Biasanya   tempat   perindukan   nyamuk   An.   maculatus   tidak   luas,   berupa genangan air di pinggir sungai yang terdapat sinar matahari, rembesan sawah yang
airnya mengalir lambat WHO dalam Susana, 2010. Nyamuk   An.   maculatus   betina   lebih   tertarik   menghisap   darah   binatang
daripada manusia. Aktifitas mencari darah pada malam hari mulai pukul 21.00- 03.00. pada pagi hari An. maculatus beristirahat di luar rumah dan hinggap pada
pohon kopi dan tanaman yang hidup di tebing yang curam.
f. Anopheles subpictus
Anopheles subpictus  lebih suka darah ternak daripada manusia, aktif sepanjang malam  dan hinggap  di dinding  sebelum dan  sesudah  menggigit. Habitat larva
hampir sama dengan An. Sundaicus. Larva ditemukan di dekat pantai, nyamuk dewasa ditemukan di kandang ternak dan di dalam rumah tetapi hanya sebagian
kecil yang menyerang manusia.
g. Anopheles sundaicus
Anopheles sundaicus lebih senang menghisap darah manusia daripada ternak serta aktif sepanjang malam. Perilaku istirahatnya bervariasi tetapi umumnya di dalam
rumah dan lebih banyak ditangkap pada pakaian yang bergantungan. Jarak terbang nyamuk ini mencapai 3 km, habitat jentik pada air payau dan jentik berkumpul di
tempat tertutup oleh tanaman atau yang mendapat sinar matahari langsung serta terdapat juga di tambak ikan dan galian sepanjang pantai An. sundaicus ditemukan
di ekosistem pantai, dalam tambakdan air payau. Larva ditemukan pada kolam beralga   dan   kadang   pada   air   kotor,   juga   ditemukan   pada   kolam   berair   jernih
Susana,   2011.   Populasinya   bertambah   secara   fluktuatif   bertambah   merespon variasi   hujan.   Nyamuk   dewasa   istirahat   sepanjang   hari   di   dalam   dan   di   luar
ruangan.   Penebangan   hutan   bakau   untuk   dijadikan   lahan   perikanan   jika   tidak dikelola dengan baik akan membuka peluang untuk perindukan An. sundaicus.
Semakin   luas   tersedianya   kolam   atau   tambak,   semakin   luas   pula   tempat perindukan vektor tersebut.
h. Anopheles nigerrimus
Anopheles nigerrimus  merupakan vektor malaria dan filariasis yang tersebar di asia   pasifik.  Anopheles   nigerrimus  di   Indonesia   merupakan   nyamuk   khas
14
pedalaman   island   areas.   Berdasarkan   hasil   NLC   menunjukkan   perilaku  An. nigerrimus   mencari   makan   bersifat   eksofagik.   Bruce-Chwatt   dalam   Sushanti,
1994 melaporkan bahwa perilaku istirahat nyamuk tersebut bersifat eksofilik. Anopheles  mengalami metamorfosis sempurna yaitu stadium telur, larva,
kepompong, dan dewasa yang berlangsung selama 7-14 hari. Tahapan ini dibagi ke   dalam   2   dua   perbedaan   habitatnya   yaitu   lingkungan   air   aquatik   dan   di
daratan   terrestrial.   Nyamuk   dewasa   muncul   dari   lingkungan  aquatik  ke lingkungan  terresterial  setelah   menyelesaikan   daur   hidupnya.   Oleh   sebab   itu,
keberadaan air sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup nyamuk, terutama masa larva dan pupa. Nyamuk Anopheles betina dewasa meletakkan 50-200 telur
satu persatu di dalam air atau bergerombol tetapi saling lepas. Telur  Anopheles mempunyai alat pengapung dan untuk menjadi larva dibutuhkan waktu selama 2
sampai   3   hari,   atau   2   sampai   3   minggu   pada   iklim-iklim   lebih   dingin. Pertumbuhan   larva   dipengaruhi   faktor   suhu,   nutrien,   ada   tidaknya   binatang
predator   yang   berlangsung   sekitar   7   sampai   20   hari   bergantung   pada   suhu. Kepompong 9 pupa merupakan stadium terakhir di lingkungan aquatik dan tidak
memerlukan   makanan.   Pada   stadium   ini   terjadi   proses   pembentukan   alat-alat tubuh nyamuk seperti alat kelamin, sayap dan kaki. Lama stadium pupa pada
nyamuk jantan antara 1 sampai 2 jam lebih pendek dari pupa nyamuk betina, karenanya nyamuk jantan akan muncul kira-kira satu hari lebih awal daripada
nyamuk betina yang berasal dari satu kelompok telur. Stadium pupa ini memakan waktu lebih kurang 2 sampai dengan 4 hari.
