4.4. Distribusi Spasial Komponen Neraca
Energi Komponen neraca energi terdiri dari
albedo, radiasi netto, fluks radiasi pemanasan permukaan G, fluks radiasi pemanasan udara
H, fluks radiasi pemanasan laten
λ
E, dan fluks radiasi untuk proses fotosintesis. Namun
dalam penelitian ini hanya mengkaji albedo dan komponen radiasi netto saja, karena kedua
informasi nilai tersebutlah yang diperlukan untuk menduga nilai LAI.
4.4.1. Albedo
Albedo α merupakan nisbah antara
radiasi pantulan dan radiasi yang datang. Dalam penelitian ini, nilai albedo diperoleh
dari pengolahan data citra Landsat ETM+ dengan memanfaatkan fungsi dari kanal 1, 2
dan 3. Nilai albedo dari kanal 1, 2, dan 3 dirata-ratakan dan diolah dengan fungsi
statistik sehingga diperoleh nilai min, max, dan mean rata-rata albedo untuk masing-masing
penutup lahan di Kabupaten Bungo.
Tabel 8 menunjukkan deskripsi albedo tiap penutup lahan. Penutup lahan pemukiman
memiliki albedo sebesar 0.093, sedangkan nilai rata-rata albedo pada penutup lahan bervegetasi
berkisar 0.051 – 0.077, dan untuk badan air memiliki nilai albedo 0.190.
Tabel 8. Kisaran nilai albedo unitless tiap
penutup lahan Albedo Unitless
Penutup Lahan
Min Max
Mean Hutan alam
0.043 0.056 0.051
Agroforest Karet
0.048 0.058 0.052
Monokultur Karet
0.051 0.065 0.053
P. Kelapa Sawit
0.052 0.070 0.060
Semak Belukar
0.057 0.077 0.064
T. Paku-Pakuan
0.057 0.077 0.067
Sawah
0.066 0.090 0.077
Pemukiman
0.070 0.140 0.093
Badan Air
0.141 0.257 0.190 Hasil olahan citra Landsat ETM+ yang
didapatkan secara umum untuk tipe penutup lahan non vegetasi pemukiman penduduk
mempunyai nilai rataan albedo yang lebih tinggi dibandingkan tipe penutup lahan
bervegetasi hutan alam, agroforest karet, perkebunan karet monokultur, perkebunan
kelapa sawit, tumbuhan paku-pakuan, semak belukar, dan sawah. Hal ini disebabkan lebih
banyak energi radiasi gelombang pendek yang dipantulkan kembali oleh penutup lahan non
vegetasi dibandingkan dengan penutup lahan bervegetasi, akan tetapi kedua nilai albedo
untuk lahan non vegetasi dan lahan bervegetasi memiliki nilai albedo di bawah nilai albedo
untuk jenis penutup lahan berupa badan air yaitu sebesar 0.190.
4.4.2. Radiasi Netto.
Hasil ekstraksi nilai rata-rata komponen radiasi netto radiasi gelombang pendek dan
radiasi gelombang panjang ditunjukkan pada Tabel 9. Pada Tabel 9 terdapat informasi
kisaran nilai rata-rata
↓ S
R
,
↑ S
R
, dan
↑ L
R untuk
sembilan penutup lahan yang berbeda di Kabupaten Bungo. Dalam penelitian ini,
informasi nilai
↓ S
R
berperan sebagai salah satu input dalam perhitungan leaf area index LAI
dengan persamaan hukum Beer-Lambert, fungsi
↓ S
R
sebagai radiasi di permukaan kanopi setiap penutup lahan bervegetasi I
o
. Berdasarkan Tabel 9, nilai rata-rata
↑ S
R
dan
↑ L
R untuk penutup lahan bervegetasi hutan
alam, agroforest karet, perkebunan monokultur karet, perkebunan kelapa sawit, semak belukar,
tumbuhan paku-pakuan, dan sawah memiliki nilai yang semakin meningkat dari mulai
penutup lahan jenis hutan alam ke penutup lahan jenis sawah. Hal ini dikarenakan semakin
berkurangnya kerapatan kanopi tumbuhan bervegetasi yang menutupi lahan dan
berbedanya nilai emisivitas masing-masing penutup lahan membuat semakin bertambahnya
energi radiasi gelombang pendek dan panjang yang dipantulkan.
Tabel 9. Kisaran nilai komponen radiasi netto Wm
-2
tiap penutup lahan Komponen Rn Wm
-2
Penutup Lahan
↓ S
R
↑ S
R
↑ L
R
Hutan alam
850 43 444
Agroforest Karet
850 44 448
Monokultur Karet
850 45 453
P. Kelapa Sawit
849 51 455
Semak Belukar
849 54 459
T. Paku-Pakuan
849 57 462
Sawah
851 65 470
Pemukiman
850 79 479
Badan Air
850 162 466
17
Gambar 7. Peta sebaran albedo Kabupaten Bungo – Provinsi Jambi Tahun 2002
18
Gambar 8. Peta sebaran radiasi netto Kabupaten Bungo – Provinsi Jambi Tahun 2002
Besarnya energi radiasi gelombang pendek R
S
dapat diperoleh dari selisih antara
↓ S
R
dengan
↑ S
R
. Dalam penelitian ini, hanya nilai
↑ L
R yang diasumsikan sebagai R
L
, dan besarnya energi radiasi netto dapat diperoleh
dari selisih antara R
S
dengan R
L
. Tabel 10. Kisaran nilai R
S
, R
L
, dan Rn Wm
-2
tiap penutup lahan Komponen Rn Wm
-2
Penutup Lahan
R
S
R
L
Rn Hutan alam
807 444 360
Agroforest Karet
804 448 356
Monokultur Karet
801 453 348
P. Kelapa Sawit
797 455 342
Semak Belukar
794 459 335
T. Paku-Pakuan
792 462 330
Sawah
785 470 315
Pemukiman
771 479 293
Badan Air
688 466 223 Tabel 10 menginformasikan nilai rata-rata
R
S
, R
L
, dan Rn yang diperoleh dari pengolahan citra Landsat ETM+ band 1, 2, 3, dan 6. Tabel
10 menunjukkan hasil ekstraksi radiasi netto di Kabupaten Bungo untuk penutup lahan non
vegetasi pemukiman sebesar 293 Wm
-2
, yang berarti lebih rendah jika dibandingkan dengan
penutup lahan bervegetasi yang memiliki radiasi netto sekitar 315-360 Wm
-2
, akan tetapi nilai radiasi netto untuk badan air berada di
bawah nilai radiasi netto untuk penutup lahan non-vegetasi dan bervegetasi yaitu sebesar 223
Wm
-2
. Adanya perbedaan penerimaan Rn pada
tiap tipe penutup lahan, dipengaruhi oleh albedo, radiasi gelombang pendek dan radiasi
gelombang panjang. Pada penutup lahan pemukiman memiliki nilai albedo yang tinggi
begitu juga dengan suhu permukaannya. Hal ini akan mengakibatkan energi radiasi
gelombang pendek yang diterima rendah dan energi radiasi gelombang panjang yang
dipancarkan tinggi, sehingga radiasi nettonya rendah.
Berdasarkan Tabel 11 ditunjukkan hubungan yang searah antara suhu permukaan
dengan albedo, dan kedua komponen tersebut memiliki hubungan berlawanan arah dengan
nilai radiasi netto. Semakin besar nilai suhu permukaan dan albedo suatu penutup lahan
membuat semakin kecil radiasi netto yang dimiliki oleh penutup lahan tersebut.
Tabel 11.
Kisaran nilai rata-rata suhu permukaan
o
C, Albedo unitless, dan Rn Wm
-2
tiap penutup lahan Penutup Lahan
Suhu
α
Rn Hutan alam
23.9 0.051 360
Agroforest Karet
24.5 0.052 356
Monokultur Karet
25.5 0.053 348
P. Kelapa Sawit
25.3 0.060 342
Semak Belukar
25.8 0.064 335
T. Paku-Pakuan
26.7 0.067 330
Sawah
28.4 0.077 315
Pemukiman
29.5 0.093 293
Badan Air
26.9 0.190 223
4.5. Sifat Optikal Kanopi