19
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Apakah faktor- faktor dan Kebijakan apa saja yang mendorong kebangkitan ekonomi Cina?
2. Bagaimanakah dampak kemajuan perekonomian Cina terhadap kebijakan perdagangan AS?
3. Bagaimanakah hubungan bilateral dalam perdagangan AS dan Cina dimasa depan?
C. Kerangka Teori
Untuk menganalisa suatu permasalahan dalam ilmu hubungan internasional membutuhkan teori, yang merupakan penjelasan paling umum
mengapa sesuatu itu terjadi dan kapan peristiwa tersebut akan terjadi lagi. Dengan kata lain, teori dapat dipergunakan sebagai alat eksplanasi dan alat prediksi.
Mohtar, 1990 : 217 Atau lebih jelasnya dipaparkan bahwa, teori berfungsi untuk memahami, memberikan kerangka pemikiran secara logis, disamping menjelaskan
maksud terhadap berbagai fenomena-fenomena yang ada. Tanpa menggunakan teori, maka fenomena-fenomena serta data-data yang ada akan sulit dimengerti.
Dan di sisi lain teori juga dapat berupa sebuah bentuk pernyataan yang menghubungkan beberapa konsep secara logis dan sistematis. Plano, 1992 : 7
Teori yang digunakan untuk menjelaskan dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah yaitu teori liberalisme, teori globalisasi dan teori
perdagangan internasional.
20
I. Teori Liberalisme
Setelah era Mao Zedong berakhir dan digantikan oleh era Deng Xiaoping, Cina mulai mengalami kemajuan di berbagai bidang. Pada masa
kepemimpinannya, Deng Xiaoping secara bertahap mulai membuka Cina terhadap persaingan dengan dunia luar, menyesuaikan ideologi, Memodifikasi komunisme
dengan sosialisme tahap awal, menerapkan sistem ekonomi pasar sosialis, sampai akhirnya Cina menceburkan diri terhadap arus liberalisasi dan globalisasi.
Liberalisme berangkat dari kesejatian, di mana esensi hidup manusia menjadi sangat dihormati. Kebebasan, pembebasan, kemerdekaan, keadilan dan
hak asasi menjadi pemersatu. Dalam perkembangannya teori liberalisme lebih banyak menekankan pada hal lain, selain perebutan pengaruh di bidang hard
power , yaitu pengalihan perhatian orang pada teori ekonomi-ekonomi barat.
Orang liberal tidak memperumit bagaimana perdamaian akan tercapai atau bagaimana kesejahteraan yang seutuhnya, namun lebih menaruh fokus akan
prosesnya. Liberalisme menitik beratkan perhatiannya pada kebebasan individu yang
harus diimplementasikan dalam tingkat domestik, dan hubungan antar negara. Stanley Hoffman menuliskan, “Esensi dari liberalisme adalah self-restrain,
moderasi, kompromi, dan perdamaian, dimana esensi politik internasional adalah berkebalikan yaitu perdamaian yang selalu terusik, atau lebih buruk lagi, state of
war”. Peran negara adalah sebagai penjaga terwujudnya kebebasan tersebut,
sebagai pelayan kemauan kebijakan seluruh individu. Di sinilah peran krusial demokrasi sebagai sebuah sistem untuk mewujudkan angan-angan liberalisme
21
sebagai te ori pemerintahan yang menginginkan kerukunan antara keamanan dan persamaan dalam suatu komunitas. Jill, 2001 : 98
Di sekitar abad ke-18, ahli ekonomi dan falsafah dari Scotland, Adam Smith 1723-1790 memperkenalkan satu teori yang mengatakan seseorang
individu boleh membina kehidupan bermoral dan berekonomi tanpa bimbingan atau arahan dari negara. Tambahan lagi, sesuatu negara itu akan menjadi kuat
apabila rakyatnya bebas. Smith mengetengahkan ide tersebut untuk mengakhiri sistem feodal, polisi-polisi merkantilisme, monopoli negara dan memperkenalkan
kerajaan laissez-faire, yaitu satu kerajaan berasaskan pasar bebas. Di dalam The Theory of Moral Sentiments
1759, Smith menulis tentang teori motivasi yang menekankan kepentingan sendiri serta ketidakaturan sosial.
Terdapat beberapa prinsip liberalisme yang telah disetujui oleh kalangan liberal:
a. Liberalisme politik adalah aliran di mana seseorang itu adalah asas undang-undang dan masyarakat. Masyarakat dan institusi-institusi
kerajaan berada di dalam masyarakat yang berfungsi untuk memperjuangkan hak-hak pribadi tanpa memihak kepada siapapun,
baik yang mempunyai taraf sosial yang tinggi ataupun yang rendah. Magna Carta
adalah satu contoh di mana dokumen politik meletakkan hak-hak pribadi lebih tinggi daripada kekuasaan raja. Liberalisme
politik menekankan perjanjian sosial dimana rakyat merangkai undang-undang dan bersedia untuk mematuhi undang-undang tersebut.
b. Liberalisme budaya menekankan hak-hak pribadi yang berkaitan dengan cara hidup dan perasaan hati termasuk kebebasan seksual,
22
kebebasan beragama, kebebasan pemahaman dan pelindungan dari campur tangan kerajaan di dalam kehidupan peribadi.
c. Liberalisme ekonomi yang juga dikenali sebagai liberalisme klasikal atau liberalisme Manchester adalah satu ideologi mengenai hak-hak
peribadi atas harta benda dan kebebasan perjanjian tertulis. Ia memperjuangkan kapitalisme laissez-faire yang ingin membuang
semua halangan terhadap perdagangan dan pemberhentian kemudahan yang diberi oleh kerajaan seperti subsidi dan monopoli. Liberalisme
ekonomi menyatakan bahwa harga barang harus ditentukan oleh pasar yang sebenarnya ditentukan oleh tindakan-tindakan konsumen.
Liberalisme ekonomi menerima ketidak samarataan sebagai hasil dari persaingan yang tidak melibatkan dan merugikan hak-hak peribadi.
Aliran liberalisme ini dipengaruhi oleh liberalisme Inggris yang merebak di pertengahan abad ke-19.
d. Liberalisme sosial atau liberalisme baru, mulai terlihat di kalangan masyarakat negara-negara maju pada akhir abad ke-19. Dipengaruhi
oleh utilitarianisme yang diasaskan oleh Jeremy Bentham dan John Stuart Mill. Teori ini berkembang dari teori penyalahgunaan Sosialis
dan Marxis dan anggapan-anggapan terhadap tujuan keuntungan dan membuat kesimpulan bahwa kerajaan seharusnya menggunakan
kuasanya untuk menyelesaikan masalah itu. Melihat dari faham tersebut, semua individu perlu diberi kebebasan seperti pelajaran,
peluang ekonomik dan pelindungan daripada kejadian makro yang tidak ditentukan oleh mereka, seperti yang ditulis oleh John Dewey
23
dan Mortimer Adler pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Menurut liberalisme sosial, kemudahan-kemudahan ini dianggap
sebagai hak yaitu hak-hak positif yang berbeda secara kualitatif dari apa yang disebutkan dari segi klasikal, serta hak-hak negatif yang
hanya menuntut seseorang untuk mengambil hak-hak orang lain. Menurut ahli-ahli liberalisme sosial, hak-hak positif ini perlu dibuat
dan diberikan kepada semua manusia. Menurut mereka, hak-hak positif adalah objektif yang secara asasnya melindungi kebebasan.
Jill, 2001 : 98 Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa paham liberalisme berkonotasi
luas, sebagaimana yang disimpulkan oleh Elizabeth Martinez dan Arnoldo Garcia: Liberalisme mengacu pada ide-ide politik, ekonomi, bahkan agama. Dalam sistem
politik, liberalisasi politik dipergunakan sebagai strategi untuk menghindari konflik sosial. Yakni dengan menyuguhkan liberalisme pada si miskin dan kaum
pekerja sebagai hal yang progresif ketimbang kaum konservatif atau Kaum Kanan. Liberalisme ekonomi berbeda lagi, Politisi-politisi konservatif, yang
mengatakan bahwa mereka membenci kata “liberal” dalam arti tipe politik tak memiliki keberatan apapun dengan liberalisme ekonomi. Martinez Garcia,
1997 : 34 Liberalisme dengan demikian mempunyai makna yang berbeda dari satu
tempat ke tempat yang lain. Liberalisme asal mulanya merupakan bentuk perjuangan kaum borjuasi menghadapi kaum konservatif, Sehingga bisa dikatakan
bahwa liberalisme sebelumnya merupakan ideologi kaum borjuis kota. Dalam arti luas, liberalisme adalah paham yang mempertahankan otonomi individu melawan
24
intervensi komunitas, Tapi memang ada liberalisme ekonomi juga “civic liberalism”
atau liberalisme otonomi individual. Teori yang kemudian menjadi acuan terhadap doktrin pasar bebas ini lahir
pada saat borjuasi di Inggris pada abad ke-19 berhasil merebut kekuasaan dari tangan bangsawan penguasa masyarakat feodal yang disimbolkan melalui
Revolusi Industri. Doktrin ini pulalah yang menjadi pengabsah bagi para borjuasi tersebut dalam melapangkan jalannya untuk menguasai dunia. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Elizabeth Martinez dan Arnoldo Garcia yaitu Sistem perdagangan bebas, perusahaan bebas dan ekonomi yang berbasiskan pasar,
sebenarnya telah muncul sejak 200 tahun yang lalu, sebagai satu mesin penggerak utama dalam pembangunan revolusi industri. Namun, pada akarnya adalah
merkantilisme yang terbentuk selama abad pertengahan beberapa ratus tahun sebelumnya. Dan juga memiliki akar serta paralel dengan berbagai metode yang
digunakan imperium sepanjang sejarahnya dan saat ini masih digunakan untuk menguasai tempat-tempat yang lebih lemah disekitarnya serta untuk merampas
kekayaannya. Martinez Garcia, 1997 : 34 Ekonomi liberalisme klasik yang mulanya dibangkitkan oleh ekonom
Adam Smith dalam karyanya The Wealth of Nations 1776. Adam Smith yang dianggap beberapa orang sebagai bapak kapitalisme pasar bebas, menganjurkan
bahwa untuk mencapai efisiensi maksimum, semua bentuk campur tangan pemerintah dalam masalah ekonomi sebaiknya ditanggalkan, dan seharusnya tak
ada pembatasan atau tarif dalam manufaktur serta perdagangan satu bangsa agar bangsa tersebut bisa berkembang.
25
Sepanjang sejarahnya, sistem ekonomi kapitalisme memang telah mengalami krisis yang mengharuskan para penganutnya untuk menemukan solusi
untuk menyelesaikan krisis-krisis tersebut. Lahirnya liberalisme pun merupakan evolusi dalam sistem kapitalisme untuk menjawab krisis yang menimpanya.
Yaffe, 2001 : 2 Akan tetapi sejarah liberalisme pasar ala Adam Smith pun harus berujung
pada krisis ekonomi. Dipandu oleh doktrin liberal, komoditas diproduksi tidak untuk memenuhi kebutuhan pasar yang abstrak. Akibatnya jumlah komoditas
yang diproduksi menjadi tidak terbatas jumlahnya, tergantung pada fluktuasi naik turunnya permintaan pasar yang tidak bisa diramalkan sehingga terjadi produksi
masal. Tapi, bagaimana memasarkan produksi masal itu, Inilah yang tak sanggup dipecahkan oleh sistem kapitalisme, sehingga terjadi kelebihan produksi over
production .