Perilaku Nyamuk Anopheles sp. Nyamuk betina merupakan nyamuk yang aktif menggigit karena memerlukan darah untuk perkembangan telurnya. Pada
saat nyamuk aktif mencari darah maka nyamuk akan terbang berkeliling untuk mencari rangsangan dari hospes yang cocok. Beberapa faktor seperti keberadaan
hospes, tempat menggigit, frekwensi menggigit dan waktu menggigit merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengamatan perilaku nyamuk
menghisap darah. Berdasarkan obyek yang digigit hospes, nyamuk dibedakan menjadi:
15
1. Nyamuk  antrofilik,   yaitu   nyamuk   yang   lebih   suka   menghisap   darah manusia.
2. Nyamuk zoofilik, yaitu nyamuk lebih suka menghisap darah hewan. 3. Nyamuk  indiscriminate biter,yaitu nyamuk yang menghisap darah tanpa
kesukaan tertentu terhadap hospes. Nyamuk   akan   menghisap   darah   dari  hospes  lain   yang   tersedia   apabila   darah
hospes yang disukai tidak ada. Hal ini disebabkan adanya suhu dan kelembaban yang dapat menyebabkan nyamuk berorientasi terhadap  hospes  tertentu dengan
jarak yang cukup jauh dan adanya bau spesifik dari hospes Depkes RI, 2004. Selain berdasarkan objek yang digigit, berdasarkan tempat menggigitnya
nyamuk juga dapat dibedakan menjadi: 1. Nyamuk  eksofagik,   yaitu   nyamuk   yang   lebih   suka   menggigit   di   luar
rumah. 2. Nyamuk endofagik, yaitu nyamuk lebih suka menggigit di dalam rumah.
Berdasarkan   waktu   menggigit,   secara   umum   nyamuk  Anopheles  aktif mencari darah pada waktu malam hari, mulai dari senja hingga tengah 11 malam
tetapi ada pula yang mulai tengah malam hingga menjelang pagi  Depkes RI, 2004.
Tempat Perindukan larva vektor malaria habitat nyamuk diklasifikasikan menjadi dua, yaitu habitat air mengalir dan habitat air menggenang. Habitat air
mengalir, dapat berupa saluran air parit atau selokan yang mengalir lambat, dan sungai yang alirannya deras maupun lambat. Pada saluran irigasi biasanya tumbuh
tanaman menjalar yang dapat menahan arus air. Jenis  Anopheles sp. yang hidup dalam   habitat   seperti   ini   antara   lain:  Anopheles   palmatus,   Anopheles
barbumbrosus,   Anopheles   vagus,   Anopheles   hunteri,   Anopheles   barbirostris, Anopheles   sinensis,   Anopheles   nigerrimus,   Anopheles   sundaicus,   Anopheles
subpictus, dan  Anopheles maculates  Mattingly, 1969  . Sedangkan habitat air menggenang   dibagi   dalam   tiga   kategori,   yaitu:  habitat   air   tanah,   air   bawah
permukaan tanah, dan kontainer.
2.2.2 Agent Parasit
Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia, family plasmodiidae dan
16
ordo   Coccidiidae.   Jenis   parasit   plasmodium   sampai   saat   ini   dikenal   empat macam species parasit malaria yaitu:
1. Plasmodium Vivax
Plasmodium vivax akan memberikan intensitas serangan dalam bentuk demam setiap 3 hari sekali sehingga sering dikenal dengan istilah malaria tertian malaria
benigna. Jenis malaria ini tersebar di seluruh kepulauan di Indonesia dan pada umumnya di daerah endemis mempunyai frekuensi tertinggi diantara spesies yang
lain.Eritrosit yang dihinggapi parasit P. vivax mengalami perubahan yaitu menjadi besar, berwarna pucat dan tampak titik- titik halus berwarna merah yang bentuk
dan besarnya sama titik Schuffner. Masa tunas intrinsik berlangsung 12-17 hari.
2. Plasmodium Malariae
Plasmodium malariae adalah penyebab malaria malariae atau malaria kuartana karena   serangan   demam   berulang   pada   tiap   hari   keempat.   Penyakit   malaria
kuartana   meluas   meliputi   daerah   tropik   maupun   daerah   subtropik.   Frekuensi penyakit ini di beberapa daerah cenderung menurun. Eritrosit yang dihinggapi
Plasmodium malariae tidak membesar atau ukuran dan bentuk eritrosit normal. Masa tunas intrinsik berlangsung 18 hari dan kadang-kadang sampai 30-40 hari.
3. Plasmodium Ovale
Plasmodium ovale mempunyai waktu demam yang lebih pendek dan biasanya bisa sembuh spontan. Masa tunas intrinsik sama seperti Plasmodium vivax, yaitu
12-17 hari. Plasmodium ovale dapat ditemukan di daerah tropik Afrika bagian barat, di daerah Pasifik Barat dan beberapa lain di dunia. Di Indonesia parasit ini
terdapat   di   Pulau   Owi   sebelah   selatan   Biak   Irian   Jaya   dan   di   Pulau   Timor. Perubahan eritrosit yang terjadi yaitu eritrosit tampak oval dengan tepi bergerigi.
Titik Schuffner menjadi lebih banyak.
4. Plasmodium Falciparum
Parasit   ini   ditemukan   di   daerah   tropik   terutama   di  Afrika   dan  Asia  Tenggara sehingga   disebut   dengan   penyebab   malaria   tropika   malaria   maligna.   Di
Indonesia parasit ini tersebar di seluruh kepulauan. Spesies ini merupakan paling berbahaya   karena   penyakit   yang   ditimbulkannya   dapat   menjadi   berat.   Pada
17
malaria   falciparum,   eritrosit   yang   terinfeksi   tidak   membesar   selama   stadium perkembangan parasit. Namun, terjadi perubahan yang menyerupai bentuk pisang.
2.2.3  Environment Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu baik fisik, biologis maupun sosial yang berada di sekitar manusia yang bersifat tidak bernyawa misalnya air, tanah, kelembaban,
udara, suhu, angin, rumah dan benda mati lainnya. Lingkungan adalah lokasi dimana manusia dan nyamuk berada. Nyamuk
berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan.   Faktor   lingkungan   dapat   dikelompokkan   menjadi   tiga   kelompok,
yaitu lingkungan fisik, biologi dan sosial budaya Depkes, 2003. Lingkungan adalah sebagai faktor ekstrinsik yang terdiri dari lingkungan fisik, biologis dan
sosial yang dapat menyebabkan penyakit termasuk penyakit malaria Mukono, 2009.
Nyamuk   berkembang   biak   dengan   baik   apabila   lingkungannya   sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan oleh nyamuk untuk berkembang biak. Faktor
lingkungan dapat dibagi empat kelompok, yaitu lingkungan fisik, kimiawi, biologi dan sosial budaya.
1. Faktor Fisik Lingkungan
a. Lingkungan fisik yang berhubungan dengan rumah tempat tinggal manusia
Lingkungan fisik manusia yang erat hubungannya dengan status kesehatan  adalah rumah   sehat,   yaitu   memenuhi   kebutuhan   fisiologis,   kebutuhan   psikologis,
memberi  perlindungan  dan pencegahan terhadap  kecelakaan dalam  rumah dan memberi pencegahan dan perlindungan terhadap penularan penyakit.
Menurut laporan WHO dalam Suwadera 2003 menyatakan bahwa lokasi tempat   tinggal   di   sekitar   tempat   perkembangbiakan   vektor   serta   desain   dan
konstruksi   rumah   dapat   mengurangi   kontak   antara   vektor   dengan   manusia sehingga memperkecil resiko yang ditularkan oleh vektor. Kualitas rumah tempat
tinggal desain dan bahan konstruksi dan lokasi rumah berada pada daerah tempat perkembangbiakan nyamuk mempengaruhi masuknya nyamuk, tempat istirahat
dan kontak vektor dengan manusia.
18
Kondisi fisik rumah sangat berkaitan dengan kejadian malaria, terutama yang   berkaitan   dengan   jalur   masuk   dan   keluar   nyamuk   terutama   tidak
terpasangnya kawat kasa pada ventilasi yang dapat mempermudah nyamuk masuk ke dalam rumah. Langit-langit atau pembatas ruangan dinding bagian atas dengan
atap   yang   terbuat   dari   kayu,   internit   maupun   anyaman   bambu   halus   sebagai penghalang masuknya nyamuk ke dalam rumah dilihat dari ada tidaknya langit-
langit pada semua atau sebagian ruangan rumah. Kualitas dinding yang tidak rapat jika dinding rumah terbuat dari anyaman bambu kasar ataupun kayupapan yang
terdapat lubang lebih dari 1,5 mm² akan mempermudah nyamuk masuk ke dalam rumah Darmadi, 2002.
Dinding  rumah sebaiknya  tidak  berlubang  karena akan  menjadi tempat keluar  masuknya   nyamuk  dan  hewan   lainnya.   Beberapa   nyamuk  lebih  senang
menggigit di dalam rumah dan ada yang suka menggigitdi luar rumah kemudian istirahat di dinding rumah atau tempat gelap. Dinding rumah yang terbuat dari
kayu paling disenangi oleh nyamuk Achmadi, 2008. Sebagian besar kasus malaria terjadi berasal dari penderita yang dinding
rumahnya tidak sempurna terdapat lubang kecil, tidak mempunyai kamar tidur serta konstruksi rumah yang bermutu rendah. Konstruksi rumah terutama dinding
sangat   berkaitan   dengan   kegiatan   penyemprotan.   Hal   ini   penting   diperhatikan mengingat insektisida yang disemprotkan ke dinding rumah akan menyerap ke
dinding rumah sehingga pada waktu nyamuk hinggap di dinding tersebut akan mati akibat kontak dengan insektisida tersebut.
Lingkungan rumah yang sehat harus memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit, memiliki tanaman, memiliki jalan
lingkungan dan jika ada jembatan harus diberi pagar. Rumah tinggal yang sehat harus memenuhi syarat bangunan yang terbuat dari bahan yang tidak melepas
bahan-bahan yang membahayakan, tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tempat pertumbuhan mikroorganisme, lantai kedap air dan mudah dibersihkan,
memiliki ventilasi minimal 10 dari luas bangunan, tidak ada tikus bersarang, tersedia sarana air bersih, limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari
sumber   air.  Lingkungan  rumah   yang  ideal  bukanlah  sekedar   bangunan  tempat
19
berlindung, sebuah rumah harusnya menjadi tempat yang bebas dari gangguan hama, polusi dan penyakit. Lingkungan tempat tinggal yang kumuh serta sanitasi
buruk umumnya menjadi penyebab utama berjangkitnya penyakit malaria, karena parit-parit, persawahan, empang, genangan air merupakan tempat bersarangnya
nyamuk  Anopheles   Soemirat,   2002.   Jarak   rumah   yang   berdekatan   berjarak sekitar 2 km dengan tempat perindukan nyamuk sungai, lagun, rawa-rawa dan
tempat peristirahatan nyamuk hutan, kandang hewan beresiko terhadap kejadian malaria.   Untuk   menghindari   gigitan   nyamuk   pada   malam   hari,   maka   rumah
dengan ventilasi yang telah terpasang kawat kasa atau bahan penutup lainnya akan memberi perlindungan terhadap gigitan nyamuk.
b. Lingkungan fisik yang berhubungan dengan perkembangbiakan nyamuk
Anopheles Faktor  lingkungan  fisik yang  berhubungan  dengan  perkembangbiakan  nyamuk
Anopheles sebagian besar berkaitan dengan aspek iklim.
1. Suhu
Secara umum, nyamuk  Anopheles  lebih menyukai temperatur yang tinggi jika dibandingkan dengan jenis Culicinae. Hal ini menyebabkan jenis Anopheles lebih
sering   dijumpai   di   daerah   tropis.   Suhu   air   sangat   mempengaruhi perkembangbiakkan larva ditempat hidupnya Takken, 2008.
Nyamuk   dapat   bertahan   hidup   pada   suhu   rendah   namun   proses metabolismenya menurun bahkan terhenti bila suhu turun sampai suhu kritis dan
pada suhu yang sangat tinggi akan mengalami perubahan proses fisiologisnya. Suhu   optimum   untuk   pertumbuhan   nyamuk   adalah   25
o
-27
o
C.   Toleransi   suhu bergantung pada jenis nyamuknya, biasanya pada suhu 5
o
-6
o
C spesies nyamuk tidak dapat bertahan hidup. Pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali bila
suhu kurang dari 15-10
o
C atau lebih dari 40
o
C. Nyamuk   termasuk   hewan   berdarah   dingin   sehingga   siklus   hidup   dan
proses   metabolismenya   tergantung   pada   suhu   lingkungan.   Pada   tempat-tempat yang bersuhu lebih rendah dari 15
o
C hampir tidak mungkin terjadi penularan malaria meskipun nyamuk yang biasa menjadi vektor terdapat dalam jumlah yang
besar.   Selain   berpengaruh   pada   vektor,   suhu   udara   juga   mempengaruhi pertumbuhan parasit di dalam tubuh vektor.
