BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Rendemen
Rendemen minyak diperoleh dari perbandingan berat antara minyak yang telah dipisahkan dari air dengan berat daun kayu putih yang digunakan. Penelitian ini
menghasilkan rendemen minyak dengan kisaran 0,84 - 1,21 setelah 4 jam penyulingan. Pemakaian waktu pemasakan selama 4 jam mengikuti waktu pemasakan
yang dipakai oleh Pabrik Minyak Kayu Putih KPH Jati Munggul Indramayu. Selain itu, menurut Sunanto 2003, lama penyulingan minyak kayu putih yang optimum adalah 3 –
4 jam. Grafik hubungan antara varietas daun dan kerapatan daun dalam ketel dengan rendemen minyak kayu putih dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 . Grafik Hasil Uji Rendemen yang Dihasilkan
Nilai rendemen yang dihasilkan dalam penelitian ini memiliki kecenderungan semakin menurun. Hal ini diduga karena kerapatan daun yang dilakukan belum diatur
agar mencapai kapasitas yang optimum dan merata. Kerapatan yang terlalu tinggi akan menyulitkan arus uap sehingga daun menjadi basah, arus uap yang terhalang akan
menyebabkan tekanan dalam ketel terus meningkat sehingga menimbulkan kerusakan ketel. Sebaliknya pengisian yang terlalu longgar akan merugikan karena produksi minyak
menjadi rendah Sumardiwangsa 1973. Karena adanya pengisian daun yang terlalu padat sehingga daun yang di suling tidak termasak sempurna, yaitu semakin besar bobot daun
yang dimasak pada volume ketel tertentu, rendemen yang dihasilkan semakin menurun.
24 Berdasarkan grafik yang ditunjukkan, pada kerapatan daun 0,17 grcm
3
dengan varietas kuncup putih rendemen yang dihasilkan sebesar 1,213. Sedangkan apabila
kerapatan daun 0,26 grcm
3
kuncup putih rendemen yang dihasilkan sebesar 1,112. Dan pada kerapatan daun 0,35 grcm
3
dengan kuncup putih menghasilkan rendemen sebesar 0,890. Hal tersebut menunjukkan bahwa kerapatan daun dapat mempengaruhi
rendemen, karena dalam penambahan bobot pengisian daun dapat diproleh hasil yang semakin menurun sebesar 0,101 - 0,222. Berdasarkan data yang diperoleh dapat
dilihat bahwa kerapatan daun 0,17 grcm
3
menghasilkan rendemen yang lebih besar dibandingkan dengan kerapatan daun 0,26 grcm
3
dan 0,35 grcm
3
. Hal tersebut dikarenakan uap yang membawa minyak kayu putih keluar mengalami kesulitan, karena
tertutup oleh tumpukan daun yang terlalu rapat sehingga rendemen pada kerapatan daun yang terlalu padat mengalami penurunan. Sama halnya pada kuncup merah, dalam setiap
kerapatan daun juga mempengaruhi rendemen yang dihasilkan. Pemasakan dengan kerapatan daun 0,17 grcm
3
pada kuncup merah menghasilkan rendemen sebesar 1,116. Sedangkan pada pemasakan dengan kerapatan daun 0,26 grcm
3
pada varietas kuncup merah rendemen yang dihasilkan sebesar 1,038. Dan pada kerapatan daun 0,35
grcm
3
pada kuncup merah menghasilkan rendemen sebesar 0,847. Dari data di atas pada setiap kerapatan daun, rendemen yang dihasilkan selalu mengalami penurunan
seiring dengan bertambahnya bobot yang dimasak. Kecenderungan rendemen yang semakin menurun dan rendahnya rendemen pada
kerapatan daun 0,35 grcm
3
, dapat disebabkan karena kerapatan yang terlalu tinggi akan menyulitkan arus uap, daun menjadi basah sehingga terjadi proses hidrolisa. Menurut
Ketaren 1985, minyak tidak dapat termasak sempurna dan mutu atau kualitas minyak dapat menurun. Karena pada proses hidrolisa, terjadi reaksi kimia antara air dengan ester
yang merupakan komponen persenyawaan dalam minyak, hasil dari reaksi ini adalah etanol dan asam, semakin besar jumlah air yang bereaksi dengan ester maka semakin
tinggi asam dan etanol yang dihasilkan. Akibatnya, rendemen minyak yang dihasilkan akan berkurang. Oleh karena itu, hidrolisa dapat dicegah dengan mengatur kerapatan
daun pada saat pemasakan sehingga proses hidrolisa dapat dicegah.
25
Tabel 4 . Rendemen Minyak Kayu Putih yang dihasilkan
Rendemen Minyak Kayu Putih Varietas Daun
Kerapatan grcm
3
Putih Merah
0,17 1,213
1,116 0,26
1,112 1,038
0,35 0,890
0,847 Hasil pada Tabel 4 menunjukkan bahwa varietas daun mempengaruhi rendemen
minyak kayu putih yang dihasilkan. Hasil dengan kerapatan daun 0,17 grcm
3
pada varietas pucuk putih menghasilkan rata-rata rendemen yang paling tinggi yaitu sebesar
1,213. Pada kerapatan daun 0,17 grcm
3
dengan varietas pucuk merah rendemen yang dihasilkan sebesar 1,116, mengalami penurunan sebesar 0,097. Selanjutnya apabila
kerapatan daun 0,26 grcm
3
pada varietas pucuk putih rendemen yang diperoleh sebesar 1,112. Sedangkan pada pucuk merah sebesar 1,038, sehingga mengalami penurunan
sebesar 0,074. Pada kerapatan daun 0,35 grcm
3
dengan varietas kuncup putih dapat diperoleh hasil sebesar 0,890, dan pada kuncup merah sebesar 0,847. Pada kerapatan
daun 0,35 grcm
3
dapat dilihat bahwa pengaruh antar varietas dapat dari kuncup putih dan merah mengalami penurunan sebesar 0,043.
Varietas daun kayu putih memiliki pengaruh terhadap rendemen minyak kayu putih yang dihasilkan, dalam setiap pemasakan kuncup putih menghasilkan rendemen
minyak kayu putih yang lebih besar dibandingkan dengan kuncup merah. Hal ini sama seperti yang dikatakan oleh Sunanto 2003, bahwa tanaman kayu putih yang berkuncup
putih kekuningan memiliki kandungan sineol dan rendemen minyak yang lebih tinggi daripada yang berkuncup merah. Rendemen yang dihasilkan berdasarkan varietas daun
pada daun berkuncup putih dan merah memiliki perbedaan yang cukup besar yaitu berkisar antara 0,043 – 0,097.
4.2. Sifat Fisiko-Kimia 4.2.1. Bobot Jenis