BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Tinjauan Teoritis
1. Pengembangan Kompetensi Guru
a. Pengertian Kompetensi Guru
Sebelum membahas lebih dalam mengenai kompetensi guru, penulis terlebih dahulu akan mengangkat beberapa literature mengenai arti dari
profesi itu sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari sering terdengar istilah profesi atau profesional. “Seseorang mengatakan bahwa profesinya sebagai
seorang dokter, yang lain mengatakan bahwa profesinya sebagai arsitek, atau ada pula sebagai pengacara, guru, dan lain sebagainya”.
3
Bila diamati dengan cermat bermacam-macam profesi tersebut, belum dapat dilihat dengan jelas apa yang merupakan kriteria bagi suatu pekerjaan
sehingga dapat disebut suatu profesi itu. Kebanyakan kita mengatakan bahwa mengajar itu adalah suatu profesi, sebenarnya apakah yang dimaksud dengan
profesi dan kriteria yang harus dipenuhi agar suatu jabatan dapat disebut suatu profesi.
Menurut Ornstein dan Levine 1984, sebagaimana yang dikutip oleh Soetjipto dan Raflis Kosasi dalam bukunya “Profesi Keguruan” menyatakan
3
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, Cet. Ke-2, h. 14
bahwa profesi itu adalah jabatan yang sesuai dengan pengertian profesi di bawah ini:
1 Melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksakan
sepanjang hayat tidak berganti-ganti pekerjaan 2
Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu diluar jangkauan khalyak ramai tidak setiap orang dapat melakukannya.
3 Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek.
4 Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri.
5 Mempunyai kode etik untuk mejelaskan hal-hal yang meragukan
atau menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.
6 Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan
kepercayaan diri setiap anggotanya. 7
Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi bila dibanding dengan jabatan lainnya.
4
Sedangkan menurut Peter Salim 1982 yang telah diterjemahkan oleh Muhamad Nurdin mengatakan bahwa “Profesi merupakan suatu bidang
pekerjaan yang berdasarkan pada pendidikan keahlian tertentu”.
5
Adapun pendapat dari Sikun Pribadi 1991:1 yang dikutip oleh Muhamad Nurdin,
mengatakan bahwa “Profesi pada hakikatnya merupakan suatu pernyataan bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau
pekerjaan, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu”.
6
Selain itu, Kenneth Lynn 1965:67 memberikan definisi profesi sebagai berikut: “A profession delivers esoteric service based on esoteric
4
Ibid., h. 15-16
5
Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, Yogyakarta: Prismaso PHIE, 2004, Cet. Ke-1, h. 119-120
6
Ibid., h. 120
knowledge systematically formulated and applied to the need of a client” suatu profesi yang menyajikan jasa dengan berdasarkan pada ilmu
pengetahuan yang dipahami oleh orang tertentu secara sistematik yang diformulasikan dan diterapkan untuk memenuhi kebutuhan klien.
7
Didalam bukunya “Guru Profesional dan implementasi kurikulum” Syafruddin Nurdin
mengatakan bahwa “Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi oleh pendidikan keahlian keterampilan, kejuruan dan sebagainya tertentu”.
8
Dari berbagai pengertian profesi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam profesi digunakan teknik dan prosedur intelektual yang harus
dipelajari secara sengaja, sehingga dapat diterapkan untuk kemaslahatan orang lain. Selain itu, dari gambaran pengertian profesi diatas juga menimbulkan
makna, bahwa profesi yang disandang oleh tenaga kependidikan atau guru, adalah sesuatu pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan,
kemampuan dan ketelatenan untuk menciptakan anak memiliki perilaku sesuai dengan yang diharapkan.
Profesi sebagai seorang guru bukanlah pekerjaan yang mudah, seperti yang dibayangkan oleh sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi
dan menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat dikategori sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru
yang profesional mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan
7
Ibid., h. 121
8
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: Quantum Teaching, 2005, Cet. Ke-1, h. 13
khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, perlu adanya syarat atau kriteria-kriteria yang harus dipenuhi
oleh suatu pekerjaan agar dapat disebut sebagai profesi. Menurut Sardiman 1994:131 yang mengutip pendapat Wolver,
sebagaimana yang diterjemahkan oleh Muhamad Nurdin dalam bukunya “Kiat Menjadi Guru Profesional”, mengatakan bahwa suatu pekerjaan disebut
profesi apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: 1
Memiliki spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas, maksudnya memeliki pengetahuan umum dan keahlian yang khusus.
2 Merupakan karier yang dibina secara organisatoris, maksudnya adanya
keterkaitan dalam suatu organisasi profesional, memiliki otonomi jabatan, kode etik, serta merupakan karya bakti seumur hidup.
3 Diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang mempunyai status
profesional dan memperoleh perlindungan hukum.
9
Sedangkan menurut Rochman Natawidjaya yang dikutip oleh Syafruddin Nurdin, mengemukakan beberapa kriteria sebagai ciri suatu
profesi, yaitu: 1
Ada standar kerja yang baku dan jelas. 2
Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya dengan program dan jenjang pendidikan yang baku serta memiliki
standar akademik yang memadai dan yang bertanggung jawab tentang pengembangan ilmu pengetahuan yang melandasi profesi
itu.
9
Muhamad Nurdin, Op. Cit. h. 123
3 Ada organisasi yang mewadahi para pelakunya untuk
mempertahan-kan dan memperjuangkan eksistensi dan kesejahteraannya.
4 Ada etika dan kode etik yang mengatur perilaku para pelakunya
dalam memperlakukan kliennya. 5
Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku. 6
Ada pengakuan masyarakat profesional, penguasa dan awam terhadap pekerjaan itu sebagai suatu profesi.
10
Sedangkan menurut Glenn Langford yang telah diterjemahkan oleh Martinis Yamin dalam bukunya “Profesionalisasi Guru dan Implementasi
KBK”, mengatakan bahwa kriteria suatu profesi mencakup: 1
Upah 2
Memiliki pengetahuan dan keterampilan 3
Memiliki rasa tanggung jawab dan tujuan 4
Mengutamakan layanan 5
Memiliki kesatuan 6
Mendapat pengakuan dari orang lain atas pekerjaan yang digelutinya.
11
Dari berbagai penjelasan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa jabatan profesional harus sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah
dikemukakan di atas, sehingga tindakan seorang guru tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang telah disepakati bersama. Hal ini membuktikan bahwa
untuk menjadi seorang guru tidaklah mudah, apalagi menjadi seorang guru yang profesional.
10
Syafruddin Nurdin, Op. Cit. h. 15-16
11
H. Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru Implementasi KBK, Jakarta: Gaung Persada Press, 2006, Cet. Ke-1, h. 14
Pengertian dasar kompetensi competency adalah kemampuan atau kecakapan. “Padanan kata yang berasal dari bahasa inggris ini cukup banyak
dan yang lebih relevan dengan pembahasan ini ialah kata proficiency dan ability yang memiliki arti kurang lebih sama yaitu kemampuan”.
12
Hanya, proficiency lebih sering digunakan orang untuk menyatakan kemampuan
berperingkat tinggi. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia WJS. Purwadarminta
“Kompetensi berarti kewenangan kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal.”
13
Menurut Broke and Stone 1975 sebagaimana yang telah diterjemahkan oleh Uzer Usman menyatakan bahwa “Kompetensi merupakan
gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat penting.”
14
Sedangkan menurut W. Robert Houston yang telah diterjemahkan oleh Roestiyah N.K mengartikan kompetensi sebagai “Suatu tugas yang memadai,
atau pemilihan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dtuntut oleh seseorang.”
15
12
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002, Cet. Ke-7, h.229
13
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Rosda Karya, 2005, Cet. Ke-17, h. 14
14
Ibid.,
15
Roestiyah, N.K, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: PT Bina Aksara, 1989, Cet. Ke-3, h.4
Dengan gambaran pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam
melaksanakan profesi keguruannya. Menurut pandangan tradisional, guru adalah “seorang yang berdiri di
depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan Roestiyah, 1982:182”.
16
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1991, guru diartikan sebagai “Orang yang pekerjaannya mata pencahariannya
mengajar.”
17
Menurut Balnadi Sutadipura yang dikutip oleh Syafruddin Nurdin dalam bukunya “Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum”
mengungkapkan bahwa guru adalah orang yang layak digugu dan ditiru.
18
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, guru adalah “Seorang yang mempunyai gagasan yang harus diwujudkan untuk kepentingan anak
didik, sehingga menunjang hubungan sebaik-baiknya dengan anak didik, sehingga menjunjung tinggi, mengembangkan dan menerapkan keutamaan
yang menyangkut agama, kebudayaan dan keilmuan 1985:65”.
19
Menurut Mc Loed, yang dikutip oleh Muhibbin Syah dalam bukunya “Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru” mengungkapkan bahwa
16
Syafruddin Nurdin, Op. Cit. h. 6
17
Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 222
18
Syafruddin Nurdin, Loc. Cit.
19
Ibid., h. 7
“Teacher is a person whose occupation is teaching others.”
20
Artinya guru adalah seorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.
Ngalim Purwanto mengartikan bahwa guru adalah “Orang yang pernah memberikan sesuatu ilmu atau kepandaian tertentu kepada seseorang
atau kelompok, misalnya guru silat, guru ngetik, guru tari dan lain-lain.”
21
Berdasarkan sejumlah sumber tersebut di atas, dapatlah disimpulkan bahwa seorang guru bukan hanya sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada
murid-muridnya atau menurut Soepardjo Adikusumo “mengecer informasi dengan menjaja-jajakannya di depan kelas. Akan tetapi, dia seorang tenaga
profesional yang dapat menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan, menganalisis dan menyimpulkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian,
seorang guru hendaklah bercita-cita tinggi, berpendidikan luas, berkepribadian kuat dan tegar serta berprikemanusiaan yang mendalam”.
22
Melihat pendapat para ahli di atas tentang pengertian guru pendidik dapat diambil kesimpulan bahwa seseorang bisa dikatakan guru oleh orang
lain, karena ia telah memberikan ilmunya terhadap orang lain dan bisa bermanfaat untuk orang tersebut, dan dia guru tidak mengharapkan balasan
apapun kecuali ilmu yang telah diberikan bisa bermanfaat bagi didrinya maupun orang lain murid dan masyarakat.
20
Muhibbin Syah, Loc. Cit.,
21
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidkan Teoritis Dan Praktis, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001, Cet. Le-13, h. 138
22
Syafruddin Nurdin, Loc. Cit.
Di dalam bukunya “Menjadi Guru Profesional” Uzer Usman mengungkapkan bahwa kompetensi guru merupakan “kemampuan dan
kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya.”
23
Artinya bahwa guru yang piawai dalam melaksanakan profesinya dapat disebut guru
yang kompeten dan profesional. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Saman bahwa “Seseorang
dikatakan berkompeten dalam bidang tetentu apabila orang tersebut menguasai kecakapan kerja atau keahlian sesuai dengan tuntutan bidang yang
bersangkutan, dengan demikian ia mempunyai kewenangan dalam pelayanan sosial.”
24
Menurut Barlow 1985 sebagaimana yang telah diterjemahkan oleh Muhibbin Syah menyatakan bahwa “Kompetensi guru merupakan
kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.”
25
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan dasar yang
seharusnya dimiliki setiap guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan kewajibannya secara baik dan bertanggung jawab sehingga kegiatan belajar
mengajar dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.
23
Moh. Uzer Usman, Loc. Cit.,
24
Saman. A, Profesionalisme Keguruan, Yogyakarta: Kanisius, 1994, Cet. Ke-1, h.94
25
Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 229
b. Jenis-jenis Kompetensi Guru