20
2. Kedalaman Air
Larva Anopheles hanya mampu berenang ke bawah permukaan air paling dalam 1 meter dan tingkat volume air akan dipengaruhi curah hujan yang cukup tinggi
yang   akan   memperbesar   kesempatan   nyamuk   untuk   berkembang   biak   secara optimal pada kedalaman kurang dari 3 meter Depkes RI. 2001.
3. Curah Hujan
Hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembangbiaknya nyamuk  Anopheles.   Hujan   menyebabkan   naiknya   kelembaban   nisbi   udara   dan
menambah   jumlah   tempat   perkembangbiakan   breeding   places   dan   terjadinya epidemi malaria. Besar kecilnya pengaruh bergantung pada jenis dan derasnya
hujan, jenis vektor dan jenis tempat perindukan. Curah hujan yang cukup tinggi dalam   jangka   waktu   yang   lama   akan   memperbesar   kesempatan
perkembangbiakkan nyamuk secara optimal Depkes RI, 2001.
4. Kelembaban Nisbi Udara
Kelembaban nisbi udara merupakan banyaknya kandungan uap air dalam udara yang   biasanya   dinyatakan   dalam   persen   .   Kelembaban   yang   rendah   tidak
mempengaruhi   parasit   nyamuk   namun   dapat   memperpendek   umur   nyamuk. Tingkat   kelembaban   paling   rendah   untuk   memungkinkan   hidupnya   nyamuk
adalah 60 . Pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk dapat menjadi lebih sering menggigit dan lebih aktif sehingga meningkatkan penularan malaria. Cara
hidup nyamuk dipengaruhi kelembaban udara, dengan beradaptasi pada keadaan lembab yang tinggi dan pada suatu ekosistem kepulauan atau ekositem hutan.
5. Kecepatan Angin
Kecepatan   angin   11-14   mdetik   atau   25-31   miljam   dapat   menghambat penerbangan   nyamuk.  Angin   berpengaruh   pada   penerbangan   nyamuk   dan  ikut
menentukan jumlah kontak antara nyamuk dengan manusia Harijanto, 2000 dan juga   mempengaruhi   jarak   terbang   nyamuk.   Jarak   terbang   nyamuk   dapat
diperpendek atau diperpanjang tergantung dari arah angin. Angin yang kencang dapat membawa Anopheles terbang sejauh 30 km atau lebih.
6. Ketinggian
Secara umum, malaria berkurang pada ketinggian yang semakin bertambah pada ketinggian di atas 2000 m jarang ada transmisi malaria. Jika perbedaan tempat
cukup tinggi, maka perbedaan suhu udara juga cukup banyak dan mempengaruhi
21
faktor-faktor yang lain, termasuk siklus pertumbuhan parasit di dalam nyamuk, penyebaran nyamuk, dan musim penularan.
7. Sinar Matahari
Pengaruh sinar matahari dapat berbeda-beda terhadap pertumbuhan larva nyamuk. Beberapa jenis Anopheles menyukai tempat yang terbuka dan tempat yang teduh.
An. punctulatus dan An. hyrcanus lebih menyukai tempat yang terbuka sedangkan An. sundaicus lebih menyukai tempat yang teduh, dan An. barbirostis dapat hidup
baik ditempat yang terbuka maupun yang teduh Harijanto, 2000.
2. Faktor Kimia Lingkungan
Lingkungan kimiawi adalah bagian dari lingkungan yang terdiri dari bahan kimia, mencakup seluruh gejala kimia yang terjadi di lingkungan, baik yang ditimbulkan
oleh proses alamiah atau hasil aktivitas manusia yang berlebihan. Lingkungan   kimiawi   kadar   garam   dan   pH   air   di   tempat   perindukan
berpengaruh terhadap nyamuk pra  dewasa pada stadium akuatik. An.sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya berkisar antara 12-18 dan
tidak   berkembang   pada   kadar   garam   40.  An.letifer  dapat   hidup   di   tempat dengan   pH   air   yang   rendah.  Penelitian   yang   dilakukan   oleh   Syarif   2003
menjelaskan bahwa larva Anopheles memiliki toleransi terhadap pH antara 7,91 sampai dengan 8,09, hal ini juga didukung oleh penelitian Raharjo dkk 2003
dimana pH tempat perindukan nyamuk Anopheles pada musim kemarau berkisar antara 6,8 – 8,6. Effendi 2003 juga menjelaskan bahwa sebagian besar biota
akuatik menyukai pH antara 7- 8,5. Berdasarkan karakteristik lingkungan bahwa pH   air   mempengaruhi   tingkat   kesuburan   perairan   karena   mempengaruhi   jasad
renik.   Perairan   asam   kurang   baik   untuk   perkembangbiakan   bahkan   cenderung mematikan   organisme.   Pada   pH   rendah   keasaman   yang   tinggi   kandungan
oksigen terlarut akan berkurang sebagai akibat konsumsi oksigen menurun dan menjadi penyebab matinya organisme air.
3. Lingkungan Biologi
22
Lingkungan biologi adalah segala sesuatu yang bersifat hidup seperti tumbuh- tumbuhan, hewan, termasuk mikroorganisme. Lingkungan biologi sebagai tempat
perindukan vektor adalah lingkungan flora tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan tumbuhan lainnya yang dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi
dari serangan makhluk lainnya, dan lingkungan fauna ikan pemakan larva, ternak besar berkaitan dengan jumlah gigitan nyamuk.
Tanaman   air   bukan   saja   menggambarkan   sifat   fisik,   tetapi   juga menggambarkan susunan kimia dan suhu air misalnya pada lagun banyak ditemui
lumut perut ayam Heteromorpha dan lumut sutera Enteromorpha kemungkinan dilagun tersebut ada larva An. Sundaicus.
Adanya   berbagai   jenis   ikan   pemakan   larva   seperti   ikan   kepala   timah Plocheilus   panchax   Panchax   sp,   Gambusi   sp,   Oreochromis   niloticus   nila
merah, Oreochromis mossambica mujair, akan mempengaruhi populasi.
4. Lingkungan sosial ekonomi-budaya
Lingkungan sosial ekonomi-budaya merupakan salah satu faktor lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap penularan penyakit malaria. Yang termasuk dalam
lingkungan sosial ekonomi adalah status kepemilikan rumah, status pendidikan, penghasilan,   gizi   dan   tempat   perindukan   buatan   manusia   pembangunan
bendungan, penambangan, pemukiman baru. Sedangkan yang termasuk ke dalam faktor lingkungan sosial-budaya adalah yang berkaitan dengan perilaku atau gaya
hidup yaitu kebiasaan berada di luarrumah pada malam hari, dimana vektornya lebih bersifat eksofili dan eksofagi, penggunaan kelambu dan pemasangan kawat
kasa pada ventilasi, persepsi masyarakat serta penggunaan repellent. Pengaruh faktor   ini   seringkali   lebih   besar   dibandingkan   dengan   faktor   lainnya   dalam
penularan penyakit malaria. Upaya   pencegahan   penyakit   malaria   salah   satunya   adalah   melalui
pendidikan   kesehatan   masyarakat,   dan   tujuan   akhir   dari   pendidikan   kesehatan masyarakat adalah perubahan perilaku yang belum sehat menjadi perilaku sehat,
artinya perilaku yang mendasarkan pada prinsip-prinsip sehat atau kesehatan. Pendidikan yang diberikan kepada masyarakat harus direncanakan dengan
23
menggunakan   strategi   yang   tepat   disesuaikan   dengan   kelompok   sasaran   dan permasalahan   kesehatan   masyarakat   yang   ada.   Strategi   tersebut   mencakup
metodecara,   pendekatan   dan   tekhnik   yang   mungkin   digunakan   untuk mempengaruhi faktor predisposisi, pemungkin dan penguat yang secara langsung
atau   tidak   langsung   mempengaruhi   perilaku.   Strategi   yang   tepat   agar masyarakatmudah dan cepat menerima pesan diperlukan alat bantu yang disebut
peraga. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima pesan semakin banyak dan jelas pula pengetahuan yang diperoleh. Praktik atau perilaku keluarga
terhadap upaya mengurangi gigitan nyamuk malaria adalah:
a. Kebiasaan menggunakan kelambu
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menggunakan kelambu secara teratur pada waktu malam hari dapat mengurangi kejadian malaria. Penduduk yang tidak
menggunakan kelambu mempunyai resiko 6,44 kali terkena malaria.
b. Kebiasaan menghindari gigitan nyamuk
Untuk menghindarigigitan nyamuk digunakan obat semprot, obat poles atau obat nyamuk bakar sehingga memperkecil kontak dengan nyamuk.
c. Kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari