kadar gula darah pada penderita DM tidak terkontrol untuk jangka waktu yang panjang karena tidak melakukan intervensi non farmakologis dan meminum obat
secara teratur Waspadji, 2006. Salah satu penyebab yang paling sering diabaikan penderita DM pada
intervensi non farmakologis adalah tidak melaksanakan aktivitas fisik Handayani,2007. Hal ini dapat disebabkan karena banyak penderita DM yang
tidak mengetahui pentingnya manfaat aktivitas fisik dalam menjaga kadar glukosa darah atau banyak penderita DM yang tidak patuh dalam melakukan aktivitas fisik
tersebut.
2.5 Pencegahan dan penanggulangan Diabetes Melitus di Indonesia
Menurut survei yang dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, China dan
Amerika Serikat. Dari data Depkes Indonesia juga didapatkan bahwa jumlah pasien diabetes rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan
pertama dari seluruh penyakit endokrin. Mengingat besarnya masalah ini, akan dibentuk direktorat baru di Departemen Kesehatan untuk menangani penyakit
tidak menular PTM Suyono, 2006. Melihat permasalahan tersebut jika tidak diintervensi secara serius,
permasalahan diabetes akan bertambah besar sehingga akan sulit untuk menanggulanginya. Upaya pencegahan dan penanggulangan tidak dapat dilakukan
oleh pemerintah saja, tetapi harus oleh semua pihak termasuk organisasi profesi PERKENI dan organisasi kemasyarakatan PERSADIA dan PEDI. Karena itu
Menkes menghargai dan menyambut baik setiap kegiatan dari berbagai organisasi kemasyarakatan yang membantu pemerintah dan masyarakat dalam mengatasi
masalah diabetes di Indonesia. Mengingat jumlah pasien yang terus meningkat dan besarnya biaya
perawatan pasien diabetes yang terutama disebabkan oleh karena komplikasinya,
Universitas Sumatera Utara
maka upaya yang paling baik adalah pencegahan Suyono, 2006. Menurut WHO, upaya pencegahan pada diabetes ada 3 tahap, yaitu :
1. Pencegahan primer adalah pencegahan terjadinya diabetes melitus pada individu
yang berisiko melalui modifikasi gaya hidup pola makan sesuai, aktivitas fisik, penurunan berat badan dengan didukung program edukasi yang berkelanjutan.
Pencegahan primer merupakan cara yang paling sulit karena yang menjadi sasaran adalah orang-orang yang belum sakit artinya mereka yang masih sehat. Semua
pihak harus memprogandakan pola hidup sehat dan menghindari pola hidup berisiko. Kendati program ini tidak mudah, tetapi sangat menghemat biaya. Oleh
karena itu dianjurkan untuk dilakukan di negara-negara dengan sumber daya terbatas Suyono, 2006.
2. Pencegahan sekunder merupakan tindakan pencegahan terjadinya komplikasi akut
maupun jangka panjang. Syarat untuk mencegah komplikasi adalah kadar glukosa darah harus selalu terkendali mendekati angka normal. Dalam upaya pengendalian
kadar glukosa darah harus diutamakan cara-cara nonfarmakologis terlebih dahulu secara maksimal agar tidak terjadi resistensi insulin, misalnya dengan aktivitas
fisik, edukasi makanan, dan lain-lain. Bila tidak berhasil baru menggunakan obat, baik oral maupun insulin Suyono, 2006.
3. Pencegahan tersier adalah upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan yang
timbul akibat komplikasi. Pencegahan ini meliputi 3 tahap yaitu : •
mencegah timbulnya komplikasi diabetes, yang pada konsensus dimasukkan sebagai pencegahan sekunder
• mencegah berlanjutnya progresi komplikasi untuk tidak menjurus kepada
penyakit organ •
mencegah terjadinya kecacatan disebabkan oleh karena kegagalan organ atau jaringan
Langkah pertama dalam mengelola diabetes melitus selalu dimulai dengan pendekatan nonfarmakologis, yaitu berupa perencanaan makananterapi nutrisi
medik, aktivitas fisik, dan penurunan berat badan jika didapati berat badan lebih
Universitas Sumatera Utara
atau obesitas. Bila dengan langkah-langkah tersebut sasaran pengendalian diabetes belum tercapai, maka dilanjutkan dengan penggunaan obat atau intervensi
farmakologis. Tujuan terapi untuk pasien diabetes adalah 1 mengurangi gejala yang disebabkan hiperglikemi, 2 mengurangi komplikasi makrovaskular dan
non mikrovaskular dari DM dan 3 membuat pasien menjalani pola makan dan gaya hidup yang normal. Untuk mencapai target ini maka dokter harus
mengindentifikasi target penurunan kadar gula darah untuk setiap pasien, memberikan pengobatan yang sesuai, dan mengontrol ketat komplikasi yang
mungkin dialami pasien Soegondo, 2006.
2.6 Aktivitas Fisik