3
BAB II PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman Nyeri
Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan
tersebut Long, 1996. Secara umum nyeri dapat didefenisikan sebagai perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat Priharjo, 1992.
Faktor yang mempengaruhi reaksi nyeri antara lain: makna nyeri bagi individu, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan
sosial, kesehatan fisik dan mental, sikap orang tua terhadap nyeri, lokasi nyeri, perasaan takutcemas, upaya untuk mengurangi respon terhadap stressor, usia
Priharjo, 1992.
1. Jenis dan Bentuk Nyeri
a. Jenis Nyeri
Nyeri Perifer. Nyeri ini ada tiga macam: 1 nyeri superfisial, yakni rasa
nyeri yang muncul akibat rangsangan pada kulit dan mukosa; 2 nyeri viseral, rasa nyeri yang muncul akibat stimulasi pada reseptor nyeri di
rongga abdomen, kranium, thoraks; 3 nyeri alih, nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang jauh dari jaringan penyebab nyeri.
Nyeri Sentral. Nyeri yang muncul akibat stimulasi di medula spinalis,
batang otak, dan talamus.
Nyeri Psikogenik. Nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya.
Dengan kata lain, nyeri ini timbul akibat pikiran si penderita sendiri. Seringkali, nyeri ini muncul karena faktor psikologis, bukan fisiologis
Asmadi, 2008. b.
Bentuk Nyeri Secara umum, bentuk nyeri terbagi atas nyeri akut dan nyeri kronis.
1 Nyeri Akut
Yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan
Universitas Sumatera Utara
4
jelas. Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka operasi Asmadi, 2008.
2 Nyeri Kronis
Yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-
tahun. Ragam pola tersebut ada yang nyeri timbul dengan periode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali lagi
nyeri, dan begitu seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis yang konstan, artinya rasa nyeri tersebut terus-menerus terasa makin lama
semakin meningkat intensitasnya walaupun telah diberikan pengobatan. Misalnya, pada nyeri karena neoplasma Asmadi, 2008.
2. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri
a. Etnik dan Nilai Budaya
Latar belakang etnik budaya merupakan faktor yang mempengaruhi reaksi terhadap nyeri dan ekspresi nyeri. Sebagai contoh, individu dari
budaya tertentu cenderung ekspresif dalam mengungkapkan nyeri, sedangkan individu dari budaya lain justru lebih memilih menahan
perasaan mereka dan tidak ingin merepotkan orang lain Sigit, 2010. b.
Tahap Perkembangan Usia dan tahap perkembangan seseorang merupakan variabel penting
yang akan mempengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri. Dalam hal ini, anak-anak cenderung kurang mampu mengungkapkan nyeri yang
mereka rasakan dibandingkan orang dewasa, dan kondisi ini dapat menghambat penanganan nyeri untuk mereka. Di sisi lain, prevelensi
nyeri pada individu lansia lebih tinggi karena penyakit akut atau kronis yang mereka derita. Walaupun ambang batas nyeri tidak berubah karena
penuaan, tetapi efek analgesik yang diberikan menurun karena perubahan fisiologis yang terjadi Sigit, 2010.
c. Lingkungan dan Individu Pendukung
Lingkungan yang asing, tingkat kebisingan yang tinggi, pencahayaan, dan aktivitas yang tinggi di lingkungan tersebut dapat memperberat
nyeri. Selain itu, dukungan dari keluarga dan orang terdekat menjadi
Universitas Sumatera Utara
5
salah satu faktor penting yang mempengaruhi persepsi nyeri individu. Sebagai contoh, individu yang sendirian, tanpa keluarga atau teman-
teman yang mendukungnya, cenderung merasakan nyeri yang lebih berat dibandingkan mereka yang mendapat dukungan dari keluarga dan orang-
orang terdekat Sigit, 2010. d.
Pengalaman Nyeri Sebelumnya Pengalaman masa lalu juga berpengaruh terhadap persepsi nyeri individu
dan kepekaannya terhadap nyeri. Individu yang pernah mengalami nyeri atau menyaksikan penderitaan orang terdekatnya saat mengalami nyeri
cenderung merasa terancam dengan peristiwa nyeri yang akan terjadi dibandingkan dengan individu yang belum pernah mengalaminya Sigit,
2010. e.
Ansietas dan Stres Ansietas sering kali menyertai peristiwa nyeri yang terjadi. Ancaman
yang tidak jelas asalnya dan ketidakmampuan mengontrol nyeri atau peristiwa disekelilingnya dapat memperberat persepsi nyeri. Sebaliknya,
individu yang percaya bahwa mereka mampu mengontrol nyeri yang dirasakan akan mengalami penurunan rasa takut dan kecemasan yang
akan menurunkan persepsi nyeri mereka Sigit, 2010.
3. Cara Mengukur Intensitas Nyeri Tabel 1 Skala Nyeri Menurut Hayward Potter Perry, 2006