Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

11

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Cina merupakan nama sebuah negara yang menarik untuk dicermati, karena pertumbuhan ekonominya yang mengagumkan, sehingga sering disebut- sebut dengan berbagai julukan seperti keajaiban Cina Cina’s miracle, kebangkitan sang naga rise of the dragon, dan lain-lain. Masyarakat internasional beranggapan bahwa abad ke-21 adalah abadnya Cina the Chinese century yang menggantikan abadnya AS the American century pada abad ke- 20. Pertumbuhan ekonomi yang pesat, kemampuan militer yang semakin kuat, solidnya politik domestik, populasi yang sangat besar, akan menjadi akar dari pesatnya pertumbuhan ekonomi dan politik Cina. Pertumbuhan luar biasa ini tidak terlepas dari perkembangan Cina sejak meninggalnya Mao Zedong pada tahun 1976 serta masa pancaroba politik Cina, sampai munculnya Deng Xiaoping sebagai pemimpin baru Cina. Deng Xiaoping mempunyai visi baru mengenai komunisme Cina. Sekalipun tetap menjunjung tinggi ideologi komunisme dengan tetap memegang penuh kekuasaan partai, Deng Xiaoping menyadari bahwa ia harus mendistribusikan satu hal yaitu “kemiskinan atau kekayaan”, dan pilihan yang kedua hanya mungkin tercapai dengan memberikan kebebasan kepada rakyatnya. Maka pada Desember 1978 Deng Xiaoping memulai proses liberalisasi dan modernisasi di Cina. Norberg, 2001 : 33 12 Pada era sebelumnya yaitu pada masa kepemimpinan Mao Zedong yang konservatif dan terlalu tertutup, Cina seakan terasingkan dari dunia internasional. Perekonomian yang semakin terpuruk, bahkan kebijakan “lompatan jauh ke depan” the great leap forward yang dicetuskan oleh Mao Zedong pada tahun 1958 yaitu berupa program industrialisasi yang radikal mengalami kegagalan. Dalam Konferensi Lushan 1959, Mao Zedong pun dikecam akibat kegagalan kebijakan tersebut yang berimbas pada pengunduran dirinya sebagai presiden yang hanya bertahan lima tahun. Wibowo, 2000 : 64 Namun, setelah rezim Mao Zedong berakhir dan digantikan oleh Deng Xiaoping, Cina mulai mengalami kemajuan di berbagai bidang termasuk dalam bidang ekonomi. Konsep pintu terbuka open door policy dan ekonomi pasar muncul karena bentuk sebelumnya dianggap tidak mampu memberikan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan. Seperti dalam lompatan jauh kedepan de yue jin yang dilaksanakan pada masa Mao Zedong pada tahun 1956. Dalam masa pemerintahannya, Deng Xiaoping memasukan unsur investasi asing selain unsur pertanian, industri dan politik yang sudah ada pada masa pemerintahan sebelumnya. Investasi di Cina di buka dengan luas sementara pemerintah memiliki peran sebagai penjamin keamanan, stabilitas politik memotong jalur birokrasi serta menjamin perlindungan lainnya. Semua kebijakan yang diterapkan Deng Xiaoping bertujuan untuk mendukung tumbuhnya industri dan memacu ekspor. Masuknya invetasi di Cina membuat Cina tidak lagi hanya mengandalkan sektor agrikultur tapi juga sektor industri yang maju pesat. Konsep pintu terbuka terus dijalankan hingga kepemimpinan Jiang Zemin dan Hu Jintao. 13 Kebijakan open door policy sendiri di latar belakangi oleh adanya perimbangan kekuatan baru di Asia timur khususnya di Cina. open door policy pertama kali ditandai dengan pengiriman nota diplomatik oleh Jhon Hay Menlu AS yang berisi ajakan untuk melaksanakan nilai persamaan dalam perdagangan dan nota yang kedua yang berisi mengenai ajakan AS untuk mengakui kesatuan wilayah dan administrasi Cina. Nota tersebut mendapat berbagai respon dari negara yang menerimanya. AS yang pada saat itu dipimpin oleh seorang ekonom yaitu McKinley yang memilki pandangan mengenai perjuangan terhadap kaum petani dan golongan industri. Melihat situasi ekonomi Cina yang semakin memburuk, maka pada masa itu Cina memilih kebijakan tersebut sebagai lagkah yang diambil. Dengan menambahkan unsur insentif dan pasar bebas yang dijadikan stimulus bagi semangat produksi para pengusaha daerah dan petani diharapkan dapat memperbaiki kondisi ekonomi negaranya.Siswanto, 1997 : 72 Pada masa kepemimpinannya, Deng Xiaoping secara bertahap mulai membuka Cina terhadap persaingan dengan dunia luar, menyesuaikan ideologi, memodifikasi komunisme dengan sosialisme tahap awal, menerapkan sistem ekonomi pasar sosialis, sampai akhirnya Cina terjun dalam arus liberalisasi dan globalisasi. Sekalipun Deng Xiaoping menerapkan sistem ekonomi liberal, intervensi negara tetap dipertahankan. Pemerintah pusat tetap melakukan intervensi dan kontrol terhadap perekonomian negara, kemudian faham komunis tetap dipertahankan sebagai ideologi negara meski tidak diterapkan secara kaku. Cina menggunakan Sistem ekonomi Pasar Sosialis, yaitu suatu sistem ekonomi yang berorientasi pasar, namun tetap berada dalam bingkai sistem politik yang digariskan oleh Partai Komunis Cina. Tidak mudah untuk menjelaskan 14 sistem baru yang digunakan oleh Cina, seperti halnya seperti organisasi lain yang berkembang, perlu waktu sampai sebuah sistem baru menemukan sebuah nama. Para pemimpin Cina lebih sering menyebutnya Sistem “Sosialis dengan karakteristik Cina”. Sistem ini telah menggantikan model ekonomi perencanaan terpusat yang umumnya dianut negara-negara dengan sistem komunis. Para pemimpin Cina menyadari agar dapat berhasil memodernisasi Cina, harus beralih dari ekonomi terencana ke ekonomi pasar dan mereka harus menerapkan desentralisasi. Namun, definisi desentralisasi disini adalah memberi kekuasaan lebih besar ketangan rakyat, yang sering dianggap sebagai sebuah monolit, pada kenyataannya melakukan modernisasi kekuasaan lebih daripada negara manapun. Tujuan utamanya adalah menciptakan masyarakat dan pemerintahan yang harmonis berdasarkan kepercayaan, yaitu rakyat memberi kepercayaan kepada pemimpin untuk menciptakan kesempatan bagi kehidupan yang lebih baik, dan pemimpin memberi kepercayaan kepada rakyat untuk menjadi tenaga penggerak dalam prosesnya. Model baru Cina didasarkan pada keseimbangan antara kekuatan top-down dan bottom-up, yang dengan upaya terpadu meningkatkan taraf hidup serta menciptakan kemakmuran rakyat.John Doris.2010:xx Pada tahun 1987, Cina mengeluarkan sasaran dan strategi pembangunan ekonomi nasional Cina yang dikenal dengan nama Strategi Pembangunan Tiga Tahap The Three-Steps Development Strategy. Strategi ini menetapkan 3 tiga tahap pembangunan ekonomi nasional Cina yaitu: Kustia, 2009 : 45 15 1. Melipatgandakan produk domestik bruto PDB di 1980 dan menjamin rakyat Cina cukup makan dan pakaian, yang diharapkan dapat dicapai pada akhir 1980. 2. Pada akhir abad ke-20 mentargetkan peningkatan PDB menjadi empat kali lipat PDB di 1980. 3. Meningkatkan PDB per-kapita setingkat negara-negara maju, dengan sasaran pencapaian pada pertengahan abad 21. Langkah selanjutnya, pada tahun 1992, Cina menggariskan prinsip-prinsip utama dalam restrukturisasi ekonomi Cina yaitu: Kustia, 2009 : 46-47 1 Mendorong pembangunan dari berbagai unsur ekonomi sambil tetap mengedepankan sektor publik. 2 Mengembangkan sistem perusahaan yang modern agar dapat memenuhi tuntutan ekonomi pasar. 3 Sistem pasar terbuka dan menyatu di seluruh wilayah Cina, mentautkan pasar domestik dengan pasar internasional, meningkatkan optimalisasi sumber daya. 4 Melakukan transformasi manajemen ekonomi pemerintah untuk membangun sistem pengawasan makro yang lengkap. 5 Mendorong kelompok unggulan dan wilayah tertentu untuk mencapai keberhasilan dan kemakmuran lebih dulu, sehingga dapat membantu kelompok dan wilayah lain mencapai keberhasilan dan kemakmuran yang sama. 6 Merumuskan sistem pengaman sosial yang cocok untuk Cina, baik untuk masyarakat perkotaan maupun pedesaan, untuk meningkatkan 16 pembangunan ekonomi secara menyeluruh dan untuk menjamin stabilitas sosial. Langkah besar lain yang dilakukan yaitu pada 1997 ketika Cina mulai memusatkan perhatian kepada pentingnya pembangunan di luar sektor publik yang dapat memberikan sumbangan terhadap pembangunan ekonomi nasional, merupakan unsur lain yang memperoleh keuntungan sebagai salah satu faktor produksi yang penting, di samping modal dan teknologi dalam mengembangkan usaha terus didorong.Kustia, 2009 : 57 Kemajuan-kemajuan di bidang ekonomi segera tampak akibat dari proses liberalisasi dan modernisasi yang dilakukan Cina di atas. Sejak 1978 hingga 2005, perdagangan internasional meningkat 69 kali dalam angka nominal dalam USD, dengan pertumbuhan per-tahun sebesar 17. Pada tahun 2005 Cina menjadi negara dagang terbesar ketiga di dunia. Rasio angka impor dibandingkan ekspor dalam PDB adalah 63 pada tahun 2005. Hal ini menjadikan Cina masuk dalam jajaran negara-negara yang terintegrasi kedalam perekonomian dunia. Sementara itu perolehan devisa melonjak ke angka US 1 triliun pada akhir tahun 2006. Selama 23 tahun terakhir, modal asing telah masuk ke Cina sebesar US 620 milyar. Standar hidup rakyat Cina meningkat tajam selama 27 tahun terakhir. Pendapatan per kapita di kota dan per-rumah tangga di pedesaan, tumbuh dengan angka 15. Wibowo, 2007 : 50 Catatan statistik di atas adalah gambaran bagaimana Cina berkembang sedemikian pesatnya dalam pertumbuhan ekonomi sehingga berimbas pula pada taraf sosial ekonomi rakyat Cina yang semakin meningkat. walaupun sempat terjadi penurunan pada tahun 1989 dan 1990, namun di tahun-tahun berikutnya 17 pertumbuhan ekonomi Cina menunjukkan kenaikan dan cenderung stabil. Model perekonomian Cina dirancang dengan pengerahan kapital secara besar-besaran. Birokrasi pemerintah dari Beijing turun ke kota-kota kecil yang bertujuan membangun kawasan industri dengan mendorong investasi, terutama investasi dari luar negeri. Sebagai konsekuensi atas tingginya investasi asing, Cina menikmati pembangunan di seluruh bagian negaranya. Wigrantoro, 2007 Dalam empat tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Cina bertahan di dua digit dengan kecenderungan terus naik di atas 10. Tidak satu negara pun yang disebut sebagai Macan Asia Jepang, Korea Selatan, Hongkong, dan Taiwan mampu menyamai rekor pertumbuhan tersebut. Damayanti, 2007 Banyak pengamat ekonomi meramalkan bahwa tidak lama lagi GDP Cina akan sanggup menyaingi GDP AS. GDP Cina pada tahun 2005 angka pertumbuhan ekonomi Cina sebesar US 2.259 milyar dan GDP per kapita sebesar US 1.725 menjadi indikator bagaimana Cina adalah ancaman nyata bagi AS. Wibowo, 2007 : 50 Masuknya Cina kedalam Organisasi Perdagangan Dunia WTO pada tahun 2001 memicu peningkatan besar-besaran akan industrialisasi dalam negeri dan volume perdagangannya. Dampak keanggotaan Cina di WTO adalah terintegrasinya kegiatan perekonomian, perdagangan dan industri Cina dengan pasar global yang menyebabkan terjadinya ekspansi besar-besaran dari industri manufaktur Cina ke seluruh dunia. Dengan demikian keanggotaan Cina di WTO turut mendorong terbukanya berbagai kegiatan industri di berbagai sektor di tingkat domestik, mulai dari industri manufaktur dan kendaraan bermotor ke retail domestik dan menciptakan kompetisi usaha yang lebih kompetitif. Wong, 2008 : 8 18 Setelah AS meyadari bahwa Cina akan menjadi negara yang kuat pada masa depan, maka AS mulai menjalin hubungan baik dengan Cina, yaitu dengan kunjungan presiden Richard Nixon pada tahun 1972, yang dianggap sebagai terobosan baru hubungan bilateral AS dengan Cina, setelah berakhirya hubungan Cina dan Uni Soviet pada pertengahan 1960-an Cina sepertinya sudah enggan untuk menjalin persekutuan, oleh sebab itulah Nixon mencoba masuk untuk menjalin hubungann yang baik dengan Cina yang diharapkan akan terjalin hubungan yang baik antara keduanya dalam jangka panjang, selain itu misi perdamaian yang diusung Nixon terhadap Cina juga merupakan sebuah usaha untuk mendorong terjadinya perdamaian antara AS dan Vietnam yang merupakan sekutu Cina saat itu. Hal ini mengejutkan dunia karena AS sangat anti dengan Komunisme tetapi Nixon menjalin hubungan baik dengan Cina. Dalam hal ini Nixon mencoba menerapkan apa yang disebutnya realpolitics yang membuka jalan untuk hubungan baik antara AS dan Cina pada masa mendatang. Cina mencari komprominya sendiri dan bahkan mengizinkan beberapa bentuk dari sebuah masyarakat majemuk dan akan menjadi tantangan yang menakutkan bagi peran AS sebagai penjaga moral luhur dunia. Pembukaan diri Cina tidak hanya memperluas pengaruh kepemimpinan Cina, tetapi juga mengguncang tatanan elit politik, AS menghadapi pemain baru yang kuat secara ekonomi, stabil secara politik dan tidak prnah ragu menunjukan nilai-nilai luhurnya pada dunia. Hal ini nyata sebagai ancaman bagi AS.John Doris,op.cit:xxii 19

B. Rumusan Masalah