30
Tabel 6 . Kadar Sineol
Kadar Sineol Minyak Kayu Putih Varietas Daun
Kerapatan grcm
3
Putih Merah
0,17 60
56 0,26
54 50
0,35 46
40 Kadar sineol yang dihasilkan berdasarkan varietas daunnya dapat dilihat pada
Tabel 6 bahwa rata-rata kadar sineol tertinggi berada pada varietas daun berkuncup putih dibandingkan dengan varietas daun berkuncup merah. Dengan kerapatan daun 0,17
grcm
3
kadar sineol yang dihasilkan pada kuncup putih dan merah adalah sebesar 60 dan 56, yang berarti pada varietas daun berkuncup putih dan merah pada kerapatan
daun 0,17 grcm
3
, memiliki perbedaan sebesar 4. Sedangkan pada kerapatan daun 0,26 grcm
3
pada kuncup putih dan merah menghasilkan kadar sineol sebesar 54 dan 50, dapat dihitung bahwa kuncup putih dan merah memiliki perbedaan sebesar 4, dan
dengan kerapatan daun 0,35 grcm
3
pada masing-masing varietas kuncup putih dan merah memiliki kadar sineol sebesar 46 dan 40, memiliki perbedaan sebesar 6.
Dalam penelitian ini hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dalam setiap pemasakan varietas kuncup putih memiliki kadar sineol yang lebih besar dibandingkan
dengan kuncup merah. Hal itu diduga karena tanaman yang berkuncup putih adalah varietas Buru dengan sel minyak lebih kecil dan susunannya lebih rapat, sedangkan
kuncup merah diduga sebagai varietas Timor dengan sel minyak yang susunannya lebih jarang Sumardiwangsa 1973. Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh bahwa varietas
daun yang berkuncup putih memiliki kadar sineol yang lebih tinggi pada setiap pemasakan daripada varietas yang berkuncup merah.
4.2.3. Indeks Bias
Hasil indeks bias rata-rata yang diperoleh berkisar antara 1,4654- 1,4692. Seluruh nilai indeks bias ini memenuhi standar nasional Indonesia SNI 06-3954-2006 yang
mensyaratkan indeks bias minyak kayu putih terletak pada 1,450-1,470 untuk minyak kayu putih dan juga masuk ke dalam standar EOA, akan tetapi pada kerapatan daun
dalam ketel 0,35 grcm
3
nilai indeks bias yang diperoleh tidak masuk ke dalam standar EOA yang terletak pada kisaran 1,4660-1,4720. Indeks bias adalah jika cahaya melewati
31 media kurang padat seperti udara ke media padat seperti air, maka sinar akan dibiaskan
mendekati garis normal sedangkan jika terjadi sebaliknya yaitu sinar dari media lebih padat ke media kurang padat maka sinar akan dibiaskan menjauhi garis normal Guenther
1987. Menurut Guenther 1987, komponen komponen kimia yang terdapat di dalam
minyak atsiri sangat menentukan nilai indeks bias yang akan diukur. Apabila i dalam minyak atsiri tersebut banyak terdapat fraksi-fraksi minyak berat yaitu komponen-
komponen kimia minyak atsiri yang mengandung molekul-molekul berantai panjang, maka sinar datang akan dibiaskan mendekati garis normal. Banyaknya komponen kimia
minyak atsiri yang berantai panjang dan berikatan rangkap dapat menyebabkan minyak mempunyai kekentalan dan kerapatan tinggi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai indeks bias yang terbesar berada pada kerapatan daun 0,17 grcm
3
dengan varietas kuncup putih, dan yang terendah terdapat pada kerapatan daun 0,35 grcm
3
dengan varietas kuncup merah. Hal tersebut menunjukkan bahwa varietas daun dan kerapatan daun dalam ketel mempengaruhi nilai
indeks bias, dimana semakin tinggi kerapatan daun dalam ketel maka akan menurunkan nilai indeks bias.
Gambar 8 . Grafik Hasil Uji Indeks Bias
Nilai indeks bias ditentukan dengan menggunakan sejumlah kecil sampel. Sama halnya dengan berat jenis, nilai indeks bias dipengaruhi oleh sejumlah kecil kotoran yang
terkandung dalam minyak kayu putih, maka nilai indeks bias kayu putih tersebut akan semakin mendekati nilai indeks bias minyak kayu putih murni. Dalam menentukan
32 indeks bias, minyak harus dijauhkan dari panas dan cuaca lembab sebab udara dapat
berkondensasi pada permukaan prisma yang dingin. Akibatnya akan timbul kabut pemisah antara prisma gelap dan terang, sehingga garis pembagi tidak terlihat jelas. Jika
minyak mengandung air garis pembatas akan kelihatan lebih tajam, tetapi nilai indeks biasnya akan menjadi rendah Ketaren 1985.
Tabel 7 . Nilai Indeks Bias
Indeks Bias Minyak Kayu Putih Varietas Daun
Kerapatan grcm
3
Putih Merah
0,17 1,4692
1,4687 0,26
1,4682 1,4679
0,35 1,4655
1,4654 Dalam Gambar 8, nilai indeks bias yang dihasilkan memiliki kecenderungan yang
semakin menurun. Nilai indeks bias tertinggi berada pada kerapatan daun 0,17 grcm
3
dengan kuncup putih, dan yang paling rendah berada pada kerapatan daun 0,35 grcm
3
dengan kuncup merah. Menurut Ketaren 1985, rendahnya nilai indeks bias dikarenakan adanya kerusakan komponen dalam minyak. Indeks bias minyak dipengaruhi oleh
panjang rantai karbon dan jumlah ikatan rangkap. Adanya proses oksidasi maupun hidrolisis dapat mengakibatkan terurainya ikatan rangkap pada senyawa terpen.
Menurut Sastrohamidjojo 2004, besar kecilnya indeks bias minyak berhubungan dengan perbandingan komponen yang tersuling. Pada penyulingan bahan jika semakin
banyak komponen berantai panjang seperti sesquiterpen atau komponen bergugus oksigen ikut tersuling, maka kerapatan medium minyak atsiri akan bertambah sehingga
cahaya yang datang akan lebih sukar dibiaskan. Hal ini menyebabkan indeks bias minyak lebih besar. Minyak atsiri yang mempunyai bobot jenis tinggi akan mengandung fraksi-
fraksi berat yang akan meningkatkan kerapatan minyak. Proses hidrolisis menyebabkan terpecahnya rantai carbon C panjang yang
berikatan rangkap dengan minyak, yang beberapa diantaranya memiliki gugus –OH menjadi lebih pendek. Senyawa dengan rantai-C lebih pendek ini adalah asam lemak
yang bersifat volatil dan menimbulkan bau tengik sehingga menurunkan kualitas minyak. Semakin banyak kandungan asam organik dalam minyak maka kualitas minyak semakin
33 menurun Guenther, 1987. Pada saat pemasakan dengan kerapatan yang terlalu tinggi
mengakibatkan tidak sempurnanya pemasakan, sehingga seluruh ikatan rangkap yang dihasilkan tidak terputus an berubah menjadi senyawa lain. Dengan terputusnya ikatan
rangkap dalam minyak membuat komponen-komponen menjadi lebih ringan dan kerapatannya berkurang. Kerapatan yang rendah memudahkan sinar yang menembus
minyak untuk dibiaskan menuju normal. Semakin mudah sinar dibiaskan dalam suatu medium, maka nilai indeks bias tersebut akan semakin rendah. Adanya kandungan air
pada minyak juga dapat menyebabkan indeks bias menurun karena adanya air dapat memicu proses hidrolisis.
4.2.4. Putaran Optik