Upaya Kepala Sekolah Dalam Pengembangan Kompetensi Guru Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran Di SMP Al-Huda Kebun Jeruk

(1)

UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU UNTUK MENINGKATKAN MUTU

PEMBELAJARAN

DI SMP Al-HUDA KEBON JERUK

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd )

Oleh: MARIA ULFA

104018200672

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H/2009 M


(2)

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI Bismillahirrohmanirrohim…

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Maria Ulfa

Nim : 104018200672

TTL : Jakarta, 30 Mei 1986

Jurusan/Prodi : KI- Manajemen Pendidikan

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul Skripsi : Upaya Kepala Sekolah Dalam Pengembangan Kompetensi Guru Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran Di SMP Al-Huda Kebon Jeruk. Dosen Pembimbing : 1. Dra. Yefnelty, Z. M,Pd.

2. Dra. Manerah. Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya sendiri maka

saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 Juni 2009 Penulis

MARIA ULFA Nim. 104018200672


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan alam Nabi Muhammad saw, yang telah membawa umat manusia menuju jalan kebenaran, Amien…..

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari, tentunya tidak luput dari bantuan dan partisipasi berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dra. Yefnelty. Z. M.Pd, ketua jurusan Kependidikan Islam, serta pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan memberikan ilmunya dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Mu’arif Syam, M. Pd, sekretaris jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Dra. Manerah, dosen pembimbing II yang tak berhenti memberikan

saran produktif dan kritik membangun dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Bapak Drs. H. Nurrochim, MM, dosen penasehat akademik

6. Bapak dan Ibu dosen jurusan Kependidikan Islam program studi Manajemen Pendidikan, atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan selama penulis kuliah.

7. Ibu Dra. Nur Azizah, Kepala Sekolah SMP Al-Huda Kebon Jeruk, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang dipimpin beliau.

8. Bapak dan Ibu guru serta seluruh staff SMP Al-Huda Kebon Jeruk, terima kasih atas kesempatan dan informasi yang telah diberikan selama penulis melakukan penelitian.


(4)

9. Pengelola perpustakaan utama dan perpustakaan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas buku-bukunya yang telah dipinjamkan kepada penulis sebagai pedoman dalam kajian teori yang penulis susun dalam skripsi ini.

10.Almarhum Ayahanda tercinta, Bpk. H. Abdul Majid dan Ibunda Hj. Sa’anah, yang telah berjuang tanpa mengenal lelah untuk mengasuh, mendidik, mendo’akan dan berkorban baik moril maupun materil. Terima kasih atas semua jasa-jasa beliau. RobbigfirliiWaliwalidayyaa WarhamhumaKamaaRobbayaaniisoghiiro……

11.Kedua kakak (Mamai dan Rini) dan adik (Dicky) tersayang, terima kasih atas semua dukungan yang diberikan kepada penulis.

12.Semua teman-teman seperjuangan jurusan Kependidikan Islam Manajemen Pendidikan angkatan 2004, khususnya E. Sri Nurhilmy, Iin Mutmainnah, Rani sofiani, Nani Mayadianti yang selalu kompak dan semangat baik dalam suka maupun duka, serta teman-teman BIASS 2004 yang selalu menyemangati penulis untuk terus berjuang. I Miss You All....

Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas amal baik mereka. Amin…………

Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umunya bagi pembaca sekalian.

Wassalamualaikum wr.wb.

Jakarta, 26 Juni 2009

MARIA ULFA


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. HAKEKAT KEPALA SEKOLAH 1. Pengertian Kepala Sekolah ... 9

2. Tugas dan Tanggungjawab Kepala Sekolah ... 11

3. Fungsi Kepala Sekolah... 11

4. Indikator Kinerja Kepala Sekolah ... 13

B. PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU 1. Pengertian Kompetensi Guru ... 14

2. Macam-macam Kompetensi Guru ... 16

3. Konsep Pengembangan Kompetensi Guru ... 19

4. Indikator Kompetensi Guru ... 23

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi ... 24

C. MUTU PEMBELAJARAN 1. Pengertian Mutu Pembelajaran ... 25

2. Upaya Peningkatan Mutu Pembelajaran ... 28

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mutu Pembelajaran .. 30


(6)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian ... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sampel ... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Teknik Pengolahan Data ... 35

F. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 35

G. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 44

B. Analisis dan Interpretasi Data ... 44

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 61


(7)

DAFTAR TABEL

1 : Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 36 2 : Dimensi I: Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan . 44 3 : Dimensi II: Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan ... 46 4 : Dimensi III: Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran

sesuai dengan bidang studi yang diajarkan... 47 5 : Dimensi IV: Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai

metodologi dan strategi pembelajaran... 48 6 : Dimensi V: Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar ... 49 7 : Dimensi VI: Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi

Pembelajaran ... 51 8 : Dimensi VII: Kemampuan dalam menyusun program

pembelajaran ... 52 9 : Dimensi VIII: Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur

penunjang ... 53 10 : Dimensi IX : Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan

berfikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja ... 54 11 : Rekapitilasi Prosentase Upaya Kepala Sekolah dalam

Pengembangan Kompetensi Guru untuk Meningkatkan Mutu


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

1 : Data Hasil Angket Guru Setiap Dimensi ... 63

2 : Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ... 64

3 : Hasil Wawancara Kepala Sekolah ... 65

4 : Angket Penelitian Guru ... 68

5 : Surat Pengajuan Proposal Skripsi ... 73

6 : Surat Permohonan Izin Penelitian ... 74

7 : Surat Bimbingan Skripsi ... 75

8 : Surat Keterangan Penelitian ... 76

9 : Berita Acara Ujian Komprehensif ... 77

10 : Daftar Referensi ... 78


(9)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Upaya Kepala Sekolah dalam Pengembangan Kompetensi Guru Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di SMP Al-Huda Kebon Jeruk”, dimaksudkan untuk mengetahui bagaimanakah upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam pengembangan kompetensi guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Dan kompetensi yang dimaksud dalam pengembangan ini yaitu kompetensi profesional guru dalam pembelajaran yang meliputi beberapa kemampuan yang berhubungan dengan kecakapan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang diantaranya meliputi: Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan, pemahaman dalam bidang psikologi kependidikan, kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkan, kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran, kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar, kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran, kemampuan dalam menyusun program pembelajaran, kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang, serta kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berfikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja

Kompetensi profesional ini merupakan kompetensi yang sangat penting, sebab langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Oleh karena itu, tingkat keprofesionalan seorang guru dapat dilihat dari kompetensi profesionalnya.

Pengembangan kompetensi guru merupakan suatu keharusan yang perlu dilakukan oleh semua pihak sekolah guna meningkatkan kualitas guru dan kualitas pembelajaran yang dilakukan di sekolah tersebut. Tujuan ini dimaksudkan agar sekolah mampu memberdayakan tenaga pendidik yang berkualitas tinggi dan terjamin mutunya.

Pengembangan kompetensi menjadi hal yang penting untuk dilakukan dalam membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kualitas pembelajaran dengan mutu terbaik. Selain itu program pengembangan kompetensi akan membawa keuntungan bagi lembaga pendidikan itu sendiri, karena dapat menciptakan tenaga-tenaga pendidik yang professional serta berkompetensi pada bidangnya masing-masing.


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, dan kualitas sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Oleh karena itu pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan pendidikan suatu bangsa.

Pada saat ini, persoalan guru di Indonesia adalah terkait dengan masalah-masalah kualifikasi yang rendah, pembinaan yang terpusat, perlidungan profesi yang belum memadai dan persebarannya yang tidak merata sehingga menyebabkan kekurangan guru di beberapa lokasi. Segala persoalan guru tersebut timbul oleh karena adanya berbagai sebab dan masing-masing saling mempengaruhi.

Permasalahan guru di Indonesia tersebut baik secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan masalah mutu kompetensi guru yang masih belum memadai. Padahal sudah sangat jelas hal tersebut ikut menentukan mutu pendidikan nasional. Mutu pendidikan nasional yang rendah, salah satu penyebabnya adalah mutu guru yang rendah. Permasalahan guru di Indonesia harus diselesaikan secara komprehensif menyangkut semua aspek terkait yaitu kesejahteraan, kualifikasi, pembinaan, perlindungan profesi, dan administrasi guru.

Kompetensi guru hingga kini pun masih banyak dipertanyakan orang, baik di kalangan pakar pedidikan maupun diluar pakar pendidikan. Bahkan hampir setiap hari, media masa khususnya media masa cetak baik harian maupun mingguan memuat berita tentang guru, berita-berita tersebut ironisnya banyak yang cenderung melecehkan posisi guru, baik yang sifatnya menyangkut kepentingan umum sampai kepada hal-hal yang sifatnya sangat pribadi, sedangkan dari pihak guru sendiri nyaris tak mampu membela diri.


