1.2. Perumusan Masalah
Bagaimanakah persepsi mahasiswai tentang kebersihan makanan yang diamalkan dan diaplikasi di warung tepi jalan di sekitar lingkungan
Universitas Sumatera Utara USU, Medan ?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui persepsi mahasiswai tentang kebersihan makanan di warung tepi jalan di sekitar lingkungan Universitas Sumatera Utara USU,
Medan.
1.3.2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui tahap kebersihan yang diaplikasi pada warung, khususnya lingkungan sekitar warung, peralatan makan dan masak,
kelengkapan jurumasak serta pekerja dan makanan dan minuman yang disajikan.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Untuk mahasiswai
Dapat dipakai sebagai informasi dalam meningkatkan kesadaran mereka tentang resiko makan di warung tepi jalan.
1.4.2. Untuk Peneliti Lain
Dapat dipakai sebagai sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakuka n
penulis.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kebersihan makanan 2.1.1. Makanan
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh.
Menurut WHO 2007, yang dimaksud makanan adalah “Food include all substances, whether in a natural state or in a manufactured or prepared
form, which are part of human diet.”
Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit,
diantaranya: Batasan makanan tersebut tidak
termasuk air, obat-obatan dan substansi-substansi yang diperlukan untuk tujuan pengobatan.
a Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki
b Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan
selanjutnya. c
Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat,
serangga, parasit dan kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.
d Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit
yang dihantarkan oleh makanan food borne illness
2.1.2. Food Hygiene dan Sanitasi Makanan
Depkes, 2005.
Pengertian hygiene menurut Depkes 2005 adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu
subyeknya. Misalnya mencuci tangan untuk melindungi kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang
Universitas Sumatera Utara
bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan.
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan
dan minuman dari segala bahaya yang dapat menganggu atau memasak kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama dala m
proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada
masyarakat atau konsumen. Sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari
penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan merugikan pembeli. mengurangi kerusakan atau pemborosan makanan World Health
Organization, 2007.
2.1.3. Cara Penyimpanan Bahan Makanan
Di Indonesia, pada umumnya setiap makanan dapat dengan leluasa beredar dan dijual tanpa harus terlebih dahulu melalui kontrol kualitas, dan kontrol
keselamatan sehingga masih lebih 70 makanan yang dijual dihasilkan oleh produsen yang masih tradisional yang dalam proses produksinya
kebanyakan masih jauh dari persyaratan kesehatan dan keselamatan, sehingga kasus keracunan makanan meningkat Zaenab, 2008.
Bahan makanan yang dimaksud disini adalah bahan makanan yang mentah segar yaitu bahan makanan yang perlu pengolahan sebelum dihidangkan,
contohnya daging, beras, sayuran, singkong dan kentang. Makanan yang terolah pabrik yaitu makanan yang sudah dapat langsung dimakan tetapi
digunakan untuk proses lebih lanjut. Contohnya tahu, tempe, kecap, ikan kaleng, kornet dan lain-lain. Makanan yang siap santap, yaitu nasi remes,
soto mie, bakso, goreng ayam dan lain-lain Zaenab, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Penyimpanan bahan makanan sebelum diolah perlu perhatian khusus mulai dari wadah tempat penyimpanan sampai dengan cara penyimpanannya
perlu diperhatikan dengan maksud untuk menghindari terjadinya keracunan karena kesalahan penyimpanan. Contoh bahan makanan seperti bumbu
dapur yang digunakan untuk proses pengolahan makanan hendaknya ditata dengan baik dalam wadah yang berbeda, sehingga apabila akan
menggunakannya dengan mudah dapat mengambilnya, hindari penyimpanan bahan beracun dengan tempat penyimpanan bumbu dapur.
Selain itu penyimpanan bahan makanan yang mudah rusak seperti ikan, sayur- sayuran, tomat, lombok yang belum digunakan sebaiknya disimpan
dalam lemari es sesuai dengan suhu penyimpannya, sedangkan yang tidak mudah rusak disimpan digudang atau pada lemari bahan makanan Zaenab,
2008.
2.1.4. Pengolahan Bahan Makanan
Pengolahan makanan menjadi makanan siap santap merupakan salah satu titik rawan terjadinya keracunan, banyak keracunan terjadi akibat tenaga
pengolahnya yang tidak memperhatikan aspek sanitasi. Pengolahan makanan yang baik adalah yang mengikuti kaidah dan prinsip-prinsip
hygiene dan sanitasi, yang dikenal dengan istilah Good Manufactering Practice GMP atau cara produksi makanan yang baik. Terjadinya kasus
keracunan makanan disebabkan karena tempat pengolahan makanan dan peralatan masak di mana peralatan masak juga dapat menyebabkan
keracunan pada makanan. Kita ketahui bahwa logam dan senyawa kimia dapat terlarut dalam alat masak atau kontainer yang digunakan untuk
mengolah dan menyimpan makanan, dapat menyebabkan keracunan . Logam dan senyawa kimia dapat terlaut, umumnya disebabkan karena
makanan yang bersifat asam Zaenab, 2008.
Seorang tenaga pengolah makanan, atau penjamah makanan baik dalam mempersiapkan, mengolah, menyimpan, mengangkut, maupun menyajikan
Universitas Sumatera Utara
dan memperhatikan hygiene perorangannya. Salah satu contoh adalah kebersihan tangan. Biasakan mencuci tangan sebelum makan atau
mengolah makanan Zaenab, 2008.
Seorang penjamah makanan yang tidak sehat dapat menjadi sumber penyakit dan dapat menyebar kesuatu masyarakat konsumen, peranannya
dalam suatu penyebaran penyakit dengan cara kontak antara penjamah makanan yang menderita penyakit menular dengan konsumen yang sehat ,
kontaminasi terhadap makanan oleh penjamah makanan yang sakit, misalnya batuk atau luka ditangan , dan pengolah atau penanganan
makanan oleh penjamah makanan yang sakit atau pembawa kuman Zaenab, 2008.
Makanan masak merupakan campuran bahan yang lunak dan sangat disukai bakteri. Bakteri akan tumbuh dan berkembang dalam makanan yang berada
dalam suasana yang cocok untuk hidupnya sehingga jumlahnya menjadi banyak. Di antara bakteri terdapat beberapa bakteri yang menghasilkan
racun toksin, ada racun yang dikeluarkan oleh tubuhnya eksotoksin, dan ada yang disimpan dalam tubuhnya endotoksin enterotoksin. Sementara
di dalam makanan juga terdapat enzim. Enzim terutama terdapat pada sayuran dan buah-buahan yang akan menjadikan buah matang dan kalau
berlangsung terus buah akan menjadi busuk Zaenab, 2008.
2.1.5. Penyajian Bahan Makanan
Penyajian makanan juga salah satu faktor yang dapat menyebabkan keracunan pada makanan. Penyajian oleh jasa boga berbeda dengan rumah
makan. Di rumah makan tempat penyajian relatif berdekatan dengan dapur pengolahan, sehingga untuk terjadinya kontaminasi dengan lingkungan luar
sangat sedikit, sedangkan pada jasa boga tempat penyajian bisa berkilo- kilometer dari tempat pengolahan, oleh karena itu maka faktor
pengangkutan makanan menjadi penting karena akan mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
kondisi penyajian. Keterlambatan penyajian dapat terjadi akibat adanya hambatan diluar dugaan, misalnya kemacetan lalu lintas gangguan lain
dalam perjalanan. Tempat penyajian seperti di kantin melalui jasa boganya sebab kasus keracunan makanan pada umumnya terjadi di kantin-kantin
dan lain-lain Zaenab, 2008.
2.1.6. Penyakit-Penyakit Yang Dapat Ditimbulkan
Gejala biasanya dimulai secara tiba-tiba dengan mual yang hebat dan muntah-muntah, sekitar 2-8 jam setelah makan makanan yang tercemar.
Gejala lainnya berupa kram perut, diare dan kadang-kadang sakit kepala dan demam. Kehilangan cairan dan elektrolit dapat menyebabkan
kelemahan dan tekanan darah yang rendah syok. Gejala biasanya berlangsung selama kurang dari 12 jam dan penyembuhannya sempurna.
