Kinerja Investasi Tingkat Inflasi

negara pemasok barang impor non migas Jawa Timur terbesar dengan nilai USD 382,96 juta, diikuti Amerika Serikat USD 132,11 juta, Thailand USD 78,36 juta. Kontribusi ketiganya mencapai 41,46 persen. Sementara untuk negara ASEAN asal barang impor non migas terbesar adalah Thailand dengan nilai impor mencapai USD 78,36 juta, diikuti Malaysia dengan nilai USD 57,22 juta dan Singapura dengan nilai impor mencapai USD 51,97 juta. Perkembangan impor non migas Jawa Timur menurut negara tujuan sampai dengan Juni 2015 disajikan pada Tabel 1.9.

e.Kinerja Investasi

Nilai izin prinsip investasi sampai dengan Semester I 2015 mengalami sedikit penurunan sebesar 1,06 triliun rupiah dibandingkan Semester I 2014 dari 85,74 triliun menjadi 84,68 triliun rupiah. Izin prinsip tersebut terdiri atas 100 proyek PMA dan 359 PMDN dengan perkiraan tenaga kerja terserap sebanyak 33.061 orang. Total realisasi investasi sampai dengan Semester I 2015 sebesar 67,59 triliun rupiah sedangkan pada periode yang sama tahun 2014 realisasi investasi mencapai 84,11 triliun rupiah sehingga mengalami penurunan sebesar 16,52 triliun rupiah atau turun 19,64 persen. Total proyek PMA yang melakukan realisasi investasi mencapai 120 proyek dan PMDN sebanyak 181 proyek dengan 25 perkiraan serapan tenaga kerja sebanyak 30.446 orang. Kinerja penanaman modal sampai dengan Semester I 2015 tersaji pada Gambar 1.5. Gambar 1.5. Kinerja penanaman modal sampai dengan Semester I 2015 Sumber: BPM Jawa Timur Kondisi penurunan baik izin prinsip maupun realisasi investasi ini mengindikasikan sikap kehati-hatian investor dalam menyikapi dinamika perekonomian global dan regional.

f. Tingkat Inflasi

Pada bulan Agustus 2015 Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,36 persen. Semua kota IHK di Jawa Timur mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Surabaya sebesar 0,48 persen, diikuti Kabupaten Banyuwangi sebesar 0,35 persen, Kabupaten Jember sebesar 0,31 persen, Kota Malang sebesar 0,28 persen dan Kota Madiun sebesar 0,08 persen. Sedangkan inflasi terendah terjadi di 3 kota yaitu; Kabupaten Sumenep, Kota 26 Kediri, dan Kota Probolinggo dengan inflasi masing-masing sebesar 0,02 persen. Dari tujuh kelompok pengeluaran, lima kelompok pengeluaran mengalami inflasi dan dua kelompok pengeluaran mengalami deflasi. Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga sebesar 1,89 persen, diikuti kelompok bahan makanan sebesar 1,31 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,74 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,69 persen, dan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,14 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 1,26 persen dan kelompok sandang sebesar 0,04 persen. Komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi adalah beras, telur ayam ras, biaya Sekolah Dasar, cabai rawit, daging ayam ras, biaya Sekolah Menengah Pertama, soto, biaya Sekolah Menengah Atas, nasi dengan lauk, dan sate. Komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya deflasi adalah tarif angkutan udara, bawang merah, tarif angkutan antar kota, tarif kereta api, kendaraan carterrental, tarif angkutan dalam kota, tarif 27 kendaraan travel, emas perhiasan, tomat sayur, dan gipsum. Dari 6 ibukota provinsi di Pulau Jawa, semua kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Serang sebesar 0,92 persen, diikuti Kota Jakarta sebesar 0,51 persen, Kota Bandung sebesar 0,49 persen, Kota Surabaya sebesar 0,48 persen, Kota Yogyakarta sebesar 0,33 persen, dan inflasi terendah terjadi di Kota Semarang sebesar 0,28 persen. Dari 82 kota IHK nasional, 59 kota mengalami inflasi dan 23 kota mengalami deflasi. Lima kota yang mengalami inflasi tertinggi adalah Tanjung Pandan sebesar 2,29 persen, Bengkulu sebesar 1,99 persen, Ternate sebesar 1,56 persen, Tual sebesar 1,16 persen, dan Serang sebesar 0,92 persen. Sedangkan 5 kota yang mengalami deflasi tertinggi adalah Ambon sebesar 1,77 persen, Manokwari sebesar 1,68 persen, Pontianak sebesar 1,00 persen, Kupang sebesar 0,92 persen dan Palu sebesar 0,75 persen. Laju inflasi tahun kalender Agustus 2015 terhadap Desember 2014 Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 2,11 persen, angka ini lebih rendah dibanding inflasi tahun kalender Agustus 2014 sebesar 3,04 persen. Inflasi year-on-year Agustus 2015 terhadap Agustus 2014 Jawa Timur sebesar 6,79 persen, angka ini lebih tinggi dibanding 28 inflasi year-on-year bulan Agustus 2014 sebesar 3,53 persen.

g. Kinerja Perbankan