(11)

Masalah mutu pendidikan hingga saat ini masih menjadi suatu problematika yang bersifat umum, karena pada saat orang membicarakan mutu pendidikan tidak kelihatan dengan jelas ukuran mutu yang sebenarnya. Ada yang merisaukan ukuran mutu karena mengetahui keterbatasan pengetahuan siswa tentang suatu bidang pelajaran, karena melihat kemampuan membaca dan menulis para pelajar, karena melihat rendahnya disiplin sosial generasi muda. Oleh karena itu, menyadari pentingnya mutu dalam pendidikan maka dipandang perlu oleh setiap lembaga pendidikan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidiknya yaitu guru. Mengingat posisi guru dalam suatu lembaga pendidikan sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan kualitas anak didik. Untuk itu kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus membina dan mengembangkan secara khusus kompetensi guru dengan tujuan agar mereka termotivasi untuk kreatif, imajinatif dan progresif, sehingga siswa yang di didik menjadi berkualitas, dan berguna bagi lingkungan masyarakat dimana ia tinggal, maupun bagi nusa dan bangsa.

Guru yang memiliki kompetensi menjadi dambaan setiap siswa dan akan berakibat tinggi rendahnya mutu pendidikan di lembaga pendidikan tersebut. Namun kenyataan kini, banyak guru yang belum melengkapi berbagai kompetensi yang dituntut, sehingga dalam pelaksanaan belajar mengajar berakibat rendahnya kualitas pendidikan. Oleh karena itu wajar saja kalau saat ini pendidikan mengahadapi persoalan mutu.

Masalah guru senantiasa mendapat perhatian yang serius, baik oleh pemerintah maupun masyarakat pada umumnya dan oleh ahli pendidikan khususnya. Mengingat bahwa guru merupakan media yang sangat penting artinya dalam kerangka pembinaan dan pengembangan bangsa. Mengenai pengembangan kompetensi guru juga diperkuat oleh adanya undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen sebagaimana yang tercantum pada pasal 34 tentang pembinaan dan pengembangan, dimana pembinaan dan pengembangan kompetensi guru tersebut merupakan hal yang wajib dilakukan baik oleh pemerintah atau pemerintah daerah pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat. Mengingat guru merupakan


(12)

ujung tombak dalam pendidikan, karena peranan guru sangat mempengaruhi terhadap peningkatan mutu pendidikan itu sendiri.

Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, dijelaskan bahwa ” kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas kprofesionalan”.1 Dan kompetensi yang harus dimiliki sebagai agen pembelajaran jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.2

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Untuk menjadi guru tidak mudah, diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional yang harus menguasai betul seluk beluk pendidikan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui massa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.3

Oleh karena itu untuk meningkatkan kompetensi guru, kepala sekolah sabagai pemimpin hendaknya dapat mengembangkan kompetensi para gurunya agar mutu pengajaran yang dilakukan dapat dicapai sesuai dengan tujuan pendidikan. Tidak semua guru dapat melakukan pekerjaan yang ditekuni dengan profesional, hal ini dikarenakan kurangnya pembinaan dan pengembangan kompetensi terhadap para guru, dan semua itu diharapkan dapat meningkatkan mutu pengajaran sehingga mutu pendidikan pun dapat dicapai dengan baik. Karena bermutu tidaknya suatu sekolah atau lembaga pendidikan sangat tergantung pada kualitas tenaga pendidik yaitu guru. Kualitas tenaga pendidik dapat menjadi salah satu penyebab kualitas out put sekolah. Mutu tenaga pendidik merupakan faktor utama dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan yang pada gilirannya akan sangat mempengaruhi kemajuan masyarakat yang menjadi supra sistem sekolah.

1

Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, (Bandung: Fokus Media), h.4.

2

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: CV. Eko Jaya, 2005), h. 26.

3

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Rosda karya, 2005), cet ke -17, h, 5


(13)

Untuk itu pengembangan kompetensi guru perlu dilakukan agar guru selalu memiliki sikap terbuka dan mengikuti perkembangan baru dalam bidang pendidikan. Pada dasarnya pengembangan kompetensi guru yang dilakukan adalah untuk menambah keterampilan dan merubah sikap yang dapat membangkitkan semangat untuk bekerja.

Dari uraian tersebut jelaslah bahwa kompetensi guru merupakan hal penting yang harus dimiliki, sehingga harus selalu dikembangkan sesuai dengan tuntutan di bidang pendidikan, agar guru memiliki pengetahuan, kecakapan, dan keahlian sebagaimana diharapkan. Pengembangan kompetensi guru ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang dilakukan guru, yang pada gilirannya akan mempengaruhi mutu pendidikan itu sendiri.

Demikian penting pengembangan kompetensi terhadap guru, namun kadang oleh tidak adanya komunikasi yang baik antara guru dan kepala sekolah sehingga timbul rasa kurang diperhatikan dari pihak guru oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.

Mengenai SMP Al-Huda, sekolah ini telah berdiri sejak tahun 1986, dimana sekolah tersebut berada dibawah naungan yayasan Al-Huda. SMP Al-Huda bertempat di jalan Raya Kebon Jeruk Jakarta Barat, dan didirikan oleh beberapa masyarakat setempat salah satunya yaitu H. Abdul Hamid Halimun (Almarhum). Kemudian sekolah ini diketuai oleh H. Abdul Rasyid Hamid, S.E, M.Si. Pendirian SMP Al-Huda ini tidak hanya didasarkan pada upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang berada disekitar sekolah tersebut saja, namun keberadaan SMP Al-Huda ini juga sebagai salah satu usaha umat Islam untuk menyampaikan pendidikan Islam sedini mungkin untuk perkembangan kehidupan jasmaniah dan rohaniah sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan, serta untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai betapa pentingnya arti sebuah pendidikan.

Adapun Visi sekolah ini yaitu unggul dalam disiplin dan berkualitas berlandaskan iman dan takwa. Dengan Misi melaksanakan pembelajaran yang berkualitas dan bimbingan secara efektif sesuai potensi yang dimiliki,


(14)

menumbuhkan semangat keunggulan dan bermanfaat bagi seluruh warga sekolah, serta menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama secara utuh.

Dalam perkembangannya SMP Al-Huda terbilang cukup baik dari tahun ke tahun, hal ini dapat terlihat secara kuantitas maupun kualitas sekolah ini yang semakin terus meningkat. Secara kuantitas, siswa SMP Al-Huda terus meningkat dan bertambah jumlahnya sampai tahun pelajaran 2008/2009 ini. Sedangkan secara kualitas dari tahun ketahun sekolah ini pun terus meningkat, baik kualitas hasil pembelajaran maupun kualitas ekstrakurikulernya.

Kemudian dilihat dari kualitas dan kuantitas tenaga kependidikannya baik guru, staf, dan lain sebagainya sekolah ini memiliki perkembangan yang cukup baik. Ini terlihat dari kompetensi yang dimiliki ketika proses pembelajaran di sekolah sedang berlangsung. Namun kompetensi-kompetensi yang dimiliki guru-guru tersebut masih perlu ditingkatkan dan dikembangkan. Karena dilihat dari berbagai bentuk perubahan dan perkembangan sains dan teknologi yang terjadi saat ini, menuntut bagi para pendidik untuk lebih mengembangkan kompetensi yang ada. Dan bukan sesuatu hal yang tidak mungkin jika kualitas sekolah tersebut akan menurun suatu saat, jika pembangunan di internal sekolah itu sendiri tidak dilakukan. Dan pengembangan yang dilakukan terhadap para pendidik tersebut berguna untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan di masa yang akan datang.

Untuk itulah, pendidik dituntut untuk terus berupaya meningkatkan kualitas dan kompetensinya, yang tentunya semua itu merupakan tanggung jawab diri pendidik itu sendiri. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan mengikuti program pendidikan dan pelatihan yang diadakan oleh pihak sekolah maupun lembaga-lembaga di luar sekolah.

Pengembangan perlu dilaksanakan dalam upaya mengembangkan kompetensi pendidik, yang pada akhirnya diharapkan dapat mengembangkan serta meningkatkan kemampuan intelektual para pendidik dan memberi bekal kepada tenaga pendidik dalam menghadapi tantangan tugas sekarang maupun yang akan datang.


(15)

Berangkat dari permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian, yaitu mengenai: "UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU UNTUK MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI SMP AL-HUDA KEBON JERUK ”

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah disajikan dalam latar belakang masalah, maka identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Kurangnya perencanaan yang berkaitan dengan usaha peningkatan kompetensi sumber daya guru yang berkualitas.

2. Kurangnya volume atau frekuensi program pendidikan yang dapat mengembangkan dan meningkatkan efesiensi & efektivitas kerja tenaga pendidik.

3. Belum dimiliki atau terdapatnya program pengembangan kompetensi guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran di SMP Al-Huda Kebon Jeruk. 4. Belum diketahui adanya perbedaan kompetensi antara guru yang telah

mengikuti pendidikan dan pelatihan dengan guru yang belum mengikuti pendidikan dan pelatihan.

5. Belum banyak diketahui tentang hasil pengembangan kompetensi guru terhadap peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran.

6. Kurangnya pembinaan terhadap keterampilan guru dalam peningkatan kualitas pembelajaran.

7. Kurangnya pengembangan terhadap media serta metodologi pembelajaran dalam peningkatan proses belajar mengajar.

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan kemampuan penulis yang terbatas, maka masalah yang akan diteliti penulis batasi pada:

1. Pengembangan kompetensi guru. Maksud dari pengembangan tersebut adalah serangkaian bantuan yang berwujud layanan professional, dimana layanan tersebut diberikan oleh orang yang ahli (kepala sekolah, pemilik sekolah, pengawas dan ahli lainnya) kepada guru dengan maksud untuk


(16)

memperbaiki atau meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang dimiliki oleh guru, sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

2. Kompetensi guru. Kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi profesional guru dalam pembelajaran yang meliputi kemampuan dan keterampilan guru dalam menerapkan landasan kependidikan, menguasai materi atau bahan pembelajaran, menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi, mampu menggunakan dan mengembangkan berbagai alat, media, sumber belajar yang relevan, serta mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran.

D.

Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah, selanjutnya penulis rumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Bagaimanakah upaya kepala sekolah dalam mengembangkan kompetensi guru-guru agar dapat meningkatkan mutu pembelajaran?

E.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan, yaitu untuk:

1. Masukan bagi kepala sekolah untuk memprogramkan kegiatan pengembangan kompetensi guru agar dapat meningkatkan mutu pembelajaran.

2. Masukan bagi para guru, dan dapat dijadikan pedoman untuk lebih meningkatkan kemampuan dan keterampilan, maningkatkan mutu proses belajar mengajar dan rasa tanggungjawab dalam mengemban tugas.

3. Untuk menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis dan bagi mereka yang berminat untuk membahas topik ini dan dalam merencanakan serta melaksanakan suatu penelitian.


(17)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. HAKEKAT KEPALA SEKOLAH

1. Pengertian Kepala Sekolah

Soewadji menyatakan bahwa kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai peranan sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan disekolah. Berkembangnya kerjasama yang harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerja yang menyenangkan dan perkembangan mutu professional diantara guru banyak ditentukan oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah.4

Menurut Ngalim Purwanto kepemimpinan adalah tindakan atau perbuatan diantara perseorangan dan kelompok yang menyebabkan baik orang seorang maupun kelompok menuju kearah tujuan-tujuan tertentu. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok hingga tercapai tujuan-tujuan dari kelompok itu secara bersama.

Hendiyat soetopo dan Wasty Soemanto secara umum menyatakan “pemimpin adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan dan bila perlu memaksa orang lain agar ia mau menerima pengaruh selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian suatu maksud atau tujuan-tujuan tertentu” 5.

Dari beberapa pengertian pemimpin diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa seorang pemimpin adalah memiliki kemampuan untuk mempengaruhi dan memiliki kekuasaan penuh membawa bawahannya untuk mencapai tujuan yang telah diprogramkan bersama sesuai dengan norma yang berlaku.

Dengan demikian, secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah

4

Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolah dan tanggungjawabnya, (Salatiga: Kanisius, 1994), h. 60

5

Hendiyat Soetopo & Wasti Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), Cet ke-11, h. 1


(18)

dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dengan murid yang menerima pembelajaran.

Jabatan kepala sekolah berbeda dengan pemimpin bisnis/ pemimpin kemasyarakatan lainnya. Seorang pemimpin harus mampu mengantisipasi akan terjadinya perubahan agar ia mampu menyesuaikan dengan keadaan sehingga organisasinya tetap hidup.

Kepala sekolah juga menghadapi situasi dan kondisi yang relative stabil dimana siswa tidak dapat cepat berubah, mereka sangat bergantung kepada susunan atau program pembelajaran yang telah ditentukan oleh pemerintah, perubahan program pembelajaran hanya terjadi bila pemerintah memulainya.

Rasa tanggungjawab harus dimiliki oleh seorang pemimpin terhadap kepemimpinannya, tidak terkecuali pemimpin pendidikan. Seorang kepala sekolah mempunyai peran yang sangat berpengaruh dilingkungan sekolah yang menjadi tanggungjawabnya.

Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan dan bila perlu memaksa orang untuk mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan adalah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan, oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci untuk menjadi seorang manajer yang efektif karena esensi kepemimpinan adalah kepengikutan dari bawah.

2. Tugas dan Tanggungjawab Kepala Sekolah

Kepala seolah sebagai pelaksana kepemimpinan pendidikan disekolah harus memiliki kemampuan dan keterampilan yang dapat dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari.

Keterampilan dan kemampuan yang menggambarkan tugas dan tanggungjawab kepala sekolah dalam penerapan kepemimpinan pendidikan adalah sebagai berikut:

a. Kepala sekolah sebagai pemimpin di bidang kurikulum. b. Kepala sekolah sebagai pemimpin di bidang Public Relation. c. Kepala sekolah sebagai pemimpin di bidang hubungan guru dan


(19)

d. Kepala sekolah sebagai pemimpin di bidang personalia.

e. Kepala sekolah sebagai pemimpin personalia di bidang non pengajaran.

f. Kepala sekolah sebagai pemimpin didalam mengadakan hubungan dengan kantor departemen pendidikan dan kebudayaan.

g. Kepala sekolah sebagai pemimpin dalam bidang pelayanan bimbingan.

h. Kepala sekolah adalah pemimpin dalam artikulasi dengan sekolah-sekolah lain.

i. Kepala sekolah sebagai pemimpin dalam pengelolaan pelayanan, rumah sekolah, dan perlengkapan.

j. Kepala sekolah sebagai pemimpin dibidang pengorganisasian.6

Kepala sekolah adalah orang yang memiliki peranan, tugas dan tanggungjawab yang besar, sehingga dengan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang mejadi tugas dan tanggungjawab seorang kepala sekolah tidak hanya satu bidang akan tetapi meliputi banyak bidang terutama yang berkaitan dengan pembelajaran.

3. Fungsi Kepala Sekolah

Kepala sekolah tidak hanya bertanggungjawab atas kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis saja. Akan tetapi, banyaknya masalah baru yang ditimbulkan harus menjadi tanggungjawab kepala sekolah untuk dipecahkan dan dilaksanakan.

Berdasarkan semakin kompleksnya masalah yang ada, maka fungsi kepala sekolah adalah sebagai berikut:

a. Kepala sekolah sebagai Educator (Pendidik)

Dalam melakukan fungsinya sebagai Educator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan disekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasihat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class, dan mengadakan program ekselerasi bagi peserta didik yang cerdas di atas normal. b. Kepala sekolah sebagai Manajer

6

Hendiyat Soetopo & Wasti Soemento, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, ( Jakarta: PT. Bina Aksara, 1989), cet. Ke-2, h. 28-33.


(20)

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.

c. Kepala sekolah sebagai Administrator

Kepala sekolah sebagai Administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan.

d. Kepala sekolah sebagai Supervisor

Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor yaitu mensupervisi pekerjan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan.

e. Kepala sekolah sebagai Leader

Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan keauan tenaga

kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan

mendelegasikan tugas.

f. Kepala sekolah sebagai Innovator

Sebagai inovator kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.

g. Kepala sekolah sebagai Motivator

Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga


(21)

kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar.(PSB)7.

4. Indikator Kinerja kepala Sekolah

Menurut Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto dalam bukunya yang berjudul “Kepemimpinan dan Supervisi pendidikan”, Indikator Kinerja kepala Sekolah secara umum meliputi:

a. Meningkatkan diri dan staf secara profesional. b. Meningkatkan pembelajaran di sekolah.

c. Menyusun dan meningkatkan program sekolah. d. Memberikan bimbingan dan meningkatkan disiplin. e. Menumbuhkan profesi dalam bidang kerja masing-masing.

f. Mengusahakan hubungan dengan masyarakat secara intim dan terpadu.

g. Menyediakan dan mengelola fasilitas yang memadai.

h. Mengembangkan etika profesional dan hubungan secara intim dengan staf dan supervisor.

i. Mengelola pengadaan, pendayagunaan dan pelaporan keuangan sekolah.

j. Mengatur pelayanan khusus (special-service) di sekolah.8

Sedangkan E. Mulyasa dalam bukunya “Menjadi Kepala Sekolah Professional” yang mengutip pendapatnya Sellis tentang peningkatan kinerja tenaga kependidikan, kualitas sekolah, kepala sekolah professional harus memperhatikan indikasi sebagai berikut:

1) Mempunyai visi dan daya pandang yang mendalam tentang mutu yang terpadu bagi lembaganya maupun bagi lembaga kependidikan dan peserta didik yang ada disekolah.

2) Mempunyai komitmen yang jelas pada proses peningkatan kualitas.

3) Mengkomunikasikan pesan yang berkaitan dengan kualitas. 4) Menjamin kebutuhan peserta didik sebagai perhatian kegiatan

dan kebijakan lembaga atau sekolah.

7

E. Mulyasa, Menjadi Kepala sekolah Profesional, (Bandung: Rosda Karya, 2004) h. 98-120. 8

Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi pendidikan, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1988), cet ke-2, h.37-38.


(22)

5) Meyakinkan terhadap para pelanggan (peserta didik, orang tua, masyarakat), bahwa terdapat “chanel” cocok untuk menyampaikan harapan dan keinginannya.

6) Pemimpin mendukung pengembangan tebaga kependidikan. 7) Tidak menyalahkan pihak lain jika ada masalah yang muncul

tanpa dilandasi bukti yang kuat.

8) Pemimpin melakukan inovasi terhadap sekolah.

9) Menjamin struktur yang menggambarkan tanggungjawab yang jelas.

10) Mengembangkan komitmen untuk mencoba menghilangkan setiap penghalang, baik yang bersifat organisasional maupun budaya.

11) Membangun tim kerja yang efektif.

12) Mengembangkan mekanisme yang cocok untuk melakukan monitoring dan evaluasi.9

B. PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU

1. Pengertian Kompetensi Guru

Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, kompetensi berarti: “(kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal”.10

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, dijelaskan bahwa “ kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.11

Istilah kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna sebagaimana yang dikutip oleh E. Mulyasa dalam bukunya yang berjudul Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru dari beberapa pendapat, antara lain menurut Broke and Stone “Kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti”. Sementara Charles mengemukakan bahwa “kompetensi

9

E. Mulyasa, Menjadi Kepala sekolah Profesional, (Bandung: Rosda Karya, 2004) h. 86. 10

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Rosda Karya, 2003) cet. Ke-15, h. 14

11

Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (Bandung: Fokus Media), h. 4.


(23)

merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan”12.

Menurut E. Mulyasa dalam bukunya yang berjudul Kurikulum Berbasis Kompetensi, yang mengutip Mc.Ahsan mengemukakan bahwa kompetensi “ is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, whish become part of his or her being to the exent he or she can satisfactorily perform particularcognitive, affective and psikomotor behaviors” yang artinya kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Sejalan dengan itu, Finch & Crunkilton mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan13

Adapun kompetensi guru menurut Moh. Uzer Usman yaitu “Teacher competency is the ability of a teacher to responsibility perform has or her duties appropriately”. Yang artinya kompetensi guru merupakan kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggungjawab dan layak 14. Artinya guru yang piawai dalam melaksanakan profesinya dapat disebut sebagai guru yang kompeten dan professional.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan dasar yang seharusnya dimiliki setiap guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan kewajibannya secara baik dan bertanggungjawab sehingga kegiatan belajar dan mengajar dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.

2. Macam-macam Kompetensi Guru

Selanjutnya dalam melakukan kewenangan profesionalnya, guru dituntut memiliki seperangkat kemampuan (kompetensi) yang beraneka ragam. Dalam peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

12

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosda Karya, 2007) h. 25

13

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006)cet. Ke-9, h. 38.

14

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), cet. Ke-12, h. 14.


(24)

pasal 2 ayat 3, menjelaskan bahwa kompetensi yang harus dimiliki sebagai agen pembelajaran jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi “ kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, dan kompetensi sosial”.15 Hal ini dipaparkan sebagai berikut:

a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. 2) Pemahaman terhadap peserta didik.

3) Pengembangan kurikulum/ silabus. 4) Perancangan pembelajaran.

5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. 6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran.

7) Evaluasi hasil belajar.

8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.16

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal. Karena itu, pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan. Untuk itu guru harus mempunyai kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian, diantaranya:

1) Kemampuan yang berhubungan dengan pengamalan ajaran agama sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya.

2) Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antar-umat beragama.

3) Kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan dan system nilai yang berlaku di masyarakat.

4) Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru.

5) Bersifat demokratis dan terbuka terhadap pembaruan dan kritik.17

15

Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: CV. Eko Jaya, 2005), h. 26.

16

Dr. Wina Sanjaya, M. Pd, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), cet ke-5, h. 19-20.


(25)

c. Kompetensi Profesional

Kompetensi professional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini merupakan kompetensi yang sangat penting, sebab langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Oleh karena itu, tingkat keprofesionalan seorang guru dapat dilihat dari kompetensi ini. Beberapa kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi ini di antaranya:

1) Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan. 2) Pemahaman dalam bidang psikologi kependidikan.

3) Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkan.

4) Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran.

5) Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar.

6) Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran. 7) Kemampuan dalam menyusun program pembelajaran. 8) Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang

9) Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berfikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja.18

d. Kompetensi Sosial

Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial, meliputi:

1) Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan professional.

2) Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan.

3) Kemampuan untuk menjalin kerja sama, baik secara individual maupun secara kelompok.

17

, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), cet ke-5, h. 18.

18

, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), cet ke-5, h. 18-19.


(26)

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:

a) Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.

b) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional

c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan

d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.19

Secara teoritis empat jenis kompetensi tersebut dapat dipisah-pisahkan satu sama lain, akan tetapi secara praktis sesungguhnya empat jenis kompetensi tersebut tidak mungkin dapat dipisah-pisahkan. Diantara empat jenis kompetensi itu saling menjalin secara terpadu dalam diri guru professional.

Jadi dari uraian teori mengenai kompetensi, professional, dan hakikat guru di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi professional guru adalah kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan yang dimiliki guru sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal sehingga memungkinkan guru dapat membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

3. Konsep Pengembangan Kompetensi Guru

Sondang P Siagian dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia mengemukakan bahwa “pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/ jabatan melalui pendidikan dan latihan 20. Dengan kata lain, pengembangan adalah sikap kegiatan yang dimaksudkan untuk

19

, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), cet ke-5, h. 18-19.

20

Sondang P Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi, 1997), Cet. Ke-9, h. 76


(27)

mengubah kelakuan, yang terdiri dari pengetahuan, kecakapan-kecakapan dan sikap.

Sebelum membahas lebih dalam mengenai pengembangan kompetensi guru, penulis terlebih dahulu akan mengangkat beberapa literature mengenai pengembangan personil karena bila dilihat dari kaca mata manajemen, guru adalah sebagai tenaga personil dari sebuah lembaga atau organisasi.

Sudarwan Danim yang mengutip Castetter, mengemukakan empat langkah pengembangan personalia, yaitu:

a. Perencanaan b. Pengorganisasian c. Pelaksanaan d. Evaluasi 21

Dan Sudarwan Danim pun mengemukakan tiga manfaat pengembangan personalia, yaitu:

1) Peningkatan performansi personalia sesuai dengan posisinya saat ini

2) Pengembangan keterampilan personalia untuk mengantisipasi tugas-tugas baru yang bersifat reformasi

3) Merangsang pertumbuhan diri personalia bagi penciptaan kepuasan kerja secara individual.22

Dari tujuan pengembangan tersebut diatas, ternyata pengembangan kompetensi tenaga edukatif tidak berbeda dengan tujuan pengembangan personil yang telah diuraikan, yaitu untuk meningkatkan performans dan meningkatkan keterampilan dan keahlian pokok yang harus dimiliki, keterampilan konseptual, teknikal dan pribadi untuk dapat melaksanakan tugasnya secara professional.

Selanjutnya Castetter merumuskan bahwa pengembangan personil mencakup beberapa kegiatan, baik kegiatan jangka pendek maupun jangka panjang yang masing-masing mempunyai tujuan berbeda. Kegiatan pengembangan personalia ini dilakukan dengan menempuh tahapan-tahapan tertentu, yaitu: menganalisis

21

Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan,(Bandung: Pustaka Setia, 2002) Cet. Ke-1, h. 36 22


(28)

kebutuhan, merumuskan tujuan dan sasaran, mendesain program, mengimplementasikan dan mendeliverikan program, serta mengevaluasi program23.

Dalam pengembangan ini ada dua kegiatan, yaitu: (1) yang khusus direncanakan dan diterapkan oleh system sekolah (pendekatan formal), (2) yang dilakukan oleh personil itu sendiri (pendekatan informal).

Dalam pendapatnya, Sudarwan Danim membuat suatu model proses pengembangan yang terdiri dari:

a) Perencanaan pengembangan personil

Perencanaan pengembangan personil ini merupakan perencanaan makro yang meliputi aspek pengembangan menyangkut isu-isu pokok, seperti program apa yang diharapkan dapat dikerjakan, apa batasannya, dan bagaimana urutan prioritasnya, penanggungjawab dan sifatnya, prioritasnya dan tanggungjawab, dan lain sebagainya dari seluruh tingkat administrasi yang terlibat dalam kegiatan pengembangan. b) Pemprograman pengembangan personil

Maksud dari pemprograman pengembangan personil ini adalah mentransformasikan perencanaan makro kedalam suatu rangkaian perencanaan mikro, berupa desain operasional dan program pengembangan.

c) Pengevaluasian program pengembangan personil

Dimana tahap ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat keberhasilan pengembangan yang telah direncanakan dan kelemahan-kelemahan dalam proses penyelenggaraan.

Untuk itu guru sebagai personil edukatif dituntut juga untuk mengembangkan bidang pekerjaannya sesuai dengan rumusan-rumusan diatas karena memang perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah demikian maju dengan pesatnya, sehingga lembaga sekolah dituntut untuk bisa mengikuti gerak langkah kemajuan itu, dimana semua personil yang terlibat didalamnya

23


(29)

harus menyesuaikan diri dengan hal tersebut. Tenaga edukatif atau guru sebagai salah satu personil dilembaga sekolah harus mengembangkan kompetensi demi keberhasilan pelaksanaan tugas profesionalnya, disamping melaksanakan inovasi dan mengatasi tantangan yang menghadangnya.

Sedangkan menurut Sondang P Siagian, disamping bermanfaat bagi organisasi, kegiatan program pengembangan sudah barang tentu bermanfaat pula bagi para anggota organisasi.24

Berdasarkan pendapat tersebut, penulis mengambil kesimpulan bahwa sekolah sebagai suatu organisasi dipandang perlu untuk mengadakan pengembangan personalia, dalam hal ini salah satu diantaranya adalah pengembangan kompetensi guru. Dimana pengembangan kompetensi guru tersebut menyangkut tiga hal yang harus dilakukan yaitu perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi kegiatan.

Perencanaan kegiatan tersebut merupakan kegiatan merencanakan proses pembelajaran, pelaksanaan kegiatan merupakan kegiatan melaksanakan dan memimpin atau mengelola proses pembelajaran, sedangkan evaluasi kegiatan dimaksudkan untuk menilai kemajuan proses pembelajaran.

Kegiatan pengembangan tenaga kependidikan yakni guru, dilakukan atas prakarsa institusi, kelompok maupun individu. Dilihat dari perspektif institusi, kegiatan ini diperuntukan untuk merangsang, memelihara, dan meningkatkan kualitas staf dalam memecahkan masalah-masalah keorganisasian.

Pengembangan tenaga kependidikan atas prakarsa institusi adalah penting. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah prakarsa personal tenaga kependidikan untuk menjalani proses personalisasi.

Dari paparan di atas diketahui bahwa kewajiban untuk mengembangkan kompetensi professional guru adalah kewajiban guru itu sendiri, atasan dari guru tersebut seperti kepala sekolah dan supervisor sebagai kepanjangan tangan dari institusi yang berkaitan dengan dunia kependidikan.

24

Sondang P Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet. Ke-11, h. 184


(30)

Dalam pengembangan kompetensi guru mengenai hal-hal tentang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Perencanaan ini menurut penulis bisa mencakup bagaimana sekolah atau individu guru dalam merencanakan pengembangan kompetensi professional keguruannya, seperti berencana untuk senantiasa mengembangkan kompetensi professional guru seperti: berencana mengikuti pelatihan-pelatihan, membeli buku-buku dan sebagainya.

Sedangkan pelaksanaan adalah sesuau yang dikerjakan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya baik individu guru yang bersangkutan atau oleh sekolah atau juga institusi terkait.

Adapun kegiatan evaluasi adalah melakukan penilaian terhadap pelaksanaan-pelaksanaan yang telah dilakukan atau dikerjakan, apakah perencanaan yang dibuat sudah terlaksana atau belum, sesuai dengan rencana atau tidak, serta berhasil atau tidaknya perencanaan dan pelaksanaan pengembangan kompetensi guru, oleh institusi sekolah atau guru itu sendiri.

Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa pengembangan kompetensi guru dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan kecakapan-kecakapan serta untuk menambah pengetahuan yang dimiliki oleh para guru, sehingga dengan adanya kegiatan pengembangan kompetensi tersebut guru menjadi lebih berkualitas dan kompeten dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Dengan kata lain, pengembangan kompetensi guru tersebut adalah merupakan serangkaian bantuan yang berwujud layanan professional, dimana layanan tersebut diberikan oleh orang ahli (kepala sekolah, pemilik sekolah, pengawas dan ahli lainnya), kepada guru dengan maksud agar dapat meningkatkan baik kualitas guru maupun kualitas proses dan hasil pengajaran sehinga tujuan pendidikan yang direncanakan dapat tercapai dengan baik.

Oleh karena itu, dengan adanya pengembangan kompetensi terhadap guru, maka tujuan yang hendak dicapai adalah untuk memperbaiki efektivitas kerja seorang guru dalam mencapai hasil kerja yang telah ditetapkan sehingga proses pengajaran yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, sehingga guru tersebut dapat menjadi orang yang professional dalam melaksanakan tugasnya sebagai


(31)

pendidik. Adapun aspek-aspek yang perlu dikembangkan diantaranya adalah aspek afektif, kognitif dan psikomotorik guru dalam pendidikan dan pengajaran yang meliputi aspek pengetahuan, kemampuan, keterampilan, sikap dan kepribadian guru, sehingga guru diharapkan dapat lebih professional dalam menjalankan tugasnya.

4. Indikator Kompetensi Guru

Mutu pada dasarnya adalah suatu pengertian yang abstrak dan subyektif, karena berdasarkan sudut pandang seseorang atau berdasarkan dengan syarat-syarat tertentu yang telah ditetapkan bersama. Dalam hal ini mutu kompetensi guru adalah dimana guru tersebut dengan kompetensi yang dimilikinya dapat melaksanakan tugasnya secara bertanggungjawab. Diantara indikator kompetensi guru secara umum ialah:

a. Melaksanakan tugas belajar mengajar dengan memakai perencanaan bahan pembelajaran, persiapan mengajar, hadir dikelas sesuai dengan jadwal. Melaksanakan berbagai teknik dan metode mangajar untuk lebih memudahkan pemahaman siswa, melaksanakan evaluasi terhadap bahan pelajaran yang telah disampaikan.

b. Pengelolaan kelas dan mengelola interaksi pembelajaran, agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan suasana kondusif. c. Membantu siswa ketika menghadapi kesulitan baik yang

berhubungan langsung dengan pelajaran maupun tidak.

d. Selalu berusaha meningkatkan kepentingan belajar dengan mencari metode-metode baru dalam menyampaikan bahan pelajaran.

e. Selalu berusaha meningkatkan kemampuannya dalam

perkembangan ilmu pengetahuan dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan bidang studi yang dipegangnya dengan mengikuti kegiatan ilmiah berupa diskusi atau seminar.

f. Bertanggungjawab untuk membantu sesama guru dan membantu sekolah dalam kegiatan pengembangan kurikulum serta berpartisipasi dalam kepanitiaan yang diselenggarakan oleh sekolah.25

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Guru

25

Sanusi Uwes, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), cet Ke-1, h. 30-31


(32)

Pengembangan kompetensi guru merupakan proses perubahan kemampuan professional guru secara bertahap kearah yang lebih baik untuk terciptanya suatu kesempurnaan. Pengembangan kompetensi guru merupakan bagian dari kegiatan peningkatan tenaga kependidikan.

Kualitas guru dalam mengajar pada hakikatnya merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor yang datangnya dari dalam dirinya dan dari luar dirinya. Faktor yang datang dari dalam dirinya (faktor internal) antara lain adalah faktor kesehatan, potensi, sikap dan kepribadian. Sedangkan faktor yang berasal dari luar dirinya (faktor eksternal) antara lain adalah kepala sekolah, anak didik, dan sarana prasarana sekolah.

Menurut Kartini Kartono terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi antara lain adalah faktor dari dalam diri sendiri yang meliputi kecerdasan, keterampilan dan kecakapan, bakat, kemampuan dan minat, motif, kepribadian dan cita-cita. Dan faktor dari luar diri sendiri yang meliputi lingkungan dan sarana prasarana.26

Kedua faktor tersebut menunjukkan bahwa guru sebagai ahli pendidikan dan pengajaran harus mampu memiliki kesadaran, keinginan dan kemauan untuk selalu meningkatkan kompetensinya, sehingga diharapkan guru menjadi lebih kompeten dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Selain itu ditunjang juga dengan upaya-upaya dari luar, seperti sarana dan prasarana serta kegiatan-kegiatan pengembangan kompetensi guru dalam upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam pengajaran (pendidikan dan pelatihan, seminar, dan penataran-penataran).

C. MUTU PEMBELAJARAN 1. Pengertian mutu pembelajaran

Dari waktu kewaktu peranan pendidikan sebagai wahana pengembangan kualitas SDM telah disadari oleh berbagai pihak. Pendidikan membentuk manusia pembangunan dengan cara mengarahkan manusia pada pemanfaatan potensi yang ada pada dirinya, serta sakaligus mengembangkannya seoptimal mungkin. Ini

26


(33)

menjadikan manusia lebih mengenali kemampuannya untuk mengatasi setiap masalah yang dihadapi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “ Mutu adalah ukuran baik buruk suatu kualitas, taraf, kadar, atau derajat dari kecerdasan, kepandaian, dan sebagainya.27

Menurut Oemar Hamalik, pengertian mutu dapat dilihat dari dua segi, yaitu normatif dan deskriptif. Dalam artian normatif, mutu itu berdasarkan pertimbangan (kriteria) intrinsik dan ekstrinsik. Sedangkan dalam artian deskriptif, mutu ditentukan berdasarkan keadaan nyatanya, misalnya hasil tes prestasi belajar.28

Dengan demikian pengertian mutu dari beberapa pendapat di atas adalah ukuran untuk menyatakan esensi semua benda atau hal berupa standar ideal yang ingin dicapai oleh suatu proses.

Dan sebelum penulis menguraikan pengertian pembelajaran, perlu dikemukakan juga definisi belajar. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya yang telah mampu menyebutkan kembali secara lisan sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru.

Pengertian belajar sebagaimana dikemukakan para ahli pendidikan adalah menurut Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational Psychologi: The Teaching Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Demikian juga Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory, berpendapat Learning is a Change in organism due to experience which can offect the organism’s behavior. Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh

27

Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), edisi ketiga, h. 768.

28


(34)

pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Sedangkan Witting dalam bukunya Psychologi of Learning mendefinisikan belajar sebagai: any relatively permanent change in an organism behavioral repertoire that occurs as a result of experience. Yang artinya belajar ialah perubahan yang relative menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.29

Di kalangan para ahli psikologis terdapat keragaman dalam cara menjelaskan dan mendefinisikan tentang belajar (learning). Namun baik secara eksplisit maupun secara implisit pada akhirnya terdapat kesamaan maknanya, ialah bahwa dalam definisi maupun konsep, belajar itu selalu menunjukkan kepada suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu30.

Timbulnya keanekaragaman pendapat para ahli tersebut diatas adalah karena adanya perbedaan sudut pandang yang wajar. Selain itu, perbedaan antara satu situasi belajar dengan situasi belajar lainnya yang diamati oleh para ahli juga dapat menimbulkan perbedaan pandangan. Dan dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah lakunya baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu.

Adapun istilah pembelajaran erat kaitannya dengan belajar dan diperkirakan relatif baru digunakan oleh para pakar pendidikan yaitu sekitar tahun 1970-an. Dalam literatur Indonesia pada Konsep Teknologi Pendidikan, dibedakan istilah pembelajaran (Instruction) dan pengajaran (Teaching). Pembelajaran disebut juga kegiatan instruksional saja, yaitu usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang belajar berperilaku tertentu dalam kondisi tertentu. Sedangkan pengajaran adalah usaha membimbing dan mengarahkan pengalaman belajar

29

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru Edisi Revisi, (Bandung: PT. Remaja Rosyda Karya, 2002), Cet. VII, h. 89-90.

30

Dr. Abin Syamsuddin Makmun, M.A, Psikologi Kependidikan, (Bandung: Bambang Trimansyah, 1998)cet ke-2, h. 110.


(35)

kepada peserta didik yang biasanya berlangsung dalam situasi resmi (formal). Dan menurut Gagne dan Biggrs sebagaimana dikutip oleh Tengku Zahara Djaafar, pembelajaran adalah rangkaian peristiwa atau kejadian yang mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah.31

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses yang mempengaruhi perubahan siswa selama kegiatan belajar berlangsung, dan tidak hanya melihat dari hasil belajarnya saja tetapi seluruh komponen yang berhubungan dengan belajar. Adapun komponen- komponen yang dapat mempengaruhi mutu pembelajaran antara lain:

a. Tujuan pembelajaran b. Materi/ bahan pembelajaran c. Metode pembelajaran d. Media/ sarana pembelajaran e. Evaluasi pembelajaran

Pada pembahasan di atas, telah dijabarkan pengertian mutu dan pembelajaran secara terpisah, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud mutu pembelajaran adalah kualitas atau suatu gambaran yang menjelaskan baik buruknya hasil yang dicapai anak didik dalam proses interaksi anak didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dan masalah mutu pembelajaran merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh system pendidikan di Negara kita. Berbagai usaha dan program telah dikembangkan dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran tersebut.

2. Upaya peningkatan mutu pembelajaran

Pendidikan membentuk manusia pembangunan dengan cara mengarahkan manusia pada pemanfaatan potensi yang ada pada dirinya sekaligus mengembangkannya seoptimal mungkin. Ini menjadikan manusia lebih mengenali kemampuannya sehingga tahu menggunakannya untuk mengatasi setiap masalah yang dihadapi.

31

Dr. Hj. Tengku Zahara Djaafar, M. Pd, Kontribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar, (Jakarta: Universitas Negeri Padang, 2001), h. 1-2.


(36)

Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi membawa tuntutan baru bagi pendidikan, yaitu penyediaan manusia-manusia yang mampu menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan yang diakibatkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri. Hanya pendidikan yang memiliki proses pembelajaran yang bermutu sajalah tuntutan tersebut dapat terpenuhi. Sehubungan dengan hal itu, meningkatkan mutu pembelajaran menjadi sangat esensial karena pembelajaran adalah bagian dari sebuah proses pendidikan.

Banyak pakar pendidikan di Indonesia yang telah memberikan resep mengenai usaha yang perlu ditempuh untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Peningkatan mutu berkaitan dengan target yang harus dicapai dan proses untuk mencapainya. Dan faktor-faktor yang terkait dalam peningkatan mutu ada dua aspek yang perlu mendapatkan perhatian, yakni aspek kualitas hasil dan aspek proses mencapai hasil tersebut.

Adapun upaya peningkatan mutu menurut Zamroni dalam bukunya yang berjudul meningkatkan mutu sekolah, dapat dicapai melalui:

a. Peningkatan Kualitas Lulusan.

Peningkatan kualitas sekolah senantiasa bermuara pada peningkatan kualitas lulusannya. Dalam pengertian yang paling dasar pada kurikulum berbasis kompetensi sebagaimana yang ada Indonesia dewasa ini, kualitas lulusan adalah tercapainya standar kompetensi lulusan yang telah ditetapkan oleh Menteri Pendidikan. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas maka kualitas tidak hanya terkait dengan standar kualitas tersebut, melainkan terdapat tolok ukur lain.

b. Peningkatan Kualitas Proses Belajar Mengajar

Inti dari sekolah adalah interaksi guru dan siswa, khususnya di ruang-ruang tertentu di sekolah. Ruang-ruang tertentu bisa berupa ruang kelas, ruang laboratorium, ruang praktek, lapangan olah raga, ataupun fasilitas lainnya yang memungkinkan berlangsungnya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi guru-siswa tersebut berlangsung secara terencana dan dilaksanakan secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu dengan melibatkan kurikulum dan fasilitas. Kurikulum sudah diolah dengan sedemikian rupa oleh guru sehingga berada pada diri guru, sedangkan fasilitas berada diluar dari guru, misalnya berupa buku, lembar kerja, alat peraga, dan yang lainnya. Kualitas proses belajar mengajar ditentukan oleh kualitas interaksi guru-siswa tersebut. Kualitas interaksi guru-siswa ditentukan oleh status kesiapan guru


(37)

untuk melaksanakan proses pembelajaran di satu sisi dan pada sisi lain ditentukan oleh kesiapan siswa untuk menjalani proses pembelajaran32.

Sehubungan dengan usaha meningkatan mutu pembelajaran di sekolah, peran kepala sekolah yang menyandang tiga predikat, yaitu sebagai pemimpin, administrator, dan supervisor pendidikan itu tidak kecil. Sebagai pemimpin usaha yang dapat dilakukannya guna meningkatkan mutu pembelajaran adalah menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, aman, dan menantang. Usaha ini akan membawa dampak positif bagi tumbuhnya sikap terbuka dari guru-guru. Selain itu guru-guru juga didorong untuk lebih kreatif serta memiliki kerja tinggi. Sebagai administrator pendidikan usaha yang dapat dilakukannya adalah melalui peningkatan dan pengembangan fasilitas sekolah antara lain gedung sekolah, sarana belajar mengajar di kelas, keuangan dan lain-lain. Sedangkan sebagai supervisor pendidikan usaha yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kemampuan guru beserta seluruh staf sekolah diantaranya melalui rapat, diskusi, seminar, observasi kelas, dan penataran.

Untuk itu pembelajaran dikatakan bermutu jika tujuan instruksional khusus (TIK) tercapai secara maksimal sebagai wujud dari target pencapaian daya serap siswa. Pada kurikulum berbasis kompetensi yang menjadi indikator mutu pembelajaran adalah apabila tercapainya target kompetensi. Oleh karena itu kepala sekolah, guru, siswa dan para staff sekolah hendaknya turut serta berperan aktif dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Pembelajaran

Usaha meningkatkan mutu pembelajaran bukanlah pekerjaan mudah tanpa banyak menemui hambatan. Adanya hambatan ini meminta setiap orang yang mengusahakan peningkatan mutu pembelajaran untuk memperhatikan segala faktor yang dapat mempengaruhi mutu pembelajaran. Faktor-faktor tersebut perlu diidentifikasi agar usaha yang dilakukan berjalan lancar.

32

Zamroni, Meningkatkan Mutu Sekolah, (Jakarta: PSAP Muhammadiyah, 2007)cet. Pertama, h.2-4.


(38)

Berdasarkan identifikasi dari segala faktor yang mempengaruhi mutu pembelajaran agar diketahui sebab kegagalan setiap usaha yang dilakukan. Dari sini ditentukan cara-cara terbaik untuk kelancaran dan keberhasilan setiap usaha yang dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pembelajaran adalah: a. Kepemimpinan Kepala sekolah; kepala sekolah harus memiliki

dan memahami visi kerja secara jelas, mampu dan mau bekerja keras, mempunyai dorongan kerja yang tinggi, tekun dan tabah dalam bekerja, memberikanlayananyang optimal, dan disiplin kerja yang kuat.

b. Siswa; pendekatan yang harus dilakukan adalah “anak sebagai pusat “ sehingga kompetensi dan kemampuan siswa dapat digali sehingga sekolah dapat menginventarisir kekuatan yang ada pada siswa .

c. Guru; pelibatan guru secara maksimal , dengan meningkatkan kopmetensi dan profesi kerja guru dalam kegiatan seminar, MGMP, lokakarya serta pelatihan sehingga hasil dari kegiatan tersebut diterapkan disekolah.

d. Kurikulum; adanya kurikulum yang ajeg / tetap tetapi dinamis , dapat memungkinkan dan memudahkan standar mutu yang diharapkan sehingga goals (tujuan) dapat dicapai secara maksimal; e. Jaringan Kerjasama; jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah dan masyarakat semata (orang tua dan masyarakat ) tetapi dengan organisasi lain, seperti perusahaan atau instansi lain sehingga output dari sekolah dapat terserap didalam dunia kerja 33

Faktor-faktor tersebut diatas tidak lain adalah komponen-komponen dari sekolah, ini menunjukkan bahwa usaha meningkatkan mutu pembelajaran tidak dapat dilakukan dengan memperhatikan satu atau sebagian saja dari komponen sekolah tetapi harus seluruhnya, karena setiap komponen dapat mempengaruhi mutu pembelajaran.

D. KERANGKA BERFIKIR

33


(39)

Pentingnya peranan pendidikan dalam membentuk Sumber Daya Manusia, setiap lembaga pendidikan perlu meningkatkan mutu pendidikannya, khususnya dalam meningkatkan kompetensi guru, karena guru merupakan komponen manusiawi yang memiliki keunikan dalam berfikir maupun dalam bekerja.

Adapun yang menjadi kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah bahwa guru yang kompeten adalah orang yang memiliki kemampuan dan kehlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya.

Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran, kepala sekolah sebagai manajer pendidikan bertanggungjawab atas aktivitas guru. Sebagai pemimpin kepala sekolah bertanggungjawab atas pengembangan kompetensi guru dalam usaha untuk meningkatkan kepandaian dan kecakapan, memberi kesempatan kepada guru untuk meningkatkan kemampuan dan kinerjanya sebagai pendidik, pengajar, fasilitator, teladan dan sebagai wakil masyarakat di lembaga pendidikan yang memiliki tanggungjawab.

Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya mutu pembelajaran, namun kompetensi itu sendiri tidak berdiri sendiri tetapi ia juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Oleh karena itu kompetensi sangat penting dalam meningkatkan kualitas dan aktivitas kependidikan. Untuk itu profesi guru perlu ditunjang dengan adanya kompetensi yang harus dimiliki. Diantaranya yakni kompetensi pedagogis, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian dan kompetensi professional. Kompetensi yang paling utama dan yang harus dimiliki oleh setiap pendidik atau guru adalah kemampuan mengajar dan mendidik yang juga disebut sebagai kompetensi professional. Kompetensi professional guru adalah kemampuan yang dimiliki seorang guru yang berhubungan langsung dengan tugas utama keguruannya sebagai pengajar.

Mengingat bahwa posisi guru dalam suatu lembaga pendidikan merupakan salah satu komponen pendidikan yang menjadi ujung tombak dalam meningkatkan mutu pendidikan, oleh karena itu sekolah sebagai penyelenggara


(40)

pendidikan dipandang perlu untuk selalu memperbaiki atau meningkatkan kualitas pendidiknya. Untuk itu dalam hal ini kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kompetensi para gurunya. Sebab tidak semua guru dapat melakukan pekerjaan yang ditekuni dengan profesional. Hal ini dikarenakan kurangnya pembinaan dan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh guru tersebut. Sehingga dengan adanya pengembangan kompetensi guru, diharapkan guru akan lebih professional dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Karena bermutu tidaknya suatu sekolah atau lembaga pendidikan sangat tergantung pada tinggi rendahnya kadar kualitas tenaga pendidik. Jika proses pembelajaran meningkat maka hasil pembelajaran yang dilakukan diharapkan meningkat, sehingga mutu pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditentukan.

Untuk itu pengembangan kompetensi guru adalah hal yang penting untuk dilakukan, karena pengembangan merupakan proses perubahan kemampuan profesional guru secara bertahap ke arah yang lebih baik untuk terciptanya suatu kesempurnaan.


(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui berbagai upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam

pengembangan kompetensi guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran. 2. Mendapatkan data empirik mengenai kompetensi guru-guru di SMP Al

Huda Kebon Jeruk.

3. Mendapatkan data empirik mengenai kemampuan dan keterampilan kepala sekolah dalam pengembangan kompetensi guru.

4. Untuk mengetahui mutu pembelajaran guru-guru di sekolah tersebut. 5. Mengaplikasikan ilmu teoritis kedalam pengalaman praktek di lapangan. 6. Mengembangkan hasil penelitian untuk perbaikan pendidikan pada

umumnya dan mutu/kompetensi guru-guru di SMP Al-Huda Kebon Jeruk.

B.

Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Huda Kebon Jeruk, yang lokasinya di Jalan Raya Kebon Jeruk Jakarta Barat.

2. Waktu Penelitian

Proses penelitian dilakukan secara bertahap mulai dari perencanaan dan persiapan instrument, uji coba instrument penelitian yang dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian, rentang waktu yang dibutuhkan secara keseluruhan selama 3 (tiga) bulan, mulai pada bulan Maret sampai bulan Mei 2009.

C.

Populasi dan Sampel

1. Populasi


(42)

Dalam Penelitian ini yang menjadi populasi adalah kepala sekolah dan guru-guru SMP Al-Huda Kebon Jeruk. Populasi targetnya adalah semua guru-guru yang mengajar di SMP Al-Huda Kebon Jeruk yang berjumlah 32 orang.

2. Sampel

Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel dari keseluruhan populasi yaitu sebesar 100 % yang berjumlah 32 guru dan 1 orang kepala sekolah SMP Al-Huda Kebon Jeruk.

D.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh dan mengumpulkan data, penulis menggunakan tiga teknik, yaitu:

1. Observasi

Observasi ini dilaksanakan untuk memperoleh data yang menyeluruh mengenai kondisi objek yang sedang diteliti, seperti mengamati lingkungan sekolah, keadaan guru, struktur organisasi sekolah. Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi di SMP Al-Huda Kebon Jeruk.

2. Wawancara

Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara dengan kepala sekolah guna mendapat informasi tentang upaya yang dilakukan dalam pengembangan kompetensi guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah tersebut. Metode wawancara ini digunakan untuk melengkapi data angket dan observasi.

3. Angket (Quesioner)

Angket ini penulis susun sesuai dengan kisi-kisi instrument penelitian yang telah dibuat dan disebarkan kepada guru-guru di SMP Al-Huda Kebon Jeruk, guna mengetahui upaya kepala sekolah dalam pengembangan kompetensi guru dalam peningkatan mutu pembelajaran di sekolah tersebut.

E.

Teknik Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan, tahap berikutnya adalah tahap analisis. Pada tahap ini, data dikerjakan dan dimanfaatkan sehingga dapat menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian.


(43)

Dalam analisis data penulis menempuh cara sebagai berikut: 1. Editing

Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data. Jadi setelah angket diisi oleh responden dan dikembalikan kepada penulis, kemudian penulis segera memeriksa satu persatu angket yang dikembalikan dari nomor satu sampai nomor terakhir.

2. Tabulating

Tabulating (menyusun data dalam bentuk tabel) merupakan tahap lanjutan dalam proses analisis data, lewat tabulasi ini data lapangan akan tampak ringkas dan tersusun dalam suatu tabel yang baik, sehingga dapat dengan mudah dipahami.

F.

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Kisi-kisi penelitian ini antara lain berisi variabel, dimensi, indikator-indikator yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, dan nomor butir. Kisi-kisi instrument penelitian berdasarkan teori-teori dan penelitian yang telah ada sebelumnya. sebagaimana yang terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian


(44)

Pengembangan Kompetensi Guru untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran.

a. Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan. b. Pemahaman dalam

bidang psikologi kependidikan.

c. Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkan.

d. Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran. e. Kemampuan merancang dan

- Mengarahkan guru untuk lebih

memahami landasan kependidikan. - Mengarahkan guru

untuk mengenal psikologi siswa dalam proses pembelajaran. - Memotivasi guru

untuk lebih menguasai materi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa dengan menyediakan buku-buku penunjang. - Memberikan pelatihan tentang penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi berkaitan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.

- Membantu guru dalam menentukan metode pembelajaran yang menarik sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan. - Memotivasi guru

dalam meningkatkan kemampuan

pengaplikasian metode dan strategi pembelajaran.

1, 2, 3

4, 5

6, 7, 8

9, 10,

11

12


(45)

memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar.

f. Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran.

g. Kemampuan dalam menyusun program pembelajaran.

- Menyediakan media pembelajaran sebagai sarana penunjang dalam proses pembelajaran. - Memberikan pelatihan kepada guru tentang penggunaan media pembelajaran secara baik sesuai materi yang akan diberikan. - Menyediakan laboratorium untuk menunjang proses belajar mengajar. - Menyediakan perpustakaan untuk menunjang proses belajar mengajar. - Membantu guru

membuat instrumen evaluasi kepada siswa guna mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan.

- Mewajibkan guru untuk menggunakan tes lisan atau tulisan terhadap siswa.

- Mengarahkan guru dalam pembuatan RPP.

- Mengevaluasi RPP yang akan

diaplikasikan guru sebelum proses

16

15, 17

18, 19, 20

21

22, 23

24, 25


(1)

LAMPIRAN 4 :

ANGKET PENELITIAN Kepada Yth

Bapak/ Ibu Guru SMP Al-Huda Kebon Jeruk Di

Tempat

Assalamu’alaikum wr.wb.

Dengan segala kerendahan hati saya sampaikan engket ini disertai dengan permohonan maaf karena kehadiran angket ini akan mengganggu waktu istirahat Bapak/ Ibu. Adapun angket ini saya sampaikan dengan maksud untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi yang berjudul “ Upaya Kepala Sekolah dalam Pengembangan Kompetensi Guru untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di SMP Al-Huda Kebon Jeruk”.

Melalui angket ini saya memohon bantuan Bapak/ Ibu guru untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang sudah tersusun sebagai data informasi penelitian dengan keadaan Bapak/ Ibu yang sebenarnya. Dan jawaban yang Bapak/ Ibu berikan merupakan sumbangan yang sangat berharga bagi peneliti dan akan terjamin kerahasiaannya.

Atas bantuan dan partisipasi Bapak/ Ibu saya ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum wr.wb.


(2)

I. Petunjuk Pengisian.

1) Bacalah pernyataan dalam angket ini dengan teliti.

2) Isilah dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang Bapak/ Ibu anggap sesuai dengan keadaan sebenarnya.

II. Angket Guru

UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU UNTUK MENINGKATKAN

MUTU PEMBELAJARAN

1. Kepala sekolah mengarahkan guru dalam memahami landasan kependidikan.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 2. Kepala sekolah memberikan pelatihan tentang pengembangan kurikulum

kepada guru.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 3. Kepala sekolah membuat program tahunan sekolah diawal tahun

pembelajaran.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 4. Kepala sekolah mengarahkan guru dalam memahami kondisi siswa ketika

melakukan pembelajaran.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 5. Kepala sekolah membantu guru dalam menangani siswa yang sulit

diarahkan dalam proses pembelajaran.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 6. Kepala sekolah memotivasi guru untuk lebih banyak membaca buku yang

dapat menunjang pengetahuan tentang materi pembelajaran yang akan diberikan.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 7. Kepala sekolah menyediakan buku-buku bacaan yang dapat

mengembangkan pengetahuan guru.


(3)

8. Guru memanfaatkan buku-buku yang telah disediakan kepala sekolah. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 9. Kepala sekolah mengadakan workshop tentang pelatihan penggunaan

metode pembelajaran yang bervariasi kepada guru.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 10.Kepala sekolah mengundang narasumber yang berkompetensi dalam

penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan materi yang akan diberikan.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 11.Kepala sekolah membantu guru dalam menentukan metode pembelajaran

yang menarik sesuai dengan materi yang akan diberikan.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 12.Kepala sekolah memotivasi guru dalam meningkatkan kemampuan

pengaplikasian metode dan strategi pembelajaran.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 13.Kepala sekolah menyediakan media pembelajaran untuk guru sebagai

sarana penunjang dalam proses pembelajaran.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 14.Kepala sekolah mengembangkan dan memperbanyak media pembelajaran

yang ada disekolah.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 15.Kepala sekolah menyediakan laboratorium sebagai sarana pembelajaran.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 16.Kepala sekolah memberikan pelatihan tentang penggunaan laboratorium

secara efektif.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 17.Guru memanfaatkan laboratorium secara maksimal sebagai tempat

pembelajaran.


(4)

18.Kepala sekolah menyediakan perpustakaan sebagai sarana penunjang proses pembelajaran.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 19.Guru memanfaatkan perpustakaan sebagai tempat pembelajaran.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 20.Kepala sekolah melengkapi buku-buku perpustakaan sebagai penunjang

pengetahuan guru dalam proses pembelajaran.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 21.Kepala sekolah membantu guru membuat instrumen evaluasi terhadap

siswa untuk mengukur pemahaman siswa setelah materi pelajaran diberikan.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 22.Kepala sekolah mewajibkan guru untuk menggunakan tes lisan atau

tulisan terhadap siswa setelah materi selesai dijelaskan.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 23.Kepala sekolah mensupervisi kegiatan pembelajaran yang sedang

berlangsung.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 24.Kepala sekolah memberikan pengarahan tentang pembuatan RPP sesuai

dengan kurikulum yang di gunakan.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 25.Kepala sekolah mewajibkan guru untuk membuat RPP sebelum proses

pembelajaran.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 26.Kepala sekolah mengevaluasi RPP yang akan diaplikasikan guru sebelum

proses pembelajaran.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 27.Kepala sekolah mengikut sertakan guru dalam pelatihan administrasi

sekolah.


(5)

28.Kepala sekolah mengundang narasumber yang berkompetensi dalam pelatihan administrasi sekolah.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 29.Kepala sekolah mewajibkan guru untuk melakukan penelitian dan berfikir

secara ilmiah guna meningkatkan kinerja.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 30.Kepala sekolah mengevaluasi kinerja guru dalam rapat mingguan sekolah

untuk meningkatkan kinerja guru.


(6)

RIWAYAT HIDUP PENELITI

MARIA ULFA,

lahir di Jakarta 30 Mei 1986. Jenis

Kelamin Perempuan, Agama Islam, Kewarganegaraan

Indonesia, Orang Tua: H. Abdul Majid (Alm) dan Hj.

Sa’anah, Alamat: Jl. Kp. Sanggrahan RT 03, Rw 003 No.

14, Kel. Meruya Utara, Kec. Kembangan Kebon Jeruk -

Jakarta Barat 11620. Telepon: (021) 99118775 / 085697145669, Email:

uphe_gemini@yahoo.co.id, Friendster: phe_ulphe@yahoo.com, Facebook:

uphe_gemini@yahoo.com.

Menyelesaikan pendidikan formal di SDN 15 Petang Jakarta selama

6 tahun dan lulus pada tahun 1998, MTs Pondok Pesantren Modern

Subulussalam Tangerang selama 3 tahun dan lulus pada tahun 2001, dan MA

Pondok Pesantren Modern Subulussalam Tangerang selama 3 tahun dan lulus

pada tahun 2004, kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Jurusan Kependidikan Islam – Manajemen

Pendidikan (KI - MP) dan lulus pada tahun 2009.