18 pemanas, refaktometer, tabung reaksi, gelas piala 400 ml, pengaduk dari kaca,
lemari es, gelas piala 1 liter, cawan kaca masir, vacum pompa isap, labu cassia, dan termometer
3.3. Metode Penelitian 3.3.1. Penyulingan
Penyulingan dilakukan dengan pengisian daun ke dalam ketel yang berumur tunas 5 bulan dengan kerapatan pengisian daun masing-masing sebesar
0,17 grcm
3
, 0,26 grcm
3
, 0,35 grcm
3
dengan volume air masing masing 3 liter dan menggunakan dua ketel, dimana masing-masing penyulingan dengan bobot
yang sama terdiri dari dua varietas daun yaitu daun berkuncup putih dan berkuncup merah dan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Pemisahan antara air
dan minyak dengan menggunakan corong pemisah dan air yang masih tertinggal di minyak diambil menggunakan pipet.
3.3.2. Rendemen
Prinsip : Rendemen menunjukkan jumlah minyak kayu putih yang diperoleh dari
hasil penyulingan yang dinyatakan dalam presentasi dari perbandingan antara berat minyak kayu putih hasil penyulingan output dengan berat daun kayu putih
yang disuling input. Prosedur :
Berat daun kayu putih yang akan disuling ditimbang, yang sebelumnya diambil beberapa gram untuk menentukan kadar air sampel dan berat segar daun
sebagai input. Demikian juga dengan berat minyak kayu putih hasil penyulingan. Penyajian hasil uji :
Rendemen = Berat minyak hasil penyulingan output x 100 Berat minyak kayu putih yang disuling input
3.3.3. Analisis Sifat Fisiko-Kimia
Pengujian sifat fisiko-kimia minyak kayu putih dilakukan menurut SNI 06- 3954-2006. Sifat fisik yang diuji adalah bobot jenis dan indeks bias, sedangkan
sifat kimia yang diuji adalah kadar sineol, putaran optik, dan kelarutan dalam etanol 70 , dimana pengujian tersebut dapat menunjukkan kualitas fraksi dari
minyak kayu putih.
19
3.3.3.1.Bobot Jenis
Prinsip : Perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada volume dan suhu
yang sama. Prosedur :
Piknometer dicuci dan dibersihkan, kemudian basuh berturut turut dengan etanol dan dietil eter, keringkan bagian dalam piknometer tersebut dengan arus
udara kering dan sisipkan penutupnya. Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 3 menit dan timbang m. Piknometer diisi dengan air suling,
hindari adanya gelembung gelembung udara. Tutup dan keringkan piknometer tersebut. Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 3 menit,
kemudian timbang dengan isinya m
1
. Kosongkan piknometer dan cuci dengan etanol dan dietil eter, kemudian keringkan dengan arus udara kering. Piknometer
diisi dengan contoh minyak dan hindari adanya gelembung gelembung udara. Tutup dan keringkan piknometer tersebut. Biarkan piknometer di dalam lemari
timbangan selama 3 menit dan timbang m
2
. Penyajian hasil uji :
t
1
m
2
– m t
t
1
d t
1
= m
1
– m dan d
t = d
t
1
+ 0,0007 t
1
- t Dengan keterangan:
m, adalah massa, piknometer kosong g
m
1
, adalah massa, piknometer berisi air pada suhu pengerjaan
m
2
, adalah massa, piknometer berisi contoh pada suhu pengerjaan
t
1
, adalah suhu pengerjaan
t, adalah suhu referensi 20
o
C t
1
d t
1
adalah pembacaan bobot jenis yang dilakukan pada suhu pengerjaan t
d t
adalah bobot jenis pada suhu 20
o
C 0,0007 adalah faktor koreksi
20
3.3.3.2.Kadar Sineol
Prinsip : Sineol dan komponen – komponen minyak kayu putih dipisahkan dengan
teknik kristalisasi. Prosedur :
Ke dalam pinggan porselin diameter 6 cm dipipetkan 5 ml contoh minyak. Selanjutnya 6 gram resolsinol dilarutkan kedalam 6 ml air suling, dan
setelah larut dituangkan ke dalam pinggan porselin yang berisi contoh minyak. Kemudian pinggan porselin disimpan dalam lemari es atau tempat lain yang berisi
es selama satu sampai dua jam hingga terbentuk kristal resosin – sineol. Kristal yang terjadi ditapis melalui cawan kaca masir G1 atau G2 dibantu oleh pompa
isap. Kristal yang terjadi setelah bebas minyak dilarutkan dengan NaOH 2N, kemudian dituangkan ke dalam labu Cassia 50 ml dan ditambahkan air suling
sampai lapisan minyak tepat berada di atas garis baca. Setelah dibiarkan selama satu jam, jumlah isi sineol dibaca pada skala labu Cassia.
Penyajian hasil uji : Kadar sineol = ml pembacaan x 100
5
3.3.3.3.Indeks Bias
Prinsip : Metoda ini didasarkan pada pengukuran langsung sudut bias minyak yang
dipertahankan pada kondisi suhu yang tetap. Prosedur :
Alirkan air melalui refraktometer agar alat ini berada pada suhu pembacaan akan dilakukan. Sebelum minyak ditaruh di dalam alat, minyak
tersebut harus berada pada suhu yang sama dengan suhu dimana pengukuran akan dilakukan. Pembacaan dilakukan bila suhu sudah stabil.
Penyajian hasil uji :
Indeks Bias T
t
1
n D
= n D
+ 0,0004 t
1
- t
21 Dengan keterangan :
t
1
, adalah suhuyang dilakukan pada suhu pengerjaan
t, adalah suhu referensi 20
o
C t
1
n D
adalah pembacaan indeks bias yang dilakukan pada suhu pengerjaan t
n D
adalah bobot jenis pada suhu 20
o
C 0,0004 adalah faktor koreksi
3.3.3.4.Putaran Optik
Prinsip : Metode ini didasarkan pada sudut bidang dimana sinar terpolarisasi diputar
oleh lapian minyak yang tebalnya 10 cm pada suhu tertentu. Prosedur :
Nyalakan sumber cahaya dan tunggu sampai diperoleh nyala yang penuh. Tabung polarimeter diisi dengan contoh, usahakan agar gelembung-gelembung
udara tidak terdapat di dalam tabung. Letakkan tabung di dalam polarimeter dan bacalah putaran optik dekstro + atau levo - dari minyak, pada skala yang
terdapat pada alat. Catat hasil rata - rata dari sedikitnya tiga kali pembacaan. Masing - masing pembacaan tidak berbeda dari 0,08
o
. Penyajian hasil uji :
Putaran optik harus dinyatakan dalam derajat lingkar sampai mendekati 0,01
o
. Putaran optik dekstro harus diberi tanda positif + dan putaran optik levo harus diberi tanda negatif -.
3.3.3.5.Kelarutan Etanol 70
Prinsip : Kelarutan minyak kayu putih dalam etanol absolut atau etanol yang
diencerkan yang menimbulkan kekeruhan dan dinyatakan sebagai larut sebagian atau larut seluruhnya. Berarti bahwa minyak tersebut membentuk larutan yang
bening dan cerah dalam perbandingan – perbandingan seperti yang dinyatakan. Prosedur :
Pipet 1 ml contoh minyak dan ukur dengan teliti di dalam gelas ukur yang berukur 10 ml atau 25 ml. Tambahkan etanol 70 setetes demi setetes. Kocoklah
22 setiap penambahan sampai diperoleh larutan yang bening. Bila larutan tersebut
tidak bening, bandingkan kekeruhan yang terjadi dengan kekeruhan larutan pembanding, melalui cairan yang sama tebalnya. Setelah minyak tersebut larut,
tambahkan etanol berlebih karena beberapa minyak tertentu mengendap pada penambahan etanol lebih lanjut.
Penyajian hasil uji : Kelarutan etanol 70 = 1 volume dalam Y volume, menjadi keruh dalam
Z volume. Bila larutan tersebut tidak sepenuhnya bening, catat apakah kekeruhan tersebut “lebih besar daripada”, “sama” atau “lebih kecil daripada” kekeruhan
larutan pembanding.
3.3.4. Analisis Data