Kadang-kadang keracunan makanan dapat berakibat fatal, terutama bila terjadi pada anak-anak, orang tua dan orang dengan kondisi lemah karena
sakit menahun Camilleri,M., Murray,J.A., 2008 Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar dimana kotoran yang
dikeluarkan lebih cair dari biasanya. Diare karena infeksi dapat disebabkan oleh berbagai macam kuman baik virus, bakteri, atau parasit lainnya. Hal
ini berarti seorang yang mengalami diare dapat menunjukkan gejala-gejala yang berbeda-beda tergantung dari penyebab diarenya itu. Gejala diare
umumnya diawali dengan nyeri perut atau mulas Kris, 2009. Diare yang terjadi selama lebih dari 2 minggu disebut sebagai diare
kronik. Diare tanpa adanya darah biasanya disebabkan oleh virus, parasit atau toksin yang dihasilkan oleh bakteri. Infeksi saluran pencernaan yang
disebabkan suatu virus yang disebut rotavirus akan menyebabkan diare yang encer. Sebagian besar kuman yang menyebabkan diare juga dapat
menyebabkan gejala-gejala lain seperti demam, hilangnya nafsu makan, nyeri perut, kram perut, mual, muntah, hilangnya berat badan, dan terutama
dehidrasi. Kuman penyebab diare dapat pula masuk dan menyebar ke aliran
Universitas Sumatera Utara
darah dan mengakibatkan infeksi di organ tubuh lain yang jauh dari pencernaan seperti otak Kris, 2009.
2.1.7. Pengobatan
Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit akibat makanan tanpa melihat penyebab spesifik, pada prinsipnya adalah sama yaitu
dengan menghindari mengkonsumsi makanan yang tercemar, memusnahkan atau melakukan denaturasi terhadap bahan pencemar,
mencegah penyebaran lebih luas atau mencegah berkembang biaknya bahan pencemar.
Prinsip utama perawatan diare adalah penggantian cairan serta garam dan mineral yang hilang melalui kotoran, muntah dan demamnya. Perkiraan
jumlah cairan yang hilang dan beratnya muntah serta diare akan menentukan jenis terapi yang akan diberikan oleh dokter.
Jika gejalanya membaik, penderita secara bertahap mendapatkan makanan lunak seperti gandum, pisang, bubur nasi, selai apel dan roti panggang. Jika
makanan tersebut tidak menghentikan diare setelah 12-24 jam dan bila tidak terdapat darah pada tinja, berarti ada infeksi bakteri yang serius, dan
diberikan obat-obat seperti difenoksilat, loperamide atau bismuth Biasanya satu-
satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah minum cairan yang cukup. Pada penderita yang muntah pun, harus minum sedikit demi sedikit untuk
mengatasi dehidrasi, yang selanjutnya bisa membantu menghentikan muntahnya. Jika muntah berlangsung terus dan terjadi dehidrasi berat,
mungkin diperlukan infus cairan dan elektrolit. Karena anak-anak lebih cepat jatuh ke dalam keadaan dehidrasi, mereka harus diberi larutan garam
dan gula. Cairan yang biasa digunakan seperti minuman bersoda, teh, minuman olahraga dan sari buah, tidak tepat diberikan kepada anak-anak
dengan diare. Bila muntahnya hebat, bisa diberikan suntikan atau supositoria obat yang dimasukkan melalui lubang dubur Kris, 2009.
Universitas Sumatera Utara
subsalisilat. Karena antibiotik dapat menyebabkan diare dan merangsang pertumbuhan organisme yang resisten terhadap antibiotik, maka antibiotik
jarang digunakan meskipun diketahui penyebabnya adalah bakteri Ciesla, W.P. Jr., Guerrant, R.L., 2001.
2.1.8. Pencegahan
Basuh tangan dengan sabun setiap kali selepas menggunakan tandas dan setiap kali sebelum dan selepas mengendalikan atau menyediakan
makanan. Gunakan air panas dan bersabun untuk membersihkan perkakas memasak, papan memotong dan lain-lain permukaan yang digunakan.
Apabila membeli-belah, menyediakan atau menyimpan makanan, asingkan daging mentah, ternakan, ikan dan makanan bercangkerang daripada
makanan lain bagi mengelakkan pencemaran silang CDC, 2005.
Masak makanan pada suhu yang selamat. Cara terbaik bagi memastikannya adalah dengan menggunakan termometer makanan. Anda boleh membunuh
organisma yang boleh menjejaskan yang terdapat dalam kebanyakan makanan dengan memasak pada suhu antara 63° C hingga 74° C. Sejukkan
atau dinginkan makanan yang mudah rosak dalam tempoh dua jam pembelian atau penyediaannya. Jika suhu bilik lebih 32° C, sejukkan
makanan yang tidak tahan lama itu dalam masa sejam. Letakkan makanan di dalam pembeku jika tidak mahu memakannya dalam masa dua hari.
