bentuk benih. Hal ini dapat merangsang petani untuk terus mengembangkan usahataninya.
e. Intensitas monitoring pemerintah
Intensitas monitoring pemerintah mendapatkan bobot yang tinggi karena intensitas monitoring pemerintah sangat mempengaruhi kemauan petani dalam
menjalankan usahataninya. Semakin tinggi pemerintah memonitoring ke lapangan membuat para petani semakin bersemangat meningkatkan produksi
usahataninya dan dapat diketahui masalah usahatani di lapangan sehingga dapat dipecahkan bersama-sama.
5.2.2 Tahap Penentuan Rating dan Skoring Faktor Strategis
Pada tahap penentuan rating, identifikasi faktor stategis internal ditinjau dari kekuatan dan kelemahan yang ada serta identifikasi faktor strategis eksternal
ditinjau dari peluang dan ancaman yang ada. Rating diberikan kepada masing- masing faktor strategis internal dan ekstrernal untuk menunjukkan seberapa
efektif faktor-faktor strategis direspon. Hasil skor dapat diperoleh dari pengalian bobot dan rating yang diperoleh.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 21. Matriks Evaluasi Faktor Internal IFAS Faktor-Faktor Strategis Internal
Bobot Rating
Bobot x Rating
Kekuatan
Status lahan petani sampel adalah milik sendiri 0,12
4 0,48
Keberadaan kelompok tani yang mendukung pengembangan usahatani sayuran organik
vertikultur 0,09
3 0,27
Input produksi selalu tersedia 0,14
4 0,56
Luas lahan pekarangan yang sempit 0,06
3 0,18
Teknik vertikultur mudah diadaptasi 0,09
4 0,36
Total Skor Kekuatan 0,5
18 1,85
Kelemahan
Petani tidak melakukan pencatatan usahatani 0,06
1 0,06
Pengalaman bertani petani sampel yang rendah 0,1
2 0,2
Waktu untuk mengelola usahatani sayuran organik vertikultur sedikit
0,1 2
0,2
Penggunaan tenaga kerja luar keluarga yang rendah
0,02 1
0,02
Hasil produksi usahatani rendah 0,13
2 0,26
Tingkat serangan hama dan penyakit yang tinggi
0,09 2
0,18 Total Skor Kelemahan
0,5 10
0,92
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 11,13, 2012. Tabel 22. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal EFAS
Faktor-Faktor Strategis Internal
Bobot Rating Bobot x
Rating Peluang
Adanya program pemerintah 0.21
3 0,63
Permintaan sayuran organik yang tinggi 0.17
4 0,68
Harga sayuran organik yang tinggi 0.17
3 0,51
Adanya pasar penjualan sayuran organik dalam bentuk benih
0.18 3
0,54
Total Skor Peluang 0,65
13 2,36
Ancaman
Intensitas monitoring pemerintah yang rendah 0,27
2 0,54
Total Skor Ancaman 0,27
2 0,54
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 11,14, 2012.
5.2.3 Tahap Penentuan Alternatif Strategi
Strategi pengembangan usahatani sayuran organik vertikultur dilakukan dengan cara memebuat matriks SWOT. Matriks SWOT ini dibangun berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
faktor-faktor strategi, baik internal kekuatan dan kelemahan maupun eksternal peluang dan ancaman. Berdasarkan matriks posisi analisis SWOT yang ada,
maka disusun empat strategi uatama, yaitu strategi Strengts-Opportunities S-O, Weakness-OpportunitiesW-O, Strengts-Threats S-T, Weakness-Threats W-T.
Dari hasil analisis dapat disusun 6 strategi yang terdiri dari 2 strategi S-O, 2 strategi W-O, 1 strategi S-T dan 1 strategi W-T. Strategi-strategi ini dibuat
atas dasar pembobotan yang dilakukan dengan metode AHP Analytical Hierarchy Process dan rating yang didapat dari wawancara dengan petani
sampel. Faktor strategis yang memiliki nilai skor yang tinggi diutamakan untuk dijadikan dasar dalam pembuatan strategi.
Strategi SO disusun karena faktor ketersediaan input produksi dan status kepemilikan lahan memiliki nilai skor yang tinggi sehingga dapat dijadikan
kekuatan untuk melakukan perluasan usahatani. Kelompok tani juga diharapkan dapat menjalankan perannya untuk membuka peluang penjualan dalam bentuk
benih dan pemasok sayuran organik guna memenuhi permintaan sayuran organik yang tinggi.