Disaat malaise krisis yang disebabkan oleh kelebihan produksi itu, keadaan ekonomi mengalami kontraksi pengetatan yang sangat hebat di semua
sektor pertanian dan industri sehingga terjadi pengangguran masal dimana- mana. Kapasitas produksi menjadi mubazir karena sebagian besar tak bisa
dimanfaatkan. Karena depresi besar pada tahun 1930-an tersebut, seorang ekonom, John Maynard Keynes, menganjurkan bahwa regulasi dan campur
tangan pemerintah sebenarnya dibutuhkan untuk memberi keadilan yang lebih besar dalam pembangunan. Selain itu, tugas Keynes adalah bagaimana memacu
kembali dinamika kapitalisme tanpa memotong sepeser pun keuntungan kelas pemilik modal. Keynes berteori, liberalisme bukanlah cara terbaik bagi
pertumbuhan kapitalisme. Inti pendapatnya, full employment keadaan tanpa
26
pengangguran adalah hal yang mutlak perlu untuk pertumbuhan kapitalisme. Dalam bukunya yang terkenal ditahun 1926, berjudul The End of Laissez Faire,
Keynes mengatakan “Sama sekali tidak akurat untuk menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip ekonomi politik, bahwa kepentingan perorangan yang paling
pintar sekalipun akan selalu berkesesuaian dengan kepentingan umum, keadaan tanpa pengangguran hanya bisa dicapai jika negara dan bank sentral campur
tangan dalam menurunkan tingkat pengangguran”. Setiawan, 2001 : 2
Disini Keynes berpendapat, negara tidak hanya diharapkan menjaga ketertiban umum berdasarkan perangkat hukum, menyediakan prasarana ekonomi
dan sosial yang memadai, melaksanakan program pemberantasan kemiskinan dan ketimpangan sosial, tetapi juga secara aktif terlibat langsung dalam investasi di
bidang perhotelan dan barang-barang konsumsi. Keynes juga berpendapat bahwa dalam
perekonomian yang
sedang menurun,
pemerintah sebaiknya
memberlakukan deficits pending dalam waktu singkat untuk menciptakan lapangan kerja guna menghambat pelarian modal-modal ke luar negeri dan
memperketat kontrol
terhadap pertukaran
mata uang.
Lorimer, http:www.jinx.sistm.unsw.edu.au diakses tanggal 12 Desember 2009
Jadi, dalam konsepsi Keynes, negara tidak hanya menjadi parasit tapi investor sekaligus. Dengan campur tangan negara, diasumsikan sirkulasi ekonomi
kembali bergerak keluar dari jebakan krisis. Kepercayaan bahwa negara harus memajukan kesejahteraan bersama akhirnya diterima dimana-mana. Ide tersebut
mempengaruhi presiden AS, Roosevelt, untuk membuat program New Deal di tahun 1935, program yang ditujukan untuk “meningkatkan kesejahteraan banyak
orang”, meningkatkan daya beli.
27
Ekonomi kapitalis membutuhkan intervensi negara, bila hanya mengandalkan mekanisme pasar semata, maka ia akan hancur, hanya negara yang
sanggup melanggengkan kapitalisme. Sebagai contoh, krisis tahun 1930-an di AS dipicu oleh kelebihan produksi, maka salah satu wujud intervensi negara adalah
membuka pasar negara lain bagi produksi komoditas negara industri maju jalan terampuh dan efektif untuk membuka pasar tak lain dengan perang. Persis, seperti
yang dikatakan Keynes dalam tulisannya The General Theory of Employment, Interest, and Money
bahwa perang telah menjadi satu-satunya bentuk pembelanjaan dalam skala besar berbentuk hutang pemerintah yang harus
disetujui, diabsahkan oleh negarawan. koran pembebasan partai rakyat demokratik, 2002
Pasca perang dunia II, pertumbuhan ekonomi sangat luar biasa, Periode pasca perang hingga pertengahan tahun 1970-an disebut sebagai “Zaman
Keemasan Kapitalisme” Capitalist Golden Age, yang ditandai dengan berkembangnya negara-negara kesejahteraan dan berkembangnya pertumbuhan
ekonomi saat itu. Meski demikian kondisi ini tidak terjadi akibat pengadopsian kebijakan Keynesian akan tetapi restorasi tingkat keuntungan dalam investasi
produksi lah yang menyelamatkannya, yaitu melalui : 1 Rendahnya upah riil karena tingkat pengangguran tahun 1930-an
2 Hancurnya kompetisi bisnis, dan terjadinya konsentrasi modal secara masif
3 Anggaran defisit negara yang dibelanjakan untuk membeli barang- barang kebutuhan perang sejak awal 1940-an. koran pembebasan
rakyat demokratik, 2002
28
Karena tetap berjalan diatas fondasi hukum ekonomi kapitalis, pertumbuhan ekonomi yang begitu mengagumkan saat itu juga tak bertahan lama.
Menjelang akhir tahun 1960-an dan dekade 1970-an kapitalisme kembali jatuh dalam krisis. Tingkat pertumbuhan dan investasi mulai jatuh di awal masa
tersebut sampai setengah dari tingkat sebelumnya. Pengangguran merajalela, sementara eksploitasi terhadap sumber-sumber daya semakin tak terkendali.
Amin, 2001 : 42 Berbeda dengan krisis 1930-an, yang dianggap lahir karena pemusatan
terhadap pasar, krisis kali ini dianggap sebagai akibat intervensi negara terhadap pasar. Keynesian dipersalahkan, karena intervensi negara telah menyebabkan
kelas kapitalis gagal dalam melipatgandakan akumulasi kapital. Secara teoritis, ada dua penjelasan mengapa Keynesian gagal dalam mempertahankan momentum
pertumbuhan ekonomi. Pertama, kebijakan intervensi negara yang dianjurkan Keynes guna
merangsang dan menggerakkan roda perekonomian yang macet akibat depresi besar, sekaligus mencegah berulang kembalinya krisis ekonomi, hanya bisa
dipenuhi jika terjadi pertumbuhan ekonomi tinggi terus menerus dan berkesinambungan. Kenyataannya, pertumbuhan ekonomi tinggi pasca-malaise
terjadi karena dikobarkannya perang dunia II yang dimenangkan oleh negara- negara imperialis.
Kedua, pertumbuhan tinggi hanya bisa terjadi jika kebebasan pasar dan upah buruh murah. Disini letak kegagalan teori Keynes, karena ia menderita
kontradiksi didalam dirinya sendiri. Di satu sisi dia menganjurkan intervensi negara secara aktif dalam pasar, tapi disisi lain, intervensi itu menyebabkan pasar
29
terdistorsi sehingga momentum pertumbuhan ekonomi, sebagai sumber pendapatan negara dalam negara kesejahteraan mengalami perlambatan.
Bagaimana mungkin mewujudkan distribusi kemakmuran tanpa menggerogoti keuntungan kelas kapitalis. Pontoh, 2003 : 48-49
Cara-cara Keynes hanya akan mendorong suatu inflasi harga barang- barang dan jasa-jasa saja bila para investor yang menguasai bisnis oligarki
finasial tidak bisa memperluas pasar bagi peningkatan produksinya. Selama
depresi besar tersebut tidak ada perluasan pasar seperti yang diharapkan, itulah mengapa keampuhan kebijakan Keynesian sangat terbatas.
Dikaitkan dengan ekonomi Cina, Meskipun dalam hal ini Deng Xiaoping menerapkan sistem ekonomi liberal, intervensi negara tetap dipertahankan.
Pemerintah pusat tetap melakukan intervensi dan kontrol terhadap perekonomian negara, kemudian faham komunis tetap dipertahankan sebagai ideologi negara
meski tidak diterapkan secara kaku. Cina menggunakan Sistem ekonomi Pasar Sosialis, yaitu suatu sistem ekonomi yang berorientasi pasar, namun tetap berada
dalam bingkai sistem politik yang digariskan oleh Partai Komunis Cina sehingga sistem ini sering juga disebut dengan Sistem Sosialis dengan karakteristik Cina.
Sistem ini telah menggantikan model ekonomi perencanaan terpusat yang umumnya dianut negara-negara dengan sistem komunis. Wibowo, 2000 : 64
II. Teori Globalisasi
Istilah globalisasi diberi beberapa pengertian dan dipahami di dalam berbagai konteks sesuai penggunaannya. Menurut Princeton N.
Lyman, dari Institut Keamanan Amerika Serikat dan mantan Duta negara di Afrika Selatan,
30
globalisasi biasanya merujuk kepada rapid growth of interdependency and
connection in the world of trade and finance Lyman, 2000:90
Tetapi dia sendiri berpendapat bahwa globalisasi tidak dapat dibatasi hanya sebagai fenomena perdagangan dan sirkulasi keuangan yang berkembang
dan kian meluas. Karena menurutnya, there are other Trends Driven by the same explosion of technological capability that have facilitated the financial changes.
Globalization from communications is one such trend . Lyman, Ibid
Pusat Kajian Globalisasi dan Regionalisasi CSGR, Universitas Warwick Inggris, juga menolak pengertian globalisasi yang yang terbatas pada fenomena
ekonomi. Di samping itu, dia tidak dapat menerima pandangan yang mengatakan bahwa apa yang disebut globalisasi hanyalah merupakan fenomena Amerika
Utara, bukannya fenomena Eropa. Insitut itu menekankan pendiriannya bahwa pemahaman pada globalisasi melaksanakan berbagai dimensi, yaitu politik,
ideologi, ekonomi dan budaya. Banyak benda dapat diglobalisasikan.
Diantaranya, goods, services, money, people, information, effects on the international order and less tangible things such as IDEAS, behavioural norms
and cultural practices .Loy,1998:63
Selaras dengan cakupan luas fenomena globalisasi ini, CSGR memiliki dua pandangan terhadap fenomena itu. Pertama, globalisasi dipandang sebagai
satu kumpulan proses. Globalization is the emergence of a set of sequences and processes that are increasingly
unhindered by territorial or jurisdictional barriers and that indeed enhance the spread of
trans-border practices in economic, political, cultural and social domains.
Kedua, globalisasi dilihat sebagai satu wacana. Globalization is a Discourse of political and economic
31
knowledge ordered one view of how to make the postmodern world manageable. David Loy, seorang dosen dari Universitas Bunkyo Jepang dan salah seorang
pembentang kertas di Konferensi Globalisasi anjuran melihat globalisasi sebagai a complex set of developments: economic, political, technological and cultural
. Loy, Ibid Deklarasi yang dikeluarkan di akhir Konferensi yang sama telah membuat
kesimpulan berikut: Globalization refers to the interconnectedness of human activity on a
global scale, to the unprecendented flows of capital and labour, technology skills, IDEAS and Values across state and national boundaries, but in ways which
neither states nor Nations can adequately control . Loy,Ibid
Variasi dimensi globalisasi juga ditegaskan oleh Leonor Briones, Ketua Focus on the Global South
, sebuah badan regional non-pemerintah NGO yang berkantor pusat di Bangkok. Menurutnya, bukan saja terdapat globalisasi bisnis
dan ekonomi tetapi sejalan dengannya juga terdapat globalization of the
Democratic institusi, social development and human rights and the womens movement
.Briones, http:www.elibrary.com diakses pada 20, Februari, 2010 Akhirnya, karena bahwa globalisasi ekonomi pada umumnya dianggap
sebagai inti fenomena yang dinamakan globalisasi, maka ingin dijelaskan di sini satu definisinya yang dihitung dapat membantu kita merumuskan arti dan ciri-ciri
globalisasi secara komprehensif. Economic globalisation is a deepening process from interdependence from world economies in any fields, including production
and market, which optimize the distribution of any production factors and
resources by Mållag cross-border flows of human resources, capital,
32
Commodities, services, technology and information. http:www.elibrary.com
diakses pada tanggal 20 Februari 2010 Berdasarkan
beberapa definisi
dan penjelasan
diatas, dapat
diidentifikasikan ide-ide kunci yang terkandung dalam konsep globalisasi. Dengan mengambil ide-ide ini kita dapat mengajukan makna komprehensif
globalisasi seperti berikut. Globalisasi adalah suatu himpunan proses pengaliran global berbagai jenis objek yang melibatkan berbagai bidang aktivitas manusia.
Objek yang diglobalisasikan bisa jadi fisik atau bukan fisik. Bisa jadi dalam bentuk informasi, ide, nilai, institusi, atau sistem. Himpunan proses pengaliran
global ini dan bidang aktivitas manusia yang terlibat kian kait mengait, saling tergantung dan kompleks sifatnya. Dengan bersandarkan definisi dan penjelasan
fitur-fitur utama globalisasi yang disebutkan di atas, kita dapati adalah wajar untuk membelah fenomena dan proses globalisasi ke berbagai dimensi.
Globalisasi yang diberi arti luas ini adalah suatu hakikat yang tidak dapat dipertentangkan.
Kita juga mengambil pendirian di sini bahwa hakikat yang dinamakan globalisasi itu sudah ada sebelum istilah globalisasi diperkenalkan
lagi. Globalisasi sudah ada dalam era penjajahan dan imperialisme Barat yang dimulai di sekitar tahun 1500, Pada sifatnya, imperialisme adalah suatu bentuk
globalisasi. Paling tidaknya, bisa dianggap sebagai agen globalisasi. Semua
imperialisme memiliki kecenderungan untuk menglobalisasikan objek tertentu. Dalam membuat pernyataan bahwa globalisasi adalah suatu kenyataan sebelum
zaman kontemporer, tidak berarti tidak ada perbedaan langsung antara globalisasi zaman sekarang dengan globalisasi zaman dahulu.
Memang ada perbedaan mencolok antara globalisasi dalam satu era dangan globalisasi dalam era yang
33
lain. Namun demikian, perbedaan itu bukan dari segi sifat tetapi dari segi ciri- cirinya. Selama kita berbicara tentang hakikat yang sama, yaitu globalisasi, maka
selama itu sifatnya tetap sama tanpa melihat zamannya. Waltz berpendapat bahwa globalisasi merupakan interdependensi, bahwa
adannya saling ketergantungan antara perorangan, perusahaan, dan pasar, negara kurang peduli, karena ekonomi yang mendorong negara-negara untuk membuat
sebuah kebijakan. Seperti menjadi lebih saling bergantung antara satu sama lain, keputusan dibuat secara keseluruhan kolektif di bidang ekonomi, bukan secara
independen. Waltz,1999:693-700 Waltz berpendapat bahwa negara yang ingin bergabung dengan pasar
dunia harus memakai straight jacket, paket kebijakan termasuk anggaran yang seimbang, deregulasi ekonomi, keterbukaan terhadap investasi dan perdagangan,
dan mata uang yang stabil. Oleh Karena itu, globalisasi ekonomi sangat prihatin dengan hal tersebut, bukan keputusan politik oleh satu negara atau orang, bukan
suatu kawanan investor dan pemberi pinjaman yang memutuskan kapan suatu negara akan menerima investasi dan menjadi pemain ekonomi dunia. Karena
merupakan kawanan yang memutuskan keberhasilan suatu negara, mereka tidak peduli tentang siapa yang di pemerintahan, bukan memiliki negara apakah
stabilitas, prediktabilitas, transparansi, dan kemampuan untuk mentransfer dan melindungi hak milik pribadi. Walz,Ibid
Untuk Waltz, globalisasi juga berarti homogenitas harga, produk, tingkat kepentingan, dan lain-lain. Sebuah ekonomi yang kuat di bawah globalisasi
mensyaratkan transparansi, tapi kemudian bahwa transparansi akan mentransfer ideologi ke alam sosial dan politik. Waltz berpendapat bahwa ini ditunjukkan
34
bahwa terlambat meniru dan mengadopsi praktik institusi negara yang telah menunjukkan jalan. Negara-negara dibedakan dari satu sama lain bukan dengan
fungsi, tetapi terutama oleh kemampuan Kapasitas. untuk mengubah, mengadopsi, menjaga kekuasaan, perdagangan, beradaptasi. Jika mereka tidak bisa beradaptasi,
kemudian Waltz berpendapat bahwa kegagalan mereka akan diterima di komunitas global akan memimpin ke jurang kemiskinan yang lebih besar,
investasi kurang, teknologi yang kurang: ekonomi stagnan. Apa globalisasi telah membawa dunia, akhirnya Waltz berpendapat, bukan saling ketergantungan
meningkat, tapi ketimpangan tumbuh antara negara Utara dan Selatan. Robinson berfokus pada ekonomi juga, tetapi lebih jauh berpendapat
bahwa globalisasi adalah penyebaran kapitalisme di seluruh dunia. Sebelum globalisasi relevan, kekuasaan militer dan berjuang melalui kekuatan fisik, seperti
contoh melalui konflik. AS mengambil tempat kolonialisme, intervensi baik secara politik dan militer di Amerika Latin, Timur Tengah dan di tempat lain.
Setelah Perang dunia II, ini meninggalkan AS dengan tanggung jawab stabilitas, dan mereka sering memilih rezim otoriter. Robinson: 1996: 615-665
Ketika ekonomi global menjadi lebih relevan dan didefinisikan, sebuah elit yang baru muncul berdasarkan kekuatan kapitalis uang di pasar bebas dan modal
perseroan. Robinson menunjukkan bahwa ini terjadi pada pertengahan 1980-an sebelum berakhirnya perang dingin. Ini adalah poin penting, karena hal tersebut
menunjukkan bahwa AS prihatin dengan globalisasi ekonomi dan faktor-faktor politik. Apa yang dihasilkan dari perubahan untuk
mendukung rezim-rezim otoriter adalah dukungan dari elit polyarchy. Polyarchy mengacu pada sebuah
sistem di mana sekelompok kecil yang sebenarnya merupakan aturan masa dan
35
partisipasi dalam pengambilan keputusan terbatas, asumsi polyarchy adalah bahwa elit akan merespon kehendak mayoritas.
Di Timur Tengah, gerakan penduduk sedang mencari perubahan sosial yang mendasar, tidak hanya sekadar perubahan dalam proses pemilu. Populer
Perbedaan antara demokrasi dan polyarchy penting untuk dicatat demokrasi Populer berarti bahwa mayoritas pemilih memutuskan kebijakan dan hasil
representatif, sementara polyarchy menyiratkan bahwa elite akan memutuskan apa yang terbaik bagi mayoritas elit. Transisi dari otoriterisme ke polyarchy tidak
menghilangkan koersif aparat tetapi aparat sipil untuk mensubordinasi . Dengan kata lain, siapa pun yang dipilih tidak harus mewakili semua orang, hanya elit
ekonomi yang berkuasa. Istilah globalisasi menggambarkan dua proses yaitu produksi kapitalis dan
perdagangan menggantikan ekonomi proteksionis melalui spesialisasi dan globalisasi dari proses produksi, dan pasar yang terintegrasi, ini telah
menyebabkan integrasi ekonomi nasional, tidak hanya ekonomi, tetapi juga sosial. Aturan ekonomi berbasis di AS, bersama dengan Eropa dan elit penguasa lainnya.
Praktek transnasional globalisasi ada tiga tingkat yaitu ekonomi, politik dan budaya. Ekonomi itu adalah modal transnasional yang paling penting bagi elit
global. Secara politis, itu adalah keberhasilan elite ekonomi, dan budaya, globalisasi adalah sistem konsumerisme.
III. Teori Perdagangan Internasional
Thomas Mun adalah seorang cendekiawan Inggris dan putera seorang pedagang di London. Mun berhasil mengeluarkan hasil pemikirannya dalam
36
bukunya yang berjudul England’s Treasure by Foreign Trade yang memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap teori perdagangan internasional. Mun
berpendapat bahwa untuk meningkatkan kekayaan negara, cara yang biasa dilakukan adalah melalui jalur perdagangan dan karena itu pedoman yang harus
dipegang teguh oleh suatu negara adalah mengusahakan agar nilai ekspor ke luar negeri harus lebih besar dibandingkan dengan yang di impor oleh negara itu.
Keuntungan bersih menurutnya akan diperoleh melalui selisih dari hasil penjualan yaitu ekspor dengan pembelian yaitu impor dan dengan demikian jumlah uang
emas dan perak yang akan diterima akan semakin besar tiap tahunnya. Mun juga berpendapat jika suatu negara melalui jalur perdagangan memperoleh banyak
uang, jangan sampai modal itu hilang justru karena uang itu tidak dipergunakan untuk berdagang lagi. httpwww.brookesnews.com diakses pada 18, April, 2010
Dari argumen Mun dapatlah ditarik sebuah kesimpulan bahwa bahkan dalam suatu tata ekonomi perdagangan, uang baru merupakan kekayaan yang
berarti hanya bila uang tersebut digunakan sebagai alat tukar menukar, dan uang akan menjadi beban suatu negara jika uang hanya disimpan saja. Sumbangan Mun
yang tidak kalah pentingnya adalah terciptanya suatu kerangka dasar neraca pembayaran suatu negara pada tahun tertentu. Walaupun neraca pembayaran pada
saat itu angka-angka itu memang tidak disusun teliti, namun yang terpenting Mun telah menunjukkan kerangka dasar neraca pembayaran dengan baik sekali.
Julukan merkantilisme pada dasarnya diberikan kepada aliran atau paham ini oleh para kritikus ekonomi khususnya Adam Smith. Sebutan merkantilisme
mengandung makna menyamakan suatu bangsa atau negara dengan kebijakan seorang pedagang, yang berusaha mendapatkan hasil yang lebih besar pada waktu
37
menjual dibandingkan dengan apa yang dikeluarkannya ketika membeli dan dengan demikian meningkatkan kekayaan perusahaannya. Ibid
Ekonomi klasik resmi berdiri ketika Adam Smith mengeluarkan bukunya yang berjudul An Inquiry into Nature and Causes of the Wealth of Nation s, yang
biasa disingkat dengan Wealth of Nations. Dalam bukunya, Adam Smith menjelaskan apa yang merupakan pokok masalah ekonomi modern yakni
bagaimana meningkatkan kekayaan suatu negara dan bagaimana kekayaan tersebut didistribusikan. Krugman, 2003:31
Menurut Adam Smith, kekayaan suatu negara akan bertambah searah dengan peningkatan keterampilan dan efisiensi para tenaga kerja, dan sejalan
dengan persentase penduduk yang terlibat dalam proses produksi. Kesejahteraan ekonomi setiap individu tergantung pada perbandingan antara produksi total
dengan jumlah penduduk. Smith juga menganjurkan adanya spesialisasi kerja dan penggunaan mesin-mesin sebagai sarana utama untuk peningkatan produksi. Dia
juga memperkenalkan konsep invisible hand-nya di mana setiap orang yang melakukan kegiatan di dalam perekonomian dituntun oleh sebuah “tangan yang
tidak terlihat” sehingga dia dengan mengejar kepentingannya sendiri dia kerap justru lebih efektif memajukan kepentingan masyarakat.
Adam Smith mengajukan teori perdagangan internasional yang dikenal dengan teori keunggulan absolute. Dia berpendapat bahwa jika suatu negara
menghendaki adanya persaingan, perdagangan bebas dan spesialisasi di dalam negeri, maka hal yang sama juga dikehendaki dalam hubungan antar bangsa.
Karena hal itu dia mengusulkan bahwa sebaiknya semua negara lebih baik berspesialisasi dalam komoditi-komoditi di mana dia mempunyai keunggulan
38
yang absolute dan mengimpor saja komoditi-komoditi lainnya. Krugman, Ibid Apa yang dimaksud dengan keunggulan yang absolute? Maksudnya seperti ini,
jika negara A dapat memproduksi kentang untuk 8 unit per tenaga kerja sedangkan negara B untuk komoditi yang sama hanya dapat memproduksi 4 unit
per tenaga kerja, sedangkan untuk komoditi lain misalnya gandum, negara A hanya dapat memproduksi 6 unit per tenaga kerja sedangkan untuk negara B dapat
memproduksi 12 unit per tenaga kerja, maka dapat disimpulkan bahwa negara A mempunyai keunggulan absolute dalam produksi kentang dibandingkan dengan
negara B, sedangkan negara B dapat dikatakan mempunyai keunggulan absolut dalam produksi gandum dibandingkan negara A. Perdagangan internasional yang
saling menguntungkan antara kedua negara tersebut jika negara A mengekspor kentang dan mengimpor gandum dari negara B, dan sebaliknya negara B
mengekspor gandum dan mengimpor kentang dari negara A. Teori perdagangan internasional yang lain diperkenalkan oleh David
Ricardo Anwar,1997:88. Teorinya dikenal dengan nama teori keunggulan komparatif. Berbeda dengan teori keunggulan absolute yang mengutamakan
keunggulan absolute dalam produksi tertentu yang dimiliki oleh suatu negara dibandingkan dengan negara lain, teori ini berpendapat bahwa perdagangan
internasional dapat terjadi walaupun satu negara tidak mempunyai keunggulan absolute
, asalkan harga komparatif di kedua negara berbeda. Ricardo berpendapat sebaiknya semua negara lebih baik berspesialisasi dalam komoditi-komoditi di
mana dia mempunyai keunggulan komparatif dan mengimpor saja komoditi- komoditi lainnya. Teori ini menekankan bahwa perdagangan internasional dapat
saling menguntungkan jika salah satu negara tidak usah memiliki keunggulan
39
absolute atas suatu komoditi seperti yang diungkapkan oleh Adam Smith, namun
cukup memiliki keunggulan komparatif di mana harga untuk suatu komoditi di negara yang satu dengan yang lainnya relative berbeda.
Walaupun ada
beberapa perbedaan pandangan mengenai perdagangan internasional, namun pada dasarnya keberadaan pandangan ekonomi klasik ini merupakan oposisi terhadap
teori-teori yang beraliran merkantilistik abad ke-17 dan 18. Kaum merkantilis pada pokoknya mengutamakan perdagangan luar negeri, di mana mereka berpikir
tipikal kapitalis yang keuntungannya datang dari membeli murah dan menjual mahal. Sedangkan tema pokok dalam ekonomi klasik adalah pembahasan tentang
laba dan sewa dalam dalam pengertian surplus yang datang dari produksi. Surplus itu sendiri nantinya akan masuk ke tangan para kapitalis atau pemilik tanah
sebagai tambahan untuk akumulasi modalnya. Ada cukup banyak kontroversi tentang model dari perbandingan
keuntungan dan penerapan untuk bisnis internasional, khususnya sebagai panduan untuk negara sukses dan atau perusahaan di pasar internasional. Persepsi ini dari
ketidak bergunaan model keunggulan komparatif telah mengakibatkan pakar bisnis internasional untuk mengembangkan model baru, atau apa yang disebut
kerangka kerja, untuk menganalisis potensi keberhasilan perusahaan dan atau negara di pasar internasional. Kerangka kerja yang dikenal sebagai model dari
keunggulan kompetitif.
a Comparative Advantage
Literatur tentang perdagangan internasional dan kebijakan berisi sejumlah alasan mengapa negara mungkin memiliki keuntungan dalam mengekspor
komoditas ke negara lain. Untuk kenyamanan, sebagian besar alasan ini dapat
40
diklasifikasikan menjadi : 1 teknologi superior, 2 sumbangan sumber daya, 3 pola permintaan, dan 4 kebijakan komersial. Teknologi Unggulan Adam Smith,
prinsip keuntungan absolut dan Ricardo prinsip Keunggulan komparatif, pada umumnya, didasarkan pada keunggulan teknologi dari satu negara atas negara lain
dalam memproduksi komoditas. keuntungan absolut mengacu pada negara yang memiliki produktivitas lebih tinggi mutlak atau menurunkan jumlah biaya dalam
memproduksi komoditas dibandingkan dengan negara lain. Namun, keuntungan mutlak dalam produksi sebuah komoditas adalah tidak perlu dan tidak cukup
untuk perdagangan yang saling menguntungkan. Sebagai contoh, negara mungkin mengalami kerugian mutlak dalam produksi semua komoditas dibandingkan
dengan negara lain, namun negara bisa memperoleh manfaat dengan terlibat dalam perdagangan internasional dengan negara-negara lain, karena relatif
komparatif keuntungan dalam produksi beberapa komoditas vis-a-vis negara- negara lain. Demikian pula, keunggulan absolut dalam produksi komoditi tidak
cukup, karena negara mungkin tidak relatif komparatif keuntungan dalam produksi komoditas itu.
Menurut Ricardo prinsip keunggulan komparatif tidak memerlukan produktivitas mutlak lebih tinggi tetapi hanya produktivitas relatif lebih tinggi
dalam memproduksi komoditas perdagangan. Model Ricardian mengasumsikan produktivitas konstan, karena hanya ada satu faktor produksi buruh, dan karena
itu konstan biaya yang mengarah untuk menyelesaikan spesialisasi. Sedangkan prinsip keunggulan komparatif David Ricardo menguraikan itu
dikemas dalam hal keunggulan teknologi, dengan prinsip, ketika diungkapkan dalam istilah membandingkan biaya peluang atau relatif harga barang dan jasa
41
antara negara cukup umum untuk mencakup berbagai situasi. Selanjutnya, meskipun penjelasan Ricardo keunggulan komparatif itu dalam hal statis,
keunggulan komparatif merupakan konsep dinamis. Keuntungan komparatif sebuah negara dalam produk dapat berubah dari waktu ke waktu karena perubahan
salah satu faktor penentu keuntungan komparatif termasuk sumbangan sumber daya, teknologi, pola permintaan, spesialisasi, praktek bisnis, dan kebijakan
pemerintah. kemampuan manusia juga dapat dianggap sebagai sumber daya. Negara-
negara dengan keterampilan manusia berlimpah relatif akan memiliki keunggulan komparatif lebih intensif dalam produk yang menggunakan keterampilan manusia.
Beberapa produk seperti elektronik memerlukan tenaga kerja terampil seperti teknisi, programer, desainer, dan profesional lainnya. produk tersebut dapat
memperoleh keuntungan komparatif di negara-negara seperti Taiwan, Singapura, Hong Kong mempuyai tenaga kerja yang relatif lebih baik dan terampil.
Keesing, 1966:54. Selain itu, Skala ekonomi dapat memberikan keunggulan komparatif
dengan menurunkan biaya produksi. Eksternal ekonomi yang beroperasi dengan menggeser biaya rata-rata perusahaan, sebenarnya dapat terjadi karena kebijakan
industri atau peran proaktif dari pemerintah dalam menyediakan infrastruktur yang lebih baik dan tenaga kerja terdidik atau terlatih. Skala ekonomi tersebut
sejalan dengan model Ricardian dan faktor proporsi model. Skala ekonomi internal dicapai melalui adanya sebuah pasar dan beberapa kebijakan
aksesibilitas terhadap pasar yang lebih besar di luar negeri juga berarti biaya produksi yang lebih rendah. Hal ini dapat meningkatkan atau menciptakan
42
keunggulan komparatif untuk industri.Venon,1966:81 Hipotesis Siklus Produk menekankan pentingnya sifat dan ukuran permintaan produk baru di negara-
negara industri. Perdagangan internasional, melalui alokasi sumber daya yang lebih baik,
meningkatkan pendapatan, tabungan, dan investasi, sehingga memungkinkan negara untuk mewujudkan pertumbuhan yang lebih tinggi. Selain itu, untuk
negara-negara berkembang, perdagangan dapat memungkinkan mereka untuk mentransformasi barang konsumsi dan bahan baku menjadi barang modal serta
keuntungan teknologi tahu bagaimana teknologi negara-negara maju.
b Competitive Advantage
Dalam sebuah artikel Neary,2003:4, berusaha untuk memajukan teori keunggulan komparatif dengan adanya ketidak sempurnaan pasar untuk
pemahaman umum keunggulan kompetitif dalam ekonomi. Perbandingan keuntungan secara luas diyakini untuk menjadi kunci
penentu produksi dan pola perdagangan internasional, tapi biasanya non-ekonom berpikir sebaliknya. Sesuatu yang harus dilakukan dengan pasar yang kompetitif
lebih kepada hambatan lebih rendah atau hanya sejumlah besar perusahaan dapat memberikan suatu industri keuntungan dalam bersaing dengan pesaing asing.
Berlainan dengan itu keunggulan kompetitif adalah sinonim untuk keuntungan absolute
, beberapa kebijakan superioritas seperti pajak yang lebih rendah atau fleksibilitas pasar tenaga kerja lebih besar yang mengurangi biaya untuk semua
sektor. Sebuah pendekatan yang berbeda untuk memahami keuntungan kompetitif, dicontohkan oleh Porter pada tahun
1990, adalah dengan
43
menggunakan studi kasus untuk mengidentifikasi faktor, yang mendorong perusahaan negara untuk mencapai pasar saham dunia yang tinggi di industri
mereka. Untuk sebagian besar, ekonom mengabaikan pendekatan Porter atau menganggapnya sebagai sekadar penyajian kembali keunggulan komparatif
Warr, 1994:14 Setelah pembangunan Porter dari konsep keunggulan kompetitif, litelatur
produktif telah menjamur pada subjek Hoffman, 2000:4 dan referensi di dalamnya untuk dikutip. Namun, tidak ada suara bulat pada makna dan sumber
keunggulan kompetitif. Porter,1985:96 Porter menekankan daya saing di tingkat perusahaan dalam hal kompetitif sebagai strategi biaya rendah dan diferensiasi
produk. Namun, dia mendeskripsikan daya saing tidak memerlukan definisi konseptual formal. Seperti yang dicatat oleh Cho Cho,1998:1
Mengembangkan sebuah
definisi keuntungan
kompetitif yang
berkelanjutan berdasarkan Barney bersama-sama dengan arti masing-masing kamus istilah sebagai sebuah keuntungan kompetitif
adalah manfaat
berkepanjangan menerapkan beberapa nilai untuk menciptakan strategi tidak secara simultan dilaksanakan oleh setiap atau potensi pesaing saat ini sepanjang
dengan ketidakmampuan
untuk menduplikasi
manfaat dari
strategi. Barney,1991:17
Definisi ini menekankan daya saing dari suatu perusahaan berdasarkan faktor-faktor spesifik perusahaan dan dengan demikian mengabaikan aspek makro
keunggulan komparatif. Sejumlah penulis pada keunggulan kompetitif yang telah difokuskan pada penentu atau sumber keunggulan kompetitif seperti atribut
penting dari perusahaan yaitu nilai, ketidakmampuan untuk ditiru, dan
44
ketidakmampuan untuk diganti Barney,Ibid potensi sumber daya penting diklasifikasikan sebagai keuangan, fisik, hukum, manusia, organisasi, informasi,
dan rasional Hunt dan Morgan, 1995:59
Kerangka Pemikiran
Dalam bagan kerangka pemikiran diatas bisa dilihat korelasi antara ekonomi Cina dan ekonomi AS yang bersaing dalam perdagangan internasional,
sehingga melalui perdagangan internasional itu bisa dilihat gross domestic product
GDP dari masing-masing negara, AS melihat bahwa GDP Cina mengalami peningkatan secara konstan dan bahkan menigkata dalam setiap
tahunnya, sehingga AS merasa khawatir jika peningkatan ekonomi Cina ini terus dibiarkan meningkat maka akan mengancam legitimasi AS sebagai negara super
power dunia, oleh sebab itu AS mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk menghambat laju pertumbuhan ekonomi Cina.
D. Metode Penelitian
Penulisan penelitian memerlukan cara pemecahan bagi masalah-masalah yang dihadapi. Adapun arti dari metode itu sendiri diambil dari bahasa Yunani
yaitu metodos adalah cara atau jalan, sehubungan dengan upaya ilmiah maka Ekonomi Cina
Kebijakan
Ekonomi Amerika Serikat
Perdagangan Internasional
GDP
45
metode menyangkut mengenai cara kerja, yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Koentjaraningrat, 1973 :
15 Adapun teknik pengumpulan data dalam penulisan penelitian ini penulis
menggunakan data kualitatif, dimana penulis akan menjelaskan permasalahan berdasarkan fakta-fakta dan data yang diperoleh. Angka-angka statistik hanya
digunakan sebagai penunjang dari fakta-fakta yang dipaparkan yang diperoleh melalui kepustakaan, dimana konsep-konsep data yang relevan dengan pokok
masalah dimbil dari sumber-sumber kepustakaan, seperti buku-buku, majalah, jurnal-jurnal berkala, koran, media elektronik serta laporan–laporan lainnya.
Karena penulisan ini bersifat deskriftif, yaitu dengan metode penulisan penelitian yang dilakukan dengan cara menggambarkan, menyusun menganalisa
suatu pembahasan melalui kepustakaan, maka penelitian bermula dari hal-hal yang bersifat umum disarikan dengan mengumpulkan, menyusun dan
menginterpresentasikan data yang ada. Data yang telah ada tersebut di klasifikasikan sesuai dengan pembahasan skripsi ini.
Dengan metode seperti ini diharapkan dapat dipelajari lebih dalam mengenai Kebijakan “Open Door Policy” yang dijalankan di Cina sejak tahun
1979 sampai saat ini yang membawa keberhasilan Cina dalam bidang ekonomi dan diharapkan dapat menganalisa pengaruh yang ditimbulkan terhadap
perubahan kebijakan politik luar negeri AS, dan melihat bagaimana hubungan kedua negara dimasa yang akan datang.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian