Tahap kedua adalah tahap penentuan rating dan skoring faktor strategis. Pembuatan parameter penilaian dalam penelitian ini terdiri dari 16 enam belas
parameter. Ketujuh belas parameter penilaian diberi batasan penilaian yang terdiri dari empat kriteria. Setiap kriteria diberi nilai dengan rentang 1-4. Sehingga dapat
diperoleh parameter yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Dari hasil penilaian yang dilakukan oleh responden, diperoleh hasil 5 parameter
kekuatan, 6 parameter kelemahan, 4 parameter peluang dan 1 parameter ancaman. Kemudian rating akan dikalikan dengan bobot faktor strategis sehingga didapat
skor faktor strategis. Tahapan selanjutnya adalah penentuan strategi alternatif pengembangan
sayuran organik vertikultur. Strategi pengembangan sayuran organik vertikultur di daerah penelitian dapat dilihat dangan analisis SWOT yaitu dengan melihat
kekuatan Strenght, kelemahan Weakness, peluang Opportunity, dan ancaman Treaths. Penentuan strategi pengembangan sayuran organik vertikultur adalah
membuat matriks kombinasi keempat faktor tersebut. Skor tertinggi tiap faktor mempengaruhi membuatan alternatif pengembangan usahatani sayuran organic
vertikultur ini. Strategi yang dibuat dari kombinasi keempat faktor adalah kekuatan-peluang S-O, kekuatan-ancaman S-T, kelemahan-peluang W-O,
dan kelemahan dan ancaman W-T.
5.2.1 Tahap Penentuan Bobot Faktor Strategis
Faktor internal kekuatan dan peluang yang telah diidentifikasi dalam menyusun strategi pengembangan usahatani sayuran organik dapat dilihat pada
Tabel 19
Universitas Sumatera Utara
Tabel 19. Pembobotan Faktor Strategis Internal Faktor Strategis Internal
Bobot
A Status lahan petani sampel adalah milik
sendiri 0.12
B Keberadaan kelompok tani yang mendukung
pengembangan usahatani sayuran organik vertikultur
0.09
C Input produksi selalu tersedia
0.14 D
Luas lahan pekarangan yang sempit 0.06
E Teknik vertikultur mudah diadaptasi
0.09 F
Petani tidak melakukan pencatatan usahatani 0.06
G Pengalaman bertani petani sampel yang
rendah 0.1
H Waktu untuk mengelola usahatani sayuran
organik vertikultur sedikit 0.1
I Penggunaan tenaga kerja luar keluarga yang
rendah 0.02
J Hasil produksi usahatani rendah
0.13 K
Tingkat serangan hama dan penyakit yang tinggi
0.09
Total 1
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 13, 2012 Uraian mengenai faktor-faktor strategi internal tersebut dapat dilihat
sebagai berikut : a.
Status lahan petani sampel adalah milik sendiri Seluruh petani sampel mengusahakan sayuran organik vertikulturnya pada
lahan milik sendiri, hal ini dapat menurunkan biaya produksi karena petani tidak harus mengeluarkan biaya sewa lahan atau semacamnya.
b. Keberadaan kelompok tani yang mendukung pengembangan usahatani
sayuran organik vertikultur Kelompok tani merupakan wadah bagi petani untuk berkumpul dan
berkumpul dan berbagi informasi. Hampir seluruh petani sampel tercatat sebagai anggota kelompok tani Sedar, namun tidak aktif dalam kegiatan-
Universitas Sumatera Utara
kegitan yang dilakukan. Dengan adanya kelompok tani diharapkan petani dapat lebih aktif dan giat dalam mengembangkan usahataninya.
c. Input produksi yang selalu tersedia
Ketersediaan input produksi merupakan faktor penting dalam pengembangan usahatani sayuran organik vertikultur. Ketesediaan input produksi yang tidak
tepat waktu akan menghambat pengembangan usahatani sayuran organik. Input produksi di daerah penelitian selalu tersedia dan mudah di dapat karena
toko saprodi penyedia input produksi ini terletak tidak jauh dari lokasi usaha tani.
d. Luas lahan pekarangan yang sempit
Selain status lahan, lahan sebagai faktor produksi yang penting dalam suatu usahatani juga dilihat dari luasnya. Dalam usahatani sayuran organik
vertikultur ini luas lahan yang sempit menjadi faktor yang sangat mendukung pengembangan usahatani secara vertikultur. Didaerah penelitian luas lahan
pekarangan sampel relatif sempit ≤ 50 meter
2
. Sebanyak 12 orang petani sampel yang memiliki lahan sempit
≤ 50 meter
2
atau besar 48 dari total sampel.
e. Teknik vertikultur mudah diadaptasi
Tingkat adaptasi petani sangatlah berpengaruh dalam pengembangan usahatani ini. Hal ini karena teknik vertikultur relatif baru untuk masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Indonesia dan rata-rata petani sampel adalah ibu rumah tangga yang tidak memiliki pengalaman bertani.
f. Petani tidak melakukan pencatatan usahatani
Pencatatan usahatani sebenarnya bukan merupakan hal asing bagi petani, teteapi pada kenyataannya hampir tidak ada petani sampel yang melakukan
pencatatan tentang usahataninya. Pencatatan usahatani meliputi jumlah penggunaan input produksi pupuk, tenaga kerja, dan lain-lain, penerimaan
usahatani dan lain sebagainnya. Perencanaan ini penting terutama digunakan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan untuk usahataninya.
g. Pengalaman bertani petani sampel yang rendah
Pengalaman juga dapat menentukan bagaimana petani mengelola usahataninya. Semakin lama pengalaman petani maka diharapakan petani
dapat mengelola usahataninya dengan semakin baik. Melalui pengalaman petani dapat mengetahui jenis-jenis hama penyakit apa yang biasa menyerang
tanaman sayuran mereka dan bagaimana cara mengatasinya. Namun hanya tiga orang petani sampel yang memiliki pengalaman bertani diatas 20 tahun
dan terdapat 15 orang petani yang tidak memiliki pengalaman bertani 60 dari total sampel sehingga faktor strategis ini dimasukkan kedalam
kelemahan faktor strategis internal.
h. Waktu mengelola usahatani sayuran organik vertikultur sedikit
Waktu untuk bertani adalah faktor yang sangat penting dalam pengembangan usahatani sayuran organik vertikultur ini karena petani sampel juga
Universitas Sumatera Utara
mempunyai pengasilan sendiri selain pada pertanian ini. Tidak adanya waktu untuk merawat seperti menyiram dan memupuk akan menyebabkan tanaman
mati atau tidak berproduksi sehingga bobot untuk faktor strategis ini memiliki nilai yang cukup tinggi, yaitu 0,1.
i. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga yang rendah
Faktor ini tidak memiliki bobot yang rendah, yaitu 0.02 karena usahatani sayuran organik vertikultur ini masih dalam skala yang sangat kecil dan hanya
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehingga tidak membutuhkan tenaga kerja luar keluarga.
j. Hasil produksi rendah
Hasil produksi menjadi faktor penting yang dapat mendukung kontiniuitas usahatani sayuran organik vertikultur ini sehingga memiliki bobot yang tinggi
dengan nilai bobot sebesar 0,13. Hasil produksi yang tinggi dapat menjadi perangsang bagi petani untuk terus menjalankan usahataninya, sebaliknya
hasil produksi yang rendah dapat membuat petani berhenti menjalankan usahataninya sebab usahatani ini bukanlah satu-satunya matapencaharian
mereka. Di daerah penelitian hasil produksi usahatani ini masih rendah di karenakan penanaman yang memang hanya dalam skala yang kecil dan
pengalaman petani yang rendah sehingga masih sulit dalam mengatasi serangan hama dan penyakit.
k. Tingkat serangan hama dan penyakit yang tinggi
Universitas Sumatera Utara
Salah satu masalah yang sering dihadapi petani dalam pengembangan ushataninya adalah serangan hama dan penyakit. Serangan hama penyakit
dapat menurunkan produksi yang dihasilkan petani dari usahataninya. Serangan hama penyakit biasanya akan lebih berat karena usahatani sayuran
organik tidak menggunakan pestisida kimia dalam perawatan tanaman.
Faktor eksternal peluang dan ancaman yang telah diidentifikasi dalam menyusun strategi pengembangan usahatani sayuran organik dapat dilihat pada
Tabel 20.
Lampiran 20. Pembobotan Faktor Srategis Eksternal Faktor Strategis Eksternal
Bobot
A Adanya program pemerintah
0.21 B
Permintaan sayuran organik yang tinggi 0.17
C Harga sayuran organik yang tinggi
0.17 D
Adanya pasar penjualan sayuran organik dalam bentuk benih
0.18 E
Intensitas monitoring pemerintah yang rendah 0.27
Total 1
Sumber :Analisis Data Primer Lampiran 14 Uraian mengenai faktor-faktor strategi internal tersebut dapat dilihat
sebagai berikut : a.
Adanya program pemerintah Penerapan teknik vertikultur merupakan salah satu teknik budidaya pada lahan
sempit yang dianjurkan dalam program MKRPL Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Program ini merupakan program dari BPTP Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian untuk memanfaatkan pekarangan sebagai sumber pangan rumah tangga sehingga faktor ini sangat penting dalam
pengembangan usahatani sayuran organik vertikultur dan mendapatkan bobot yang tinggi, yaitu 0,21.
Universitas Sumatera Utara
b. Permintaan sayuran organik yang tinggi
Permintaan konsumen akan suatu barang akan mempercepat proses perkembangan suatu usaha. Apabila permintaan konsumen tinggi, maka harga
produk tersebut juga akan meningkat. Namun apabila permintaan terbatas, maka harga yang diperoleh petani juga tidak akan tinggi. Permintaan sayuran
organik di daerah penelitian tinggi, hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan ketua kelompok tani di daerah ini yang menyatakan bahwa ada banyak
tawaran kerjasama untuk menyediakan sayuran organik di supermarket- supermarket, namun karena hasil produksi yang masih rendah hal ini belum
dapat direalisasikan.
c. Harga sayuran organik
Harga sayuran organik menjadi faktor yang penting karena harga sayuran organik yang tinggi dibandingkan sayuran non organik membuat petani aktif
dalam pengembangan usahataninya.
d. Penjualan sayuran organik dalam bentuk benih
Penjualan sayuran organik dalam bentuk benih pernah dilakukan. Harga yang tinggi berkisar Rp 2.500,- sampai Rp 15.000,- per polibagnya, hal ini
menggambarkan adanya peluang untuk pasar penjualan sayuran organik dalam
Universitas Sumatera Utara
bentuk benih. Hal ini dapat merangsang petani untuk terus mengembangkan usahataninya.
e. Intensitas monitoring pemerintah
Intensitas monitoring pemerintah mendapatkan bobot yang tinggi karena intensitas monitoring pemerintah sangat mempengaruhi kemauan petani dalam
menjalankan usahataninya. Semakin tinggi pemerintah memonitoring ke lapangan membuat para petani semakin bersemangat meningkatkan produksi
usahataninya dan dapat diketahui masalah usahatani di lapangan sehingga dapat dipecahkan bersama-sama.
5.2.2 Tahap Penentuan Rating dan Skoring Faktor Strategis