Strategi WO disusun untuk meminimalisir kelemahan usahatani sayuran organik vertikultur yang hasil produksinya masih rendah. Hal ini dikarenakan
usahatani ini masih untuk konsumsi sendiri. Ketika produksi tinggi maka permintaan pasar akan sayuran organik dapat dipenuhi.
Strategi ST disusun karena intensitas monitoring pemerintah yang rendah terhadap usahatani sayuran organik vertikultur di daerah ini, sehingga diharapkan
para petani dapat mengoptimalkan daya adaptasinya terhadap teknologi pertanian vertikultur organik yang relatif mudah.
Universitas Sumatera Utara
Strategi WT disusun karena pengalaman bertani petani yang masih sangat rendah, hampir semua petani tidak mempunyai pengalaman bertani sehingga
diperlukan pelatihan-pelatihan tentang budidaya dan juga tentang pencatatan usahatani.
Tabel 23. Penentuan Strategi Pengembangan Usahatani Sayuran Organik Vertikultur
IFAS
EFAS KEKUATAN S
1. Status lahan petani
sampel adalah milik sendiri
2. Keberadaan kelompok
tani yang mendukung pengembangan usahatani
sayuran organik vertikultur
3. input produksi selalu
tersedia 4.
Luas lahan pekarangan yang sempit
5. Teknik vertikultur
mudah diadaptasi KELEMAHAN W
1. Petani tidak melakukan
pencatatan usahatani 2.
Pengalaman bertani petani sampel yang
rendah 3.
Waktu untuk mengelola usahatani sayuran organik
vertikultur sedikit 4.
Penggunaan tenaga kerja luar keluarga yang rendah
5. Hasil produksi usahatani
yang rendah 6.
Tingkat serangan hama dan penyakit yang tinggi
PELUANG O 1.
Adanya program pemerintah
2. Permintaan sayuran
organik yang tinggi 3.
Harga sayuran organik yang tinggi
4. Pasar penjualan sayuran
organik dalam bentuk benih
1. Memanfaatkan
ketersediaan input produksi dan status
kepemilikan lahan untuk melakukan perluasan
usahatani
2. Bekerjasama dalam
kelompok tani untuk memenuhi permintaan
sayuran organik yang tinggi dan mengambil
peluang penjualan sayuran organik berupa
benih 1.
Meningkatkan hasil produksi untuk memenuhi
permintaan sayuran organik
2. Meminimalisir tingkat
serangan hama dan penyakit dengan mencari
informasi dari kegiatan- kegiatan yang diadakan
dalam program dari pemerintah
ANCAMAN T 1.
Intensitas Monitoring Pemerintah yang rendah
1. Memanfaatkan adaptasi
terhadap pertanian vertikultur yang mudah
dan pelatihan dari kelompok tani walaupun
intensitas monitoring pemerintah rendah
1. Mengadakan pelatihan-
pelatihan dalam budidaya dan pencatatan usahatani
untuk meningkatkan pengetahuan petani dalam
bertani dalam mengatasi pengalaman bertani petani
sampel dan intensitas monitoring pemerintah
yang masih rendah
Universitas Sumatera Utara
Strategi SO
1 Memanfaatkan ketersediaan input produksi dan status kepemilikan lahan
untuk melakukan perluasan usahatani 2
Bekerjasama dalam kelompok tani untuk memenuhi permintaan sayuran organik yang tinggi dan mengambil peluang penjualan sayuran organik berupa
benih.
Strategi WO
1 Meningkatkan hasil produksi untuk memenuhi permintaan sayuran organik
2 Meminimalisir tingkat serangan hama dan penyakit dengan mencari informasi
dari kegiatan-kegiatan yang diadakan dalam program MKRPL dari pemerintah
Strategi ST
1 Memanfaatkan adaptasi terhadap pertanian vertikultur yang mudah dan
pelatihan dari kelompok tani walaupun intensitas monitoring pemerintah rendah
Strategi WT
1 Mengadakan pelatihan-pelatihan dalam budidaya dan pencatatan usahatani
untuk meningkatkan pengetahuan petani dalam bertani dalam mengatasi pengalaman bertani petani sampel dan intensitas monitoring pemerintah yang
masih rendah.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN