Komponen Pengajaran Mutu Pengajaran

Dari berbagai definisi di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pada hakikatnya pengajaran adalah suatu proses yang dilakukan secara sengaja untuk mengelola lingkungan anak didik agar memungkinkannya untuk belajar dan memberikan respon terhadap situasi tersebut. Selanjutnya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Mutu adalah ukuran baik buruk suatu benda, kualitas, taraf, kadar, atau derajat dari kecerdasan, kepandaian dan sebagainya. 49 Menurut Nurhasan, pengertian secara umum kata “Mutu dapat diartikan kualitas, suatu gambaran yang menjelaskan mengenai baik buruknya hasil yang dicapai para siswa dalam proses pendidikan yang sedang dilaksanakan.” 50 Jadi dapat disimpulkan bahwa mutu adalah ukuran untuk menyatakan esensi semua benda atau hal berupa standar ideal yang ingin dicapai oleh suatu proses. Pada pembahasan di atas, telah dijabarkan mengenai pengertian mutu dan pengajaran secara terpisah, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan mutu pengajaran adalah kualitas atau gambaran yang menjelaskan baik buruknya mengenai hasil belajar mengajar yang dilakukan oleh guru terhadap anak didik dalam proses pendidikan.

b. Komponen Pengajaran

49 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pistaka, 2002, Edisi III, Cet. Ke-2, h. 768 50 Drs. Nurhasan, Korvensi Nasional Pendidikan Indonesia, Kurikulum untuk Abad 21, Indikator Cara Pengukuran dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu pendidikan, Jakarta: PT. Sindo, 1994, Cet. Ke-3, h. 390 Komponen pengajaran merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat berbagai komponen yang saling berhubungan, saling mempengaruhi serta saling melengkapi. Komponen yang dimaksud adalah semua berbagai yang ada di dalam sumber belajar, baik yang dirancang maupun yang dimanfaatkan. Bagian-bagian ini merupakan satu kesatuan yang sulit berdiri sendiri, meskipun kadang-kadang dapat digunakan secara terpisah. 51 Dalam proses belajar mengajar diperlukannya kurikulum yang dijadikan sebagai pedoman dalam pengajaran, karena kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebagai alat dalam pengajaran, kurikulum memiliki bagian-bagian penting yang dapat mendukung operasinya secara baik. Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pengajaran memiliki komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan, berinteraksi dalam pencapaian tujuan pengajaran. Komponen pokok kurikulum menurut Subandijah meliputi: “Komponen tujuan, komponen isimateri, komponen organisasistrategi, komponen media, dan komponen proses belajar mengajar. Sedangkan yang termasuk dalam komponen penunjang kurikulum meliputi: Sistem administrasi dan supervisi, pelayanan bimbingan dan penyuluhan, dan sistem evaluasi.” 52 51 Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997, Cet. Ke-1, h. 105 52 Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999, Cet. Ke-1, h. 12 Dari komponen-komponen kurikulum tersebut di atas, penulis mengambil beberapa komponen yang berkaitan dengan peningkatan mutu pengajaran. Adapun komponen-komponen pengajaran yang dapat mempengaruhi mutu pengajaran antara lain adalah: 1 Tujuan pengajaran; 2 Materibahan pengajaran; 3 Metode pengajaran; 4 Mediasarana prasarana pengajaran; dan 5 Evaluasi pengajaran Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai komponen pengajaran tersebut di atas, maka penulis memberikan penjelasan satu persatu. 1 Tujuan Pengajaran Tujuan merupakan suatu hal yang paling penting dalam proses pengajaran, yakni hal yang ingin dicapai secara keseluruhan, yang meliputi tujuan domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor, karena tujuan pengajaran dapat menunjang tercapainya tujuan belajar. Tujuan pengajaran dilihat dari tiga sumber, antara lain adalah masyarakat, siswa dan bidang studi. Tujuan pengajaran menurut masyarakat mencakup konsep luas seperti: membentuk manusia pancasila, menjadikan manusia pembangunan, berkepribadian yang mantap dan bertanggung jawab. Sedangkan tujuan pengajaran menurut siswanya mencakup kesiapan jabatan, keterampilan memecahkan masalah, penggunaan waktu senggang secara membangun dan sebagainya, sehingga setiap siswa mempunyai harapan yang mungkin berbeda. Adapun tujuan pengajaran yang ada kaitannya dengan bidang studi dapat dinyatakan lebih spesifik, misalnya dalam sains “sadar akan keindahan dan keteraturan dalam lingkungan belajar. Rumusan tentang tujuan harus mengenal perubahan dalam minat dan kebutuhan siswa, dan perubahan dalam kebutuhan masyarakat dan lembaga pendidikannya. 53 Menurut Muhammad Uzer Usman, hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan pula oleh guru sebagai perancang designer belajar mengajar. Untuk itu, guru dituntut menguasai taksonomi hasil belajar yang selama ini dijadikan pedoman dalam perumusan tujuan instruksional. Tujuan instruksional pada umumnya dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yakni domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif mencakup tujuan yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan dan kemampuan intelektual. Domain afektif mencakup tujuan-tujuan yang berhubungan dengan perubahan-perubahan sikap, nilai, perasaan dan minat. Sedangkan domain psikomotorik mencakup tujuan-tujuan yang 53 A. Tresna Sastrawijaya, M. Sc, Pengembangan Program Pengajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991, Cet. Ke-1, h. 26-27 berhubungan dengan manipulasi dan kemampuan gerak. Klasifikasi tujuan tersebut memungkinkan hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar, karena hasil belajar dapat dilihat dari tingkah laku siswa. Hal ini memberikan pula petunjuk bagi guru dalam menentukan tujuan-tujuan dalam bentuk tingkah laku yang diharapkan dari dalam diri siswa. 54 Dari uraian tersebut, untuk menentukan bermutu tidaknya pendidikan dan pengajaran di sekolah, maka guru, kepala sekolah, siswa dan masyarakat dapat berperan secara aktif di dalam usaha untuk mencapai tujuan pengajaran yang direncanakan dan yang diharapkan sesuai dengan perkembangan zaman. 2 Materibahan Pengajaran Yang dimaksud dengan bahan pengajaran adalah sesuatu yang harus dipelajari oleh pembelajar dalam melaksanakan aktivitas belajarnya. Bahan pengajaran bisa berasal dari guru, buku-buku teks, paper, makalah, artikel, disamping dapat berasal dari lapangan atau obyek tertentu. Menurut Ali Imron dalam bukunya “Belajar dan Pembelajaran”, mengatakan bahwa penyediaan bahan pengajaran sangat bergantung pada tujuan pengajaran, karakteristik siswa, siasat belajar yang harus ditempuh oleh siswa dan faktor ketersediaan tidaknya bahan pengajaran. 55 Penguasaan bahan pengajaran oleh guru mengarah kepada sifat spesifikasi 54 Moh. Uzer Usman, Op. Cit., h. 34 55 Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Pustaka Jaya, 1996, Cet. Ke-1, h. 32-33 atas ilmu yang diajarkan. Dengan melakukan penguraian di dalam memberikan materi pengajaran akan mempermudah siswa untuk memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru. Dari materi yang telah disusun dengan baik, dapat dilihat tujuan yang hendak dicapai dalam pengajaran. Apakah materi yang diberikan merupakan penyajian fakta-fakta, kecakapan-kecakapan yang hanya membutuhkan daya mental saja untuk menguasainya, atau menghendaki keterampilan dan berisi kebiasaan-kebiasaan yang dapat membentuk sesuatu yang nampak. Dengan memperhitungkan isi, sifat dan luasan materi dalam pengajaran akan mempermudah guru di dalam menetapkan baik tujuan pengajaran maupun metode pengajaran yang mempunyai ciri-ciri yang sesuai dengan keadaan materi pengajaran. 3 Metode Pengajaran Metode pengajaran yaitu proses bagaimana mengajar belajar atau “learn how to learn” merupakan syarat penting dan menentukan bagi reciptanya penyelenggaraan pendidikan bermutu. Pada dasarnya setiap mata pelajaran menuntut model metodologi pengajaran tersendiri sesuai dengan sifatnya; adanya mata pelajaran yang menuntut banyak latihan dan pengulangan, sedikit penjelasan dan instruksi, ada mata pelajaran yang menuntut banyak ceramah, perenungan dan analisis. Oleh karena itu, metode pengajaran yang baik adalah metode pengajaran yang mampu mengembangkan semangat dan kemampuan belajar lebih lanjut. Metode pengajaran adalah segala usaha yang sistematis pragmatis yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan pengajaran melalui berbagai aktifitas baik di dalam maupun diluar kelas diluar lingkungan sekolah. Ada beberapa metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar Dr. A.L. Backer mengemukakan sejumlah metode dalam pengajaran sebagai berikut: 1 Metode tiruan 2 Metode percobaan 3 Metode pengalaman pembuatan 4 Metode conditioning 5 Metode ceramah atau kuliah 6 Metode buku 7 Metode deelektrik atau pembahasan 8 Metode elektronik 56 Selain metode mengajar diatas penulis juga akan mengemukakan metode mengajar menurut Abdul Majid dalam buku “Perencanaan Pengajaran”yaitu sebagai berikut: 1 Metode Ceramah 2 Metode Tanya Jawab 3 Metode Tulisan 4 Metode Diskusi 5 Metode Pemecahan Masalah Problem solving method 6 Metode Kisah 7 Metode Perumpamaan 56 Piet A Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidkan Surabaya: Usaha Nasional, 1981, h. 166 8 Metode Pemahaman dan Penalaran 9 Metode perintah berbuat baik dan saling menghormati 10 Metode Suri Teladan 11 Metode hikmah dan mau’izhah hasanah 12 Metode peringatan dan pemberian motivasi 13 Metode Praktik 14 Metode Karya Wisata 15 Metode Tadrij pertahapan. 57 Apapun penggunaan suatu metode hendaknya dapat membawa suasana interaksi atau pembelajaran yang edukatif, menempatkan peserta didik pada keterlibatan aktif belajar maupun menumbuh kembangkan minat belajar serta membangkitkan semangat belajar dan menghidupkan proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Dari uraian tersebut, maka metode mengajar sangat mendukung keberhasilan belajar. Oleh karena itu, guru sebagai tenaga pendidik di dalam menentukan metode pengajaran seyogyanya disesuaikan dengan pokok bahasan yang diberikan kepada siswa. Selain itu pula untuk menanggulangi kejenuhan siswa, sebaiknya di dalam menentukan metode mengajar dilakukan secara bervariasi. 4 Mediasarana prasarana Pengajaran Menurut Mursall. M media adalah suatu eksistensi manusia yang memungkinkan mempengaruhi orang lain yang tidak mengadakan kontak langsung dengan dia. Dalam arti sempit media pengajaran hanya meliputi 57 Abdul Majid, Perencanaan Pengajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, Cet. Ketiga, h. 137-158 media yang dapat digunakan secara efektif dalam proses pengajaran yang terencana, sedangkan arti luas media tidak hanya meliputi media komunikasi dan elektronik yang komplek, akan tetapi juga menyangkut alat-alat sederhana seperti fotografi, diagram dan bagan buatan guru, obyek-obyek nyata serta kunjungan keluar sekolah. Pengetahuan dan pemahaman tentang media pengajaran setiap guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pengajaran meliputi: a Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan PBM b Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan c Tentang proses pengajaran d Hubungan antara metode mengajar dengan media pengajaran e Memelihara dan menggunakan media pengajaran f Nilai atau manfaat media dalam pengajaran g Berbagai jenis alat dan teknik media h Usaha inovasi dalam media pengajaran. 58 Salah satu manfaat dari media pengajaran adalah dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang hendak dicapai. Adapun manfaat media pengajaran antara lain: a Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik. 58 Oemar Hamalik, Media Pengajaran, Jakarta: PT. Cipta Aditya Bakti, 1994, Cet. Ke-7, h.1 b Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan energi. c Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain- lain. d Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. 59 Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa mediasarana prasarana pengajaran dijadikan hal yang sangat mendukung tercapainya Tujuan Instruksional Khusus TIK maupun Tujuan Instruksional Umum TIU dalam proses pengajaran. Guru harus mampu di dalam menggunakan media yang tersedia sehingga antara media dan metode saling melengkapi di dalam proses pengajaran yang pada gilirannya akan meningkatkan mutu pengajaran. 5 Evaluasi pengajaran Evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai seseorang dengan menggunakan patokan-patokan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Evaluasi hasil pengajaran adalah suatu proses menentukan nilai prestasi pengajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan patokan-patokan tertentu guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan. 59 Harjanto, Peencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, Cet. Ke-2, h. 243 Menurut Ali Imron dalam bukunya “Belajar dan Pembelajaran” mengatakan bahwa kedudukan evaluasi dalam belajar dan pembelajaran sangat penting, dan bahkan dapat dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan keseluruhan proses pengajaran. Dengan evaluasi akan diketahui, apakah pengajaran yang telah dilakukan telah mencapai tujuan atau belum. Dengan evaluasi juga akan diketahui faktor-faktor apa saja yang menjadikan penyebab pengajaran tersebut berhasil atau tidak. 60 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi pengajaran sangat menunjang keberhasilan dari proses pengajaran, karena dengan adanya evaluasi pengajaran dapat dijadikan tolak ukur dalam mengadakan perbaikan pengajaran yang lebih bermutu dan sesuai dengan perkembangan zaman. Dari penjelasan mengenai berbagai komponen pengajaran tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam proses pengajaran komponen- komponen tersebut merupakan hal yang sangat penting sehingga antara komponen yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Pengajaran