Teori Liberalisme Kerangka Teori

20

I. Teori Liberalisme

Setelah era Mao Zedong berakhir dan digantikan oleh era Deng Xiaoping, Cina mulai mengalami kemajuan di berbagai bidang. Pada masa kepemimpinannya, Deng Xiaoping secara bertahap mulai membuka Cina terhadap persaingan dengan dunia luar, menyesuaikan ideologi, Memodifikasi komunisme dengan sosialisme tahap awal, menerapkan sistem ekonomi pasar sosialis, sampai akhirnya Cina menceburkan diri terhadap arus liberalisasi dan globalisasi. Liberalisme berangkat dari kesejatian, di mana esensi hidup manusia menjadi sangat dihormati. Kebebasan, pembebasan, kemerdekaan, keadilan dan hak asasi menjadi pemersatu. Dalam perkembangannya teori liberalisme lebih banyak menekankan pada hal lain, selain perebutan pengaruh di bidang hard power , yaitu pengalihan perhatian orang pada teori ekonomi-ekonomi barat. Orang liberal tidak memperumit bagaimana perdamaian akan tercapai atau bagaimana kesejahteraan yang seutuhnya, namun lebih menaruh fokus akan prosesnya. Liberalisme menitik beratkan perhatiannya pada kebebasan individu yang harus diimplementasikan dalam tingkat domestik, dan hubungan antar negara. Stanley Hoffman menuliskan, “Esensi dari liberalisme adalah self-restrain, moderasi, kompromi, dan perdamaian, dimana esensi politik internasional adalah berkebalikan yaitu perdamaian yang selalu terusik, atau lebih buruk lagi, state of war”. Peran negara adalah sebagai penjaga terwujudnya kebebasan tersebut, sebagai pelayan kemauan kebijakan seluruh individu. Di sinilah peran krusial demokrasi sebagai sebuah sistem untuk mewujudkan angan-angan liberalisme 21 sebagai te ori pemerintahan yang menginginkan kerukunan antara keamanan dan persamaan dalam suatu komunitas. Jill, 2001 : 98 Di sekitar abad ke-18, ahli ekonomi dan falsafah dari Scotland, Adam Smith 1723-1790 memperkenalkan satu teori yang mengatakan seseorang individu boleh membina kehidupan bermoral dan berekonomi tanpa bimbingan atau arahan dari negara. Tambahan lagi, sesuatu negara itu akan menjadi kuat apabila rakyatnya bebas. Smith mengetengahkan ide tersebut untuk mengakhiri sistem feodal, polisi-polisi merkantilisme, monopoli negara dan memperkenalkan kerajaan laissez-faire, yaitu satu kerajaan berasaskan pasar bebas. Di dalam The Theory of Moral Sentiments 1759, Smith menulis tentang teori motivasi yang menekankan kepentingan sendiri serta ketidakaturan sosial. Terdapat beberapa prinsip liberalisme yang telah disetujui oleh kalangan liberal: a. Liberalisme politik adalah aliran di mana seseorang itu adalah asas undang-undang dan masyarakat. Masyarakat dan institusi-institusi kerajaan berada di dalam masyarakat yang berfungsi untuk memperjuangkan hak-hak pribadi tanpa memihak kepada siapapun, baik yang mempunyai taraf sosial yang tinggi ataupun yang rendah. Magna Carta adalah satu contoh di mana dokumen politik meletakkan hak-hak pribadi lebih tinggi daripada kekuasaan raja. Liberalisme politik menekankan perjanjian sosial dimana rakyat merangkai undang-undang dan bersedia untuk mematuhi undang-undang tersebut. b. Liberalisme budaya menekankan hak-hak pribadi yang berkaitan dengan cara hidup dan perasaan hati termasuk kebebasan seksual, 22 kebebasan beragama, kebebasan pemahaman dan pelindungan dari campur tangan kerajaan di dalam kehidupan peribadi. c. Liberalisme ekonomi yang juga dikenali sebagai liberalisme klasikal atau liberalisme Manchester adalah satu ideologi mengenai hak-hak peribadi atas harta benda dan kebebasan perjanjian tertulis. Ia memperjuangkan kapitalisme laissez-faire yang ingin membuang semua halangan terhadap perdagangan dan pemberhentian kemudahan yang diberi oleh kerajaan seperti subsidi dan monopoli. Liberalisme ekonomi menyatakan bahwa harga barang harus ditentukan oleh pasar yang sebenarnya ditentukan oleh tindakan-tindakan konsumen. Liberalisme ekonomi menerima ketidak samarataan sebagai hasil dari persaingan yang tidak melibatkan dan merugikan hak-hak peribadi. Aliran liberalisme ini dipengaruhi oleh liberalisme Inggris yang merebak di pertengahan abad ke-19. d. Liberalisme sosial atau liberalisme baru, mulai terlihat di kalangan masyarakat negara-negara maju pada akhir abad ke-19. Dipengaruhi oleh utilitarianisme yang diasaskan oleh Jeremy Bentham dan John Stuart Mill. Teori ini berkembang dari teori penyalahgunaan Sosialis dan Marxis dan anggapan-anggapan terhadap tujuan keuntungan dan membuat kesimpulan bahwa kerajaan seharusnya menggunakan kuasanya untuk menyelesaikan masalah itu. Melihat dari faham tersebut, semua individu perlu diberi kebebasan seperti pelajaran, peluang ekonomik dan pelindungan daripada kejadian makro yang tidak ditentukan oleh mereka, seperti yang ditulis oleh John Dewey 23 dan Mortimer Adler pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Menurut liberalisme sosial, kemudahan-kemudahan ini dianggap sebagai hak yaitu hak-hak positif yang berbeda secara kualitatif dari apa yang disebutkan dari segi klasikal, serta hak-hak negatif yang hanya menuntut seseorang untuk mengambil hak-hak orang lain. Menurut ahli-ahli liberalisme sosial, hak-hak positif ini perlu dibuat dan diberikan kepada semua manusia. Menurut mereka, hak-hak positif adalah objektif yang secara asasnya melindungi kebebasan. Jill, 2001 : 98 Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa paham liberalisme berkonotasi luas, sebagaimana yang disimpulkan oleh Elizabeth Martinez dan Arnoldo Garcia: Liberalisme mengacu pada ide-ide politik, ekonomi, bahkan agama. Dalam sistem politik, liberalisasi politik dipergunakan sebagai strategi untuk menghindari konflik sosial. Yakni dengan menyuguhkan liberalisme pada si miskin dan kaum pekerja sebagai hal yang progresif ketimbang kaum konservatif atau Kaum Kanan. Liberalisme ekonomi berbeda lagi, Politisi-politisi konservatif, yang mengatakan bahwa mereka membenci kata “liberal” dalam arti tipe politik tak memiliki keberatan apapun dengan liberalisme ekonomi. Martinez Garcia, 1997 : 34 Liberalisme dengan demikian mempunyai makna yang berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain. Liberalisme asal mulanya merupakan bentuk perjuangan kaum borjuasi menghadapi kaum konservatif, Sehingga bisa dikatakan bahwa liberalisme sebelumnya merupakan ideologi kaum borjuis kota. Dalam arti luas, liberalisme adalah paham yang mempertahankan otonomi individu melawan 24 intervensi komunitas, Tapi memang ada liberalisme ekonomi juga “civic liberalism” atau liberalisme otonomi individual. Teori yang kemudian menjadi acuan terhadap doktrin pasar bebas ini lahir pada saat borjuasi di Inggris pada abad ke-19 berhasil merebut kekuasaan dari tangan bangsawan penguasa masyarakat feodal yang disimbolkan melalui Revolusi Industri. Doktrin ini pulalah yang menjadi pengabsah bagi para borjuasi tersebut dalam melapangkan jalannya untuk menguasai dunia. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Elizabeth Martinez dan Arnoldo Garcia yaitu Sistem perdagangan bebas, perusahaan bebas dan ekonomi yang berbasiskan pasar, sebenarnya telah muncul sejak 200 tahun yang lalu, sebagai satu mesin penggerak utama dalam pembangunan revolusi industri. Namun, pada akarnya adalah merkantilisme yang terbentuk selama abad pertengahan beberapa ratus tahun sebelumnya. Dan juga memiliki akar serta paralel dengan berbagai metode yang digunakan imperium sepanjang sejarahnya dan saat ini masih digunakan untuk menguasai tempat-tempat yang lebih lemah disekitarnya serta untuk merampas kekayaannya. Martinez Garcia, 1997 : 34 Ekonomi liberalisme klasik yang mulanya dibangkitkan oleh ekonom Adam Smith dalam karyanya The Wealth of Nations 1776. Adam Smith yang dianggap beberapa orang sebagai bapak kapitalisme pasar bebas, menganjurkan bahwa untuk mencapai efisiensi maksimum, semua bentuk campur tangan pemerintah dalam masalah ekonomi sebaiknya ditanggalkan, dan seharusnya tak ada pembatasan atau tarif dalam manufaktur serta perdagangan satu bangsa agar bangsa tersebut bisa berkembang. 25 Sepanjang sejarahnya, sistem ekonomi kapitalisme memang telah mengalami krisis yang mengharuskan para penganutnya untuk menemukan solusi untuk menyelesaikan krisis-krisis tersebut. Lahirnya liberalisme pun merupakan evolusi dalam sistem kapitalisme untuk menjawab krisis yang menimpanya. Yaffe, 2001 : 2 Akan tetapi sejarah liberalisme pasar ala Adam Smith pun harus berujung pada krisis ekonomi. Dipandu oleh doktrin liberal, komoditas diproduksi tidak untuk memenuhi kebutuhan pasar yang abstrak. Akibatnya jumlah komoditas yang diproduksi menjadi tidak terbatas jumlahnya, tergantung pada fluktuasi naik turunnya permintaan pasar yang tidak bisa diramalkan sehingga terjadi produksi masal. Tapi, bagaimana memasarkan produksi masal itu, Inilah yang tak sanggup dipecahkan oleh sistem kapitalisme, sehingga terjadi kelebihan produksi over production . Disaat malaise krisis yang disebabkan oleh kelebihan produksi itu, keadaan ekonomi mengalami kontraksi pengetatan yang sangat hebat di semua sektor pertanian dan industri sehingga terjadi pengangguran masal dimana- mana. Kapasitas produksi menjadi mubazir karena sebagian besar tak bisa dimanfaatkan. Karena depresi besar pada tahun 1930-an tersebut, seorang ekonom, John Maynard Keynes, menganjurkan bahwa regulasi dan campur tangan pemerintah sebenarnya dibutuhkan untuk memberi keadilan yang lebih besar dalam pembangunan. Selain itu, tugas Keynes adalah bagaimana memacu kembali dinamika kapitalisme tanpa memotong sepeser pun keuntungan kelas pemilik modal. Keynes berteori, liberalisme bukanlah cara terbaik bagi pertumbuhan kapitalisme. Inti pendapatnya, full employment keadaan tanpa 26 pengangguran adalah hal yang mutlak perlu untuk pertumbuhan kapitalisme. Dalam bukunya yang terkenal ditahun 1926, berjudul The End of Laissez Faire, Keynes mengatakan “Sama sekali tidak akurat untuk menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip ekonomi politik, bahwa kepentingan perorangan yang paling pintar sekalipun akan selalu berkesesuaian dengan kepentingan umum, keadaan tanpa pengangguran hanya bisa dicapai jika negara dan bank sentral campur tangan dalam menurunkan tingkat pengangguran”. Setiawan, 2001 : 2 Disini Keynes berpendapat, negara tidak hanya diharapkan menjaga ketertiban umum berdasarkan perangkat hukum, menyediakan prasarana ekonomi dan sosial yang memadai, melaksanakan program pemberantasan kemiskinan dan ketimpangan sosial, tetapi juga secara aktif terlibat langsung dalam investasi di bidang perhotelan dan barang-barang konsumsi. Keynes juga berpendapat bahwa dalam perekonomian yang sedang menurun, pemerintah sebaiknya memberlakukan deficits pending dalam waktu singkat untuk menciptakan lapangan kerja guna menghambat pelarian modal-modal ke luar negeri dan memperketat kontrol terhadap pertukaran mata uang. Lorimer, http:www.jinx.sistm.unsw.edu.au diakses tanggal 12 Desember 2009 Jadi, dalam konsepsi Keynes, negara tidak hanya menjadi parasit tapi investor sekaligus. Dengan campur tangan negara, diasumsikan sirkulasi ekonomi kembali bergerak keluar dari jebakan krisis. Kepercayaan bahwa negara harus memajukan kesejahteraan bersama akhirnya diterima dimana-mana. Ide tersebut mempengaruhi presiden AS, Roosevelt, untuk membuat program New Deal di tahun 1935, program yang ditujukan untuk “meningkatkan kesejahteraan banyak orang”, meningkatkan daya beli. 27 Ekonomi kapitalis membutuhkan intervensi negara, bila hanya mengandalkan mekanisme pasar semata, maka ia akan hancur, hanya negara yang sanggup melanggengkan kapitalisme. Sebagai contoh, krisis tahun 1930-an di AS dipicu oleh kelebihan produksi, maka salah satu wujud intervensi negara adalah membuka pasar negara lain bagi produksi komoditas negara industri maju jalan terampuh dan efektif untuk membuka pasar tak lain dengan perang. Persis, seperti yang dikatakan Keynes dalam tulisannya The General Theory of Employment, Interest, and Money bahwa perang telah menjadi satu-satunya bentuk pembelanjaan dalam skala besar berbentuk hutang pemerintah yang harus disetujui, diabsahkan oleh negarawan. koran pembebasan partai rakyat demokratik, 2002 Pasca perang dunia II, pertumbuhan ekonomi sangat luar biasa, Periode pasca perang hingga pertengahan tahun 1970-an disebut sebagai “Zaman Keemasan Kapitalisme” Capitalist Golden Age, yang ditandai dengan berkembangnya negara-negara kesejahteraan dan berkembangnya pertumbuhan ekonomi saat itu. Meski demikian kondisi ini tidak terjadi akibat pengadopsian kebijakan Keynesian akan tetapi restorasi tingkat keuntungan dalam investasi produksi lah yang menyelamatkannya, yaitu melalui : 1 Rendahnya upah riil karena tingkat pengangguran tahun 1930-an 2 Hancurnya kompetisi bisnis, dan terjadinya konsentrasi modal secara masif 3 Anggaran defisit negara yang dibelanjakan untuk membeli barang- barang kebutuhan perang sejak awal 1940-an. koran pembebasan rakyat demokratik, 2002 28 Karena tetap berjalan diatas fondasi hukum ekonomi kapitalis, pertumbuhan ekonomi yang begitu mengagumkan saat itu juga tak bertahan lama. Menjelang akhir tahun 1960-an dan dekade 1970-an kapitalisme kembali jatuh dalam krisis. Tingkat pertumbuhan dan investasi mulai jatuh di awal masa tersebut sampai setengah dari tingkat sebelumnya. Pengangguran merajalela, sementara eksploitasi terhadap sumber-sumber daya semakin tak terkendali. Amin, 2001 : 42 Berbeda dengan krisis 1930-an, yang dianggap lahir karena pemusatan terhadap pasar, krisis kali ini dianggap sebagai akibat intervensi negara terhadap pasar. Keynesian dipersalahkan, karena intervensi negara telah menyebabkan kelas kapitalis gagal dalam melipatgandakan akumulasi kapital. Secara teoritis, ada dua penjelasan mengapa Keynesian gagal dalam mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi. Pertama, kebijakan intervensi negara yang dianjurkan Keynes guna merangsang dan menggerakkan roda perekonomian yang macet akibat depresi besar, sekaligus mencegah berulang kembalinya krisis ekonomi, hanya bisa dipenuhi jika terjadi pertumbuhan ekonomi tinggi terus menerus dan berkesinambungan. Kenyataannya, pertumbuhan ekonomi tinggi pasca-malaise terjadi karena dikobarkannya perang dunia II yang dimenangkan oleh negara- negara imperialis. Kedua, pertumbuhan tinggi hanya bisa terjadi jika kebebasan pasar dan upah buruh murah. Disini letak kegagalan teori Keynes, karena ia menderita kontradiksi didalam dirinya sendiri. Di satu sisi dia menganjurkan intervensi negara secara aktif dalam pasar, tapi disisi lain, intervensi itu menyebabkan pasar 29 terdistorsi sehingga momentum pertumbuhan ekonomi, sebagai sumber pendapatan negara dalam negara kesejahteraan mengalami perlambatan. Bagaimana mungkin mewujudkan distribusi kemakmuran tanpa menggerogoti keuntungan kelas kapitalis. Pontoh, 2003 : 48-49 Cara-cara Keynes hanya akan mendorong suatu inflasi harga barang- barang dan jasa-jasa saja bila para investor yang menguasai bisnis oligarki finasial tidak bisa memperluas pasar bagi peningkatan produksinya. Selama depresi besar tersebut tidak ada perluasan pasar seperti yang diharapkan, itulah mengapa keampuhan kebijakan Keynesian sangat terbatas. Dikaitkan dengan ekonomi Cina, Meskipun dalam hal ini Deng Xiaoping menerapkan sistem ekonomi liberal, intervensi negara tetap dipertahankan. Pemerintah pusat tetap melakukan intervensi dan kontrol terhadap perekonomian negara, kemudian faham komunis tetap dipertahankan sebagai ideologi negara meski tidak diterapkan secara kaku. Cina menggunakan Sistem ekonomi Pasar Sosialis, yaitu suatu sistem ekonomi yang berorientasi pasar, namun tetap berada dalam bingkai sistem politik yang digariskan oleh Partai Komunis Cina sehingga sistem ini sering juga disebut dengan Sistem Sosialis dengan karakteristik Cina. Sistem ini telah menggantikan model ekonomi perencanaan terpusat yang umumnya dianut negara-negara dengan sistem komunis. Wibowo, 2000 : 64

II. Teori Globalisasi