 2013 diawali dengan adanya pilot project di berbagai tingkatan sekolah, salah satunya adalah Sekolah Menengah Atas di
Kabupaten Boyolali. Di Kabupaten Boyolali terdapat enam sekolah yang ditunjuk sebagai pilot project implementasi Kurikulum 2013 diantaranya
adalah SMA Negeri 1 Boyolali, SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali, SMA Negeri 1 Teras, SMA Negeri 1 Klego, SMA Negeri 1 Andong, dan SMA
Negeri 1 Banyudono. Perlunya mengembangkan Kurikulum 2013 yang notabenenya
berbasis proses pembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal melalui proses mengamati, menanya, menalar, dan mencoba untuk
meningkatkan kreativitas peserta didik. Pengembangan kompetensi peserta didik sebagai generasi bangsa tidak mungkin berhasil jika ujung tombak
dari pelaksanaan kurikulum tidak menyiapkan diri dan bersifat adaptif terhadap perubahan dan perkembangan tuntutan kebutuhan peserta didik
untuk membekali dirinya menghadapi hidup dan kehidupan. Perubahan gaya kehidupan yang banyak dipengaruhi teknologi menuntut segera
diberlakukannya kurikulum ini, karena itu kurikulum ini mengintegrasikan semua bidang studi atau mata pelajaran dengan pemanfaatan teknologi
informasi TI. E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya: Volume 3
Kurikulum 2013 dalam hal ini diharapkan dapat memberi keseimbangan aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor secara
seimbang sehingga pembelajaran yang terjadi diharapkan dapat berjalan dengan baik dengan menyeimbangkan ketiga aspek tersebut. Akibat dari
konsep Kurikulum 2013 ini, maka penilaian dalam Kurikulum 2013 pun harus disesuaikan dengan konsep kurikulum tersebut yang didasarkan pada
aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. Pelaksanaan Kurikulum 2013 membawa perubahan yang besar, hal ini ditunjukkan dengan disediakannya
buku ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum itu sendiri. Kurikulum 2013 ini bukan hanya sekedar konsep dan dokumen semata, melainkan
dalam implementasinya menata bagaimana dan apa yang seharusnya dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
Guru sebagai garda terdepan dalam implementasi kurikulum harus menjadi perhatian penting karena guru merupakan seseorang yang
berhadapan langsung dengan peserta didik dalam pembelajaran sehingga memberikan pengaruh langsung terhadap keberhasilan peserta didik dalam
menyelesaikan tugas pembelajaran di kelas. Kurikulum 2013 membawa perubahan mendasar yaitu peran guru dalam pembelajaran. Secara
administratif, pemerintah pusat telah menyiapkan perangkat pelaksanaan pembelajaran yang tidak perlu dipersiapkan lagi oleh guru. Namun, guru
dituntut berperan aktif sebagai motivator dan fasilitator pembelajaran sehingga siswa akan menjadi pusat belajar.
Hambatan bagi para guru dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 ini salah satunya karena tidak semua guru memiliki kompetensi tersebut. Selain
itu, guru dituntut kesiapannya untuk melaksanakan kurikulum dalam waktu yang relatif singkat sementara perangkatnya belum disiapkan secara matang.
Bukan persoalan yang mudah untuk mempersiapkan guru yang ideal seperti harapan Kurikulum 2013 dalam waktu singkat terutama untuk merubah
mindset guru yang asalnya hanya bertugas mengajar sementara dalam kurikulum 2013 ini guru dituntut untuk dapat mengarahkan siswa supaya
aktif, produktif, kreatif, dan berpikir kritis Info Singkat, 2014: Volume VI. Mengubah mindset guru dalam waktu singkat bukan satu hal yang mudah,
perlu adanya persiapan-persiapan supaya guru bisa menyesuaikan diri dengan Kurikulum yang baru.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mendekripsikan mengenai implementasi Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah menengah atas.
Penelitian ini meneliti mengenai Implementasi Kurikulum 2013 dengan judul “ Persepsi Guru Sejarah Sekolah Menengah di SMA Negeri 1 Boyolali
SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali terhadap Implementasi Kurikulum 2013”
B. Rumusan Masalah