Mencairbekukan makanan dengan selamat. Jangan lembutkan makanan pada suhu bilik. Cara terbaik untuk melembutkan makanan adalah dengan
mencairbekukan makanan di dalam peti sejuk atau mikro gelombang. Melalukan air sejuk ke atas makanan untuk melembutkannya juga selamat
CDC, 2005
Buangkan sahaja makanan itu kalau anda ragu-ragu dengan cara penyediaan, penyimpanan atau hidangannya. Makanan yang dibiarkan pada
suhu bilik dengan terlalu lama mungkin mengandungi bakteri atau racun
Universitas Sumatera Utara
yang tidak boleh dimusnahkan lagi walaupun dengan memasaknya. Jangan kecap makanan itu jika anda tidak pasti mengenai tahap keselamatan dan
kebersihannya. Walaupun ia mungkin kelihatan atau berbau masih baik, ia mungkin tidak selamat lagi untuk dimakan. Berwaspadalah semasa
menghidangkan makanan. Bakteri berbahaya boleh membiak dengan cepat semasa menyediakan makanan tanpa pemanasan atau pendingin sempurna
terutamanya semasa majlis luar atau bufet. Buang sisa makanan yang berada pada suhu kamar lebih dua jam atau dalam cuaca panas, lebih empat
jam. Lain-lain termasuk telur separuh masak atau makanan yang mengandungi telur seperti adunan biskut dan eskrim buatan sendiri, ulam-
ulaman mentah; jus, tuak, susu dan produk susu yang tidak dipasteur dibasmi kuman, keju lembut, mentega didinginkan dan beberapa lagi
CDC, 2005.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Pada penelitian ini kerangka konsep tentang hubungan persepsi mahasiswa Universitas Sumatera Utara USU dengan kebersihan makanan di warung
tepi jalan di sekitar lingkungan USU.
Gambar 3.1 Kerangka konsep
3.2. Definisi Operasional
Variabel-variabel yang akan diteliti adalah persepsi mahasiswa USU dan gambaran kebersihan makanan di warung tepi jalan di sekitar lingkungan
USU.
3.2.1. Persepsi diukur daripada mahasiswai daripada semua fakultas dalam
Universitas Sumatera Utara USU yang belajar di peringkat S1. Persepsi mahasiswa mengenai kebersihan yang diaplikasi di warung tepi jalan,
khususnya pada warung, peralatan masak dan makanan yang digunakan, kelengkapan penyaji dan pekerja dan makanan serta minuman yang
disajikan akan dinilai. Persepsi mahasiswa
Universitas Sumatera Utara USU
- Kebersihan warung - Kebersihan peralatan
masak dan makanan - Kebersihan penyaji
dan pekerja - Kebersihan makanan
dan minuman Gambaran kebersihan
makanan di warung tepi jalan di sekitar lingkungan
Universitas Sumatera Utara USU
Universitas Sumatera Utara
3.2.2. Gambaran kebersihan makanan di warung tepi jalan di sekitar lingkungan
Universitas Sumatera Utara dinilai daripada aspek pencucian tangan, kebersihan lingkungan, kondisi dan kebersihan peralatan masak,
kelengkapan pekerja, sumber air untuk minum dan memasak, pencucian piring dan lain-lain. Gambaran kebersihan makanan dinilai daripada
jawaban yang diberi oleh mahasiswai yang makan di warung tepi jalan di sekitar lingkungan Universitas Sumatera Utara USU.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang bersifat cross sectional. Penelitian deskriptif ini dilakukan terhadap
sekumpulan objek biasanya cukup banyak, dalam jangka waktu tertentu yang memiliki tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang
persepsi mahasiswai tentang kebersihan makanan di warung tepi jalan di sekitar lingkungan Universitas Sumatera Utara USU.
Menurut Sastroasmoro 2008 penelitian cross sectional merupakan penelitian yang di
mana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat. Satu saat di sini artinya, setiap subjek hanya diobservasi satu kali saja dan
pengukuran variabel subjek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kawasan sekeliling Universitas Sumatera Utara USU. Hal ini dikarenakan Universitas Sumatera Utara adalah salah satu
universitas negeri yang memiliki jumlah mahasiswa yang benar. Mahasiswa USU berasal dari 12 jenis fakultas dan mahasiswanya memiliki beragam
kebiasaan dalam hal kebersihan dan pemilihan tempat untuk makan. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Maret - Desember 2010.
Pengumpulan data dilakukan selama bulan Agustus - Oktober 2010.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian