Sonic log HASIL DAN PEMBAHASAN

58 timer kedua receiver dikurangkan receiver 2 dikurangi receiver 1 kemudian hasilnya di display pada lcd 16x2 Gambar 4.2. Gambar 4.2. Tampilan interval transit time Mikrokontroller yang digunakan yaitu jenis ATmega 16 dan di program menggunakan bahasa C pada software Code Vision AVR, listing program secara lengkap ditunjukkan pada Lampiran 2. Mengingat frekuensi kerja pada rangkaian osilator harus di sesuaikan dengan respon dan sensitivitas dari sensornya. Maka untuk mendapatkan frekuensi kerja yang efektif dilakukan pengujian alat dengan menentukkan jarak antara kedua receiver dengan transmitter tidak terlalu jauh. Rangkaian osilator yang dibuat tidak semata-mata menghasilkan frekuensi 40 kHz dikarenakan kombinasi RC pada rangkaian harus di sesuaikan dengan komponen yang ada di pasaran. Setelah dilakukan beberapa tahapan maka didapat range frekuensi antara 33- 42 kHz. Kemudin dilakukan pengujian untuk mengambil data frekuensi yang efektif dengan jumlah pulsa yang sama yaitu 6 pulsa LCD ATMEGA 16 59 Tabel 4.1. Pengujian frekuensi efektif Pengujian Frekuensi KHz Amplitude mV 1.

2. 3.

4. 5.

6. 7.

8. 9.

10 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 221 890 1016 1343 1454 1500 1356 795 241 113 Dapat dilihat grafik pulsa ultrasonik yang efektif terhadap tingginya tegangan amplitude sebagai berikut : Gambar 4.3. Grafik frekuensi efektif 60 Dari pengujian yang dilakukan maka di dapat frekuensi efektif sebesar 38,8 kHz, dengan jarak transmisi pada media yaitu 5 cm dan jarak antara receiver 1 dan receiver 2 terhadap transmitter masing-masing 10 dan 17 cm.

4.2. Pengujian Rangkaian

Fungsi kerja alat ini harus melalui beberapa tahap pengujian dan analisa, hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan respon yang baik dari kedua receiver. Analisa awal yaitu dengan melihat bentuk gelombang osilator yang dibuat. Setelah dilakukan pengujian maka didapat bentuk gelombang kotak dari osiloskop dengan frekuensi sekitar 38,8 kHz. Dapat dilihat pada Gambar 4.4. Gambar 4.4. Bentuk gelombang osilator. 61 Setelah mendapatkan bentuk gelombang osilator untuk transmitter, selanjutnya dilakukan pengujian respon gelombang dua receiver. Sinyal pada kedua receiver tersebut dikuatkan dengan menggunakan rangkaian penguat Op- Amp dengan penguatan 1000 kali dari tegangan awal. Dan diketahui bahwa tegangan awal kedua receiver sebelum dikuatkan sebesar 4,5 mV setelah dikuatkan menjadi 4,5 volt. Pada penguatan ini sinyal dibawa kembali ke bentuk pulsa gelombang kotak dengan level tegangan 4,5 volt. Untuk pengujian respon kedua receiver pulsa ditrasmisikan secara kontinu dan diberi gangguan atau penghalang pada jarak tertentu maka akan terjadi penurunan amplitude pada pulsa yang diamati. Dapat dilihat pada Gambar 4.5. Gambar 4.5. Pulsa kedua receiver Pulsa yang ditransmisikan kemudian di picu menggunakan mikrokontroller dengan mengirimkan sejumlah pulsa yang dihasilkan osilator. Pada osilator pulsa 38-40 KHz lebar pulsa 12,5 µs atau 50 µs untuk satu getaran. Jika pulsa yang dikirim adalah 6 pulsa maka mikrokontroller di set 300 µs untuk R1 R2 62 setiap satu kali transmisi dan delay yang di sesuaikan dengan respon yang diterima oleh kedua receiver yaitu sebesar 2000 µs . Pulsa triger mikrokontroller active low ditunjukkan oleh gambar 4.6. Gambar 4.6. Pulsa Aktif low mikrokontroller Pulsa yang dihasilkan oleh mikrokontroller merupakan pulsa active low dimana ketika memicu rangkaian osilator akan active jika diberi pulsa 0 dari mikrokontroller. Setelah dipicu maka pulsa yang ditransmisikan akan berbentuk paket pulsa seperti pada Gambar 4.7. Gambar 4.7. Pulsa Transmisi