Anopheles subpictus Anopheles sundaicus Kebiasaan menggunakan kelambu Kebiasaan menghindari gigitan nyamuk

Biasanya tempat perindukan nyamuk An. maculatus tidak luas, berupa genangan air di pinggir sungai yang terdapat sinar matahari, rembesan sawah yang airnya mengalir lambat WHO dalam Susana, 2010. Nyamuk An. maculatus betina lebih tertarik menghisap darah binatang daripada manusia. Aktifitas mencari darah pada malam hari mulai pukul 21.00- 03.00. pada pagi hari An. maculatus beristirahat di luar rumah dan hinggap pada pohon kopi dan tanaman yang hidup di tebing yang curam.

f. Anopheles subpictus

Anopheles subpictus lebih suka darah ternak daripada manusia, aktif sepanjang malam dan hinggap di dinding sebelum dan sesudah menggigit. Habitat larva hampir sama dengan An. Sundaicus. Larva ditemukan di dekat pantai, nyamuk dewasa ditemukan di kandang ternak dan di dalam rumah tetapi hanya sebagian kecil yang menyerang manusia.

g. Anopheles sundaicus

Anopheles sundaicus lebih senang menghisap darah manusia daripada ternak serta aktif sepanjang malam. Perilaku istirahatnya bervariasi tetapi umumnya di dalam rumah dan lebih banyak ditangkap pada pakaian yang bergantungan. Jarak terbang nyamuk ini mencapai 3 km, habitat jentik pada air payau dan jentik berkumpul di tempat tertutup oleh tanaman atau yang mendapat sinar matahari langsung serta terdapat juga di tambak ikan dan galian sepanjang pantai An. sundaicus ditemukan di ekosistem pantai, dalam tambakdan air payau. Larva ditemukan pada kolam beralga dan kadang pada air kotor, juga ditemukan pada kolam berair jernih Susana, 2011. Populasinya bertambah secara fluktuatif bertambah merespon variasi hujan. Nyamuk dewasa istirahat sepanjang hari di dalam dan di luar ruangan. Penebangan hutan bakau untuk dijadikan lahan perikanan jika tidak dikelola dengan baik akan membuka peluang untuk perindukan An. sundaicus. Semakin luas tersedianya kolam atau tambak, semakin luas pula tempat perindukan vektor tersebut.

h. Anopheles nigerrimus

Anopheles nigerrimus merupakan vektor malaria dan filariasis yang tersebar di asia pasifik. Anopheles nigerrimus di Indonesia merupakan nyamuk khas 14 pedalaman island areas. Berdasarkan hasil NLC menunjukkan perilaku An. nigerrimus mencari makan bersifat eksofagik. Bruce-Chwatt dalam Sushanti, 1994 melaporkan bahwa perilaku istirahat nyamuk tersebut bersifat eksofilik. Anopheles mengalami metamorfosis sempurna yaitu stadium telur, larva, kepompong, dan dewasa yang berlangsung selama 7-14 hari. Tahapan ini dibagi ke dalam 2 dua perbedaan habitatnya yaitu lingkungan air aquatik dan di daratan terrestrial. Nyamuk dewasa muncul dari lingkungan aquatik ke lingkungan terresterial setelah menyelesaikan daur hidupnya. Oleh sebab itu, keberadaan air sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup nyamuk, terutama masa larva dan pupa. Nyamuk Anopheles betina dewasa meletakkan 50-200 telur satu persatu di dalam air atau bergerombol tetapi saling lepas. Telur Anopheles mempunyai alat pengapung dan untuk menjadi larva dibutuhkan waktu selama 2 sampai 3 hari, atau 2 sampai 3 minggu pada iklim-iklim lebih dingin. Pertumbuhan larva dipengaruhi faktor suhu, nutrien, ada tidaknya binatang predator yang berlangsung sekitar 7 sampai 20 hari bergantung pada suhu. Kepompong 9 pupa merupakan stadium terakhir di lingkungan aquatik dan tidak memerlukan makanan. Pada stadium ini terjadi proses pembentukan alat-alat tubuh nyamuk seperti alat kelamin, sayap dan kaki. Lama stadium pupa pada nyamuk jantan antara 1 sampai 2 jam lebih pendek dari pupa nyamuk betina, karenanya nyamuk jantan akan muncul kira-kira satu hari lebih awal daripada nyamuk betina yang berasal dari satu kelompok telur. Stadium pupa ini memakan waktu lebih kurang 2 sampai dengan 4 hari. Perilaku Nyamuk Anopheles sp. Nyamuk betina merupakan nyamuk yang aktif menggigit karena memerlukan darah untuk perkembangan telurnya. Pada saat nyamuk aktif mencari darah maka nyamuk akan terbang berkeliling untuk mencari rangsangan dari hospes yang cocok. Beberapa faktor seperti keberadaan hospes, tempat menggigit, frekwensi menggigit dan waktu menggigit merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengamatan perilaku nyamuk menghisap darah. Berdasarkan obyek yang digigit hospes, nyamuk dibedakan menjadi: 15 1. Nyamuk antrofilik, yaitu nyamuk yang lebih suka menghisap darah manusia. 2. Nyamuk zoofilik, yaitu nyamuk lebih suka menghisap darah hewan. 3. Nyamuk indiscriminate biter,yaitu nyamuk yang menghisap darah tanpa kesukaan tertentu terhadap hospes. Nyamuk akan menghisap darah dari hospes lain yang tersedia apabila darah hospes yang disukai tidak ada. Hal ini disebabkan adanya suhu dan kelembaban yang dapat menyebabkan nyamuk berorientasi terhadap hospes tertentu dengan jarak yang cukup jauh dan adanya bau spesifik dari hospes Depkes RI, 2004. Selain berdasarkan objek yang digigit, berdasarkan tempat menggigitnya nyamuk juga dapat dibedakan menjadi: 1. Nyamuk eksofagik, yaitu nyamuk yang lebih suka menggigit di luar rumah. 2. Nyamuk endofagik, yaitu nyamuk lebih suka menggigit di dalam rumah. Berdasarkan waktu menggigit, secara umum nyamuk Anopheles aktif mencari darah pada waktu malam hari, mulai dari senja hingga tengah 11 malam tetapi ada pula yang mulai tengah malam hingga menjelang pagi Depkes RI, 2004. Tempat Perindukan larva vektor malaria habitat nyamuk diklasifikasikan menjadi dua, yaitu habitat air mengalir dan habitat air menggenang. Habitat air mengalir, dapat berupa saluran air parit atau selokan yang mengalir lambat, dan sungai yang alirannya deras maupun lambat. Pada saluran irigasi biasanya tumbuh tanaman menjalar yang dapat menahan arus air. Jenis Anopheles sp. yang hidup dalam habitat seperti ini antara lain: Anopheles palmatus, Anopheles barbumbrosus, Anopheles vagus, Anopheles hunteri, Anopheles barbirostris, Anopheles sinensis, Anopheles nigerrimus, Anopheles sundaicus, Anopheles subpictus, dan Anopheles maculates Mattingly, 1969 . Sedangkan habitat air menggenang dibagi dalam tiga kategori, yaitu: habitat air tanah, air bawah permukaan tanah, dan kontainer.

2.2.2 Agent Parasit

Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia, family plasmodiidae dan 16 ordo Coccidiidae. Jenis parasit plasmodium sampai saat ini dikenal empat macam species parasit malaria yaitu:

1. Plasmodium Vivax

Plasmodium vivax akan memberikan intensitas serangan dalam bentuk demam setiap 3 hari sekali sehingga sering dikenal dengan istilah malaria tertian malaria benigna. Jenis malaria ini tersebar di seluruh kepulauan di Indonesia dan pada umumnya di daerah endemis mempunyai frekuensi tertinggi diantara spesies yang lain.Eritrosit yang dihinggapi parasit P. vivax mengalami perubahan yaitu menjadi besar, berwarna pucat dan tampak titik- titik halus berwarna merah yang bentuk dan besarnya sama titik Schuffner. Masa tunas intrinsik berlangsung 12-17 hari.

2. Plasmodium Malariae

Plasmodium malariae adalah penyebab malaria malariae atau malaria kuartana karena serangan demam berulang pada tiap hari keempat. Penyakit malaria kuartana meluas meliputi daerah tropik maupun daerah subtropik. Frekuensi penyakit ini di beberapa daerah cenderung menurun. Eritrosit yang dihinggapi Plasmodium malariae tidak membesar atau ukuran dan bentuk eritrosit normal. Masa tunas intrinsik berlangsung 18 hari dan kadang-kadang sampai 30-40 hari.

3. Plasmodium Ovale

Plasmodium ovale mempunyai waktu demam yang lebih pendek dan biasanya bisa sembuh spontan. Masa tunas intrinsik sama seperti Plasmodium vivax, yaitu 12-17 hari. Plasmodium ovale dapat ditemukan di daerah tropik Afrika bagian barat, di daerah Pasifik Barat dan beberapa lain di dunia. Di Indonesia parasit ini terdapat di Pulau Owi sebelah selatan Biak Irian Jaya dan di Pulau Timor. Perubahan eritrosit yang terjadi yaitu eritrosit tampak oval dengan tepi bergerigi. Titik Schuffner menjadi lebih banyak.

4. Plasmodium Falciparum

Parasit ini ditemukan di daerah tropik terutama di Afrika dan Asia Tenggara sehingga disebut dengan penyebab malaria tropika malaria maligna. Di Indonesia parasit ini tersebar di seluruh kepulauan. Spesies ini merupakan paling berbahaya karena penyakit yang ditimbulkannya dapat menjadi berat. Pada 17 malaria falciparum, eritrosit yang terinfeksi tidak membesar selama stadium perkembangan parasit. Namun, terjadi perubahan yang menyerupai bentuk pisang.

2.2.3 Environment Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu baik fisik, biologis maupun sosial yang berada di sekitar manusia yang bersifat tidak bernyawa misalnya air, tanah, kelembaban, udara, suhu, angin, rumah dan benda mati lainnya. Lingkungan adalah lokasi dimana manusia dan nyamuk berada. Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan. Faktor lingkungan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu lingkungan fisik, biologi dan sosial budaya Depkes, 2003. Lingkungan adalah sebagai faktor ekstrinsik yang terdiri dari lingkungan fisik, biologis dan sosial yang dapat menyebabkan penyakit termasuk penyakit malaria Mukono, 2009. Nyamuk berkembang biak dengan baik apabila lingkungannya sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan oleh nyamuk untuk berkembang biak. Faktor lingkungan dapat dibagi empat kelompok, yaitu lingkungan fisik, kimiawi, biologi dan sosial budaya.

1. Faktor Fisik Lingkungan

a. Lingkungan fisik yang berhubungan dengan rumah tempat tinggal manusia Lingkungan fisik manusia yang erat hubungannya dengan status kesehatan adalah rumah sehat, yaitu memenuhi kebutuhan fisiologis, kebutuhan psikologis, memberi perlindungan dan pencegahan terhadap kecelakaan dalam rumah dan memberi pencegahan dan perlindungan terhadap penularan penyakit. Menurut laporan WHO dalam Suwadera 2003 menyatakan bahwa lokasi tempat tinggal di sekitar tempat perkembangbiakan vektor serta desain dan konstruksi rumah dapat mengurangi kontak antara vektor dengan manusia sehingga memperkecil resiko yang ditularkan oleh vektor. Kualitas rumah tempat tinggal desain dan bahan konstruksi dan lokasi rumah berada pada daerah tempat perkembangbiakan nyamuk mempengaruhi masuknya nyamuk, tempat istirahat dan kontak vektor dengan manusia. 18 Kondisi fisik rumah sangat berkaitan dengan kejadian malaria, terutama yang berkaitan dengan jalur masuk dan keluar nyamuk terutama tidak terpasangnya kawat kasa pada ventilasi yang dapat mempermudah nyamuk masuk ke dalam rumah. Langit-langit atau pembatas ruangan dinding bagian atas dengan atap yang terbuat dari kayu, internit maupun anyaman bambu halus sebagai penghalang masuknya nyamuk ke dalam rumah dilihat dari ada tidaknya langit- langit pada semua atau sebagian ruangan rumah. Kualitas dinding yang tidak rapat jika dinding rumah terbuat dari anyaman bambu kasar ataupun kayupapan yang terdapat lubang lebih dari 1,5 mm² akan mempermudah nyamuk masuk ke dalam rumah Darmadi, 2002. Dinding rumah sebaiknya tidak berlubang karena akan menjadi tempat keluar masuknya nyamuk dan hewan lainnya. Beberapa nyamuk lebih senang menggigit di dalam rumah dan ada yang suka menggigitdi luar rumah kemudian istirahat di dinding rumah atau tempat gelap. Dinding rumah yang terbuat dari kayu paling disenangi oleh nyamuk Achmadi, 2008. Sebagian besar kasus malaria terjadi berasal dari penderita yang dinding rumahnya tidak sempurna terdapat lubang kecil, tidak mempunyai kamar tidur serta konstruksi rumah yang bermutu rendah. Konstruksi rumah terutama dinding sangat berkaitan dengan kegiatan penyemprotan. Hal ini penting diperhatikan mengingat insektisida yang disemprotkan ke dinding rumah akan menyerap ke dinding rumah sehingga pada waktu nyamuk hinggap di dinding tersebut akan mati akibat kontak dengan insektisida tersebut. Lingkungan rumah yang sehat harus memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit, memiliki tanaman, memiliki jalan lingkungan dan jika ada jembatan harus diberi pagar. Rumah tinggal yang sehat harus memenuhi syarat bangunan yang terbuat dari bahan yang tidak melepas bahan-bahan yang membahayakan, tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tempat pertumbuhan mikroorganisme, lantai kedap air dan mudah dibersihkan, memiliki ventilasi minimal 10 dari luas bangunan, tidak ada tikus bersarang, tersedia sarana air bersih, limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air. Lingkungan rumah yang ideal bukanlah sekedar bangunan tempat 19 berlindung, sebuah rumah harusnya menjadi tempat yang bebas dari gangguan hama, polusi dan penyakit. Lingkungan tempat tinggal yang kumuh serta sanitasi buruk umumnya menjadi penyebab utama berjangkitnya penyakit malaria, karena parit-parit, persawahan, empang, genangan air merupakan tempat bersarangnya nyamuk Anopheles Soemirat, 2002. Jarak rumah yang berdekatan berjarak sekitar 2 km dengan tempat perindukan nyamuk sungai, lagun, rawa-rawa dan tempat peristirahatan nyamuk hutan, kandang hewan beresiko terhadap kejadian malaria. Untuk menghindari gigitan nyamuk pada malam hari, maka rumah dengan ventilasi yang telah terpasang kawat kasa atau bahan penutup lainnya akan memberi perlindungan terhadap gigitan nyamuk. b. Lingkungan fisik yang berhubungan dengan perkembangbiakan nyamuk Anopheles Faktor lingkungan fisik yang berhubungan dengan perkembangbiakan nyamuk Anopheles sebagian besar berkaitan dengan aspek iklim.

1. Suhu

Secara umum, nyamuk Anopheles lebih menyukai temperatur yang tinggi jika dibandingkan dengan jenis Culicinae. Hal ini menyebabkan jenis Anopheles lebih sering dijumpai di daerah tropis. Suhu air sangat mempengaruhi perkembangbiakkan larva ditempat hidupnya Takken, 2008. Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah namun proses metabolismenya menurun bahkan terhenti bila suhu turun sampai suhu kritis dan pada suhu yang sangat tinggi akan mengalami perubahan proses fisiologisnya. Suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25 o -27 o C. Toleransi suhu bergantung pada jenis nyamuknya, biasanya pada suhu 5 o -6 o C spesies nyamuk tidak dapat bertahan hidup. Pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali bila suhu kurang dari 15-10 o C atau lebih dari 40 o C. Nyamuk termasuk hewan berdarah dingin sehingga siklus hidup dan proses metabolismenya tergantung pada suhu lingkungan. Pada tempat-tempat yang bersuhu lebih rendah dari 15 o C hampir tidak mungkin terjadi penularan malaria meskipun nyamuk yang biasa menjadi vektor terdapat dalam jumlah yang besar. Selain berpengaruh pada vektor, suhu udara juga mempengaruhi pertumbuhan parasit di dalam tubuh vektor. 20

2. Kedalaman Air

Larva Anopheles hanya mampu berenang ke bawah permukaan air paling dalam 1 meter dan tingkat volume air akan dipengaruhi curah hujan yang cukup tinggi yang akan memperbesar kesempatan nyamuk untuk berkembang biak secara optimal pada kedalaman kurang dari 3 meter Depkes RI. 2001.

3. Curah Hujan

Hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembangbiaknya nyamuk Anopheles. Hujan menyebabkan naiknya kelembaban nisbi udara dan menambah jumlah tempat perkembangbiakan breeding places dan terjadinya epidemi malaria. Besar kecilnya pengaruh bergantung pada jenis dan derasnya hujan, jenis vektor dan jenis tempat perindukan. Curah hujan yang cukup tinggi dalam jangka waktu yang lama akan memperbesar kesempatan perkembangbiakkan nyamuk secara optimal Depkes RI, 2001.

4. Kelembaban Nisbi Udara

Kelembaban nisbi udara merupakan banyaknya kandungan uap air dalam udara yang biasanya dinyatakan dalam persen . Kelembaban yang rendah tidak mempengaruhi parasit nyamuk namun dapat memperpendek umur nyamuk. Tingkat kelembaban paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk adalah 60 . Pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk dapat menjadi lebih sering menggigit dan lebih aktif sehingga meningkatkan penularan malaria. Cara hidup nyamuk dipengaruhi kelembaban udara, dengan beradaptasi pada keadaan lembab yang tinggi dan pada suatu ekosistem kepulauan atau ekositem hutan.

5. Kecepatan Angin

Kecepatan angin 11-14 mdetik atau 25-31 miljam dapat menghambat penerbangan nyamuk. Angin berpengaruh pada penerbangan nyamuk dan ikut menentukan jumlah kontak antara nyamuk dengan manusia Harijanto, 2000 dan juga mempengaruhi jarak terbang nyamuk. Jarak terbang nyamuk dapat diperpendek atau diperpanjang tergantung dari arah angin. Angin yang kencang dapat membawa Anopheles terbang sejauh 30 km atau lebih.

6. Ketinggian

Secara umum, malaria berkurang pada ketinggian yang semakin bertambah pada ketinggian di atas 2000 m jarang ada transmisi malaria. Jika perbedaan tempat cukup tinggi, maka perbedaan suhu udara juga cukup banyak dan mempengaruhi 21 faktor-faktor yang lain, termasuk siklus pertumbuhan parasit di dalam nyamuk, penyebaran nyamuk, dan musim penularan.

7. Sinar Matahari

Pengaruh sinar matahari dapat berbeda-beda terhadap pertumbuhan larva nyamuk. Beberapa jenis Anopheles menyukai tempat yang terbuka dan tempat yang teduh. An. punctulatus dan An. hyrcanus lebih menyukai tempat yang terbuka sedangkan An. sundaicus lebih menyukai tempat yang teduh, dan An. barbirostis dapat hidup baik ditempat yang terbuka maupun yang teduh Harijanto, 2000.

2. Faktor Kimia Lingkungan

Lingkungan kimiawi adalah bagian dari lingkungan yang terdiri dari bahan kimia, mencakup seluruh gejala kimia yang terjadi di lingkungan, baik yang ditimbulkan oleh proses alamiah atau hasil aktivitas manusia yang berlebihan. Lingkungan kimiawi kadar garam dan pH air di tempat perindukan berpengaruh terhadap nyamuk pra dewasa pada stadium akuatik. An.sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya berkisar antara 12-18 dan tidak berkembang pada kadar garam 40. An.letifer dapat hidup di tempat dengan pH air yang rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Syarif 2003 menjelaskan bahwa larva Anopheles memiliki toleransi terhadap pH antara 7,91 sampai dengan 8,09, hal ini juga didukung oleh penelitian Raharjo dkk 2003 dimana pH tempat perindukan nyamuk Anopheles pada musim kemarau berkisar antara 6,8 – 8,6. Effendi 2003 juga menjelaskan bahwa sebagian besar biota akuatik menyukai pH antara 7- 8,5. Berdasarkan karakteristik lingkungan bahwa pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi jasad renik. Perairan asam kurang baik untuk perkembangbiakan bahkan cenderung mematikan organisme. Pada pH rendah keasaman yang tinggi kandungan oksigen terlarut akan berkurang sebagai akibat konsumsi oksigen menurun dan menjadi penyebab matinya organisme air.

3. Lingkungan Biologi

22 Lingkungan biologi adalah segala sesuatu yang bersifat hidup seperti tumbuh- tumbuhan, hewan, termasuk mikroorganisme. Lingkungan biologi sebagai tempat perindukan vektor adalah lingkungan flora tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan tumbuhan lainnya yang dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi dari serangan makhluk lainnya, dan lingkungan fauna ikan pemakan larva, ternak besar berkaitan dengan jumlah gigitan nyamuk. Tanaman air bukan saja menggambarkan sifat fisik, tetapi juga menggambarkan susunan kimia dan suhu air misalnya pada lagun banyak ditemui lumut perut ayam Heteromorpha dan lumut sutera Enteromorpha kemungkinan dilagun tersebut ada larva An. Sundaicus. Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah Plocheilus panchax Panchax sp, Gambusi sp, Oreochromis niloticus nila merah, Oreochromis mossambica mujair, akan mempengaruhi populasi.

4. Lingkungan sosial ekonomi-budaya

Lingkungan sosial ekonomi-budaya merupakan salah satu faktor lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap penularan penyakit malaria. Yang termasuk dalam lingkungan sosial ekonomi adalah status kepemilikan rumah, status pendidikan, penghasilan, gizi dan tempat perindukan buatan manusia pembangunan bendungan, penambangan, pemukiman baru. Sedangkan yang termasuk ke dalam faktor lingkungan sosial-budaya adalah yang berkaitan dengan perilaku atau gaya hidup yaitu kebiasaan berada di luarrumah pada malam hari, dimana vektornya lebih bersifat eksofili dan eksofagi, penggunaan kelambu dan pemasangan kawat kasa pada ventilasi, persepsi masyarakat serta penggunaan repellent. Pengaruh faktor ini seringkali lebih besar dibandingkan dengan faktor lainnya dalam penularan penyakit malaria. Upaya pencegahan penyakit malaria salah satunya adalah melalui pendidikan kesehatan masyarakat, dan tujuan akhir dari pendidikan kesehatan masyarakat adalah perubahan perilaku yang belum sehat menjadi perilaku sehat, artinya perilaku yang mendasarkan pada prinsip-prinsip sehat atau kesehatan. Pendidikan yang diberikan kepada masyarakat harus direncanakan dengan 23 menggunakan strategi yang tepat disesuaikan dengan kelompok sasaran dan permasalahan kesehatan masyarakat yang ada. Strategi tersebut mencakup metodecara, pendekatan dan tekhnik yang mungkin digunakan untuk mempengaruhi faktor predisposisi, pemungkin dan penguat yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi perilaku. Strategi yang tepat agar masyarakatmudah dan cepat menerima pesan diperlukan alat bantu yang disebut peraga. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima pesan semakin banyak dan jelas pula pengetahuan yang diperoleh. Praktik atau perilaku keluarga terhadap upaya mengurangi gigitan nyamuk malaria adalah:

a. Kebiasaan menggunakan kelambu

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menggunakan kelambu secara teratur pada waktu malam hari dapat mengurangi kejadian malaria. Penduduk yang tidak menggunakan kelambu mempunyai resiko 6,44 kali terkena malaria.

b. Kebiasaan menghindari gigitan nyamuk

Untuk menghindarigigitan nyamuk digunakan obat semprot, obat poles atau obat nyamuk bakar sehingga memperkecil kontak dengan nyamuk.

c. Kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari