BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan suatu perusahaan dapat dikatakan baik atau tidaknya dapat dilihat dari bagaimana kinerja perusahaan tersebut setiap tahunnya. Kinerja
perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangannya memiliki informasi yang sangat berguna bagi manajemen untuk menetapkan kebijakan atau keputusan yang
akan diambil oleh manajemen dan dapat mempengaruhi para investor untuk memutuskan apakah akan membeli saham perusahaan tersebut atau tidak. Kinerja
perusahaan diukur dengan alat-alat analisis keuangan sehingga dapat diketahui bagaimana keadaan keuangan perusahaan tersebut.
Salah satu cara untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan adalah dengan cara menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance. Newel dan
Wilson 2002 menyatakan bahwa secara teoritis praktek good corporate governance
dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan cara meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi risiko manajemen, membuat keputusan yang
cenderung mementingkan diri mereka sendiri, dan meningkatkan kepercayaan investor
. Setiap perusahaan yang ingin berkompetisi dengan perusahaan lain secara global, harus menerapkan good corporate governance. Good corporate
governance sangat penting untuk membangun kondisi perusahaan yang tangguh
dan menciptakan sistem dan struktur perusahaan yang kuat sehingga mampu
menjadi perusahaan kelas dunia. Good corporate governance mengatur hubungan antara pemegang saham, stakeholder, dan pemegang kepentingan lainnya
berkaitan dengan hak dan kewajiban mereka. Isu mengenai corporate governance CG secara internasional diawali
dengan skandal terbesar dalam sejarah pasar modal dan bentuk korupsi korporasi terbesar dalam sejarah Amerika Serikat yang terjadi pada perusahaan Enron yang
bergerak di bidang listrik, gas alam, bubur kertas dan komunikasi Sekaredi, 2011. Skandal Enron dilakukan oleh pihak eksekutif perusahaan, yaitu
melakukan mark-up laba perusahaan sebesar US 600 juta, dan menyembunyikan utangnya sejumlah US 1,2 milliar. Kasus ini menyeret KAP Arthur Anderson
yang merupakan auditor Enron yang berakibat Arthur Anderson ditutup secara global Sekaredi, 2011. Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT.
Lippo Tbk dan PT Kimia Farma Tbk juga terdeteksi melakukan manipulasi pelaporan keuangan. Sehingga dari kasus tersebut menyebabkan publik kurang
percaya terhadap keandalan pelaporan keuangan perusahaan dan menyebabkan timbulnya krisis kepercayan. Dengan corporate governance, diharapkan akan
meningkatkan transparansi pelaporan keuangan dan kinerja perusahaan. Penelitian ini akan menganalisis pengaruh komisaris independen, komite
audit, dan struktur kepemilikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Indikator kinerja keuangan perusahaan digunakan proksi return on assets ROA. ROA
merupakan perbandingan dari return laba perusahaan dibanding aset yang dimilikinya. Laba merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
dan mengevaluasi kinerja perusahaan Siallagan dan Machfoedz, 2006.
Fama dan Jensen 1983 menyatakan bahwa semakin besar proporsi komisaris independen maka semakin efektif peranan komisaris independen di
dalam melaksanakan fungsi monitoring terhadap perilaku oportunis manajemen. Perilaku oportunis manajemen yang dimonitor dengan baik oleh komisaris
independen akan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Semakin tinggi perwakilan dari outsider director komisaris independen, maka semakin tinggi
independensi dan efektivitas corporate board sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan Barnhart Rosenstein, 1998. Berbagai penelitian yang
menggunakan variabel komisaris independen untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan mendapatkan hasil yang berbeda. Dalam penelitian Susanti 2011,
menyimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara komisaris independen dengan kinerja keuangan perusahaan, sedangkan dalam penelitian Arifani 2013,
Rosyada 2012, dan penelitian Ningrum 2012 terdapat pengaruh signifikan antara komisaris independen dengan kinerja keuangan perusahaan.
Komite audit dipandang sebagai mekanisme monitoring yang dipekerjakan secara sukarela dalam situasi biaya keagenan yang tinggi untuk meningkatkan
kualitas informasi yang akan disampaikan kepada principal dan agent Beasley, 1996. Komite audit bertindak sebagai pengendali manajemen dengan
memberikan pengetahuan yang lebih rinci dan pemahaman tentang laporan keuangan dan informasi keuangan lainnya yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Keberadaan komite audit menunjukkan kualitas pengawasan yang lebih tinggi dan dapat mengurangi kemungkinan kecurangan pelaporan keuangan. Dalam
penelitian Manik 2011 menyatakan komite audit memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Menurut teori keagenan, struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik kepentingan antara manajer dengan
pemegang saham Faisal, 2005. Dalam konteks teori agensi, para manajer merupakan agen yang mengelola kegiatan bisnis organisasi atas nama pemilik
perusahaan. Dari perspektif ilmu ekonomi economics yang rasional, para pemilik menginginkan para agen manajemen perusahaan selalu mengikuti dan
mencapai sasaran goal dengan strategi yang tepat yang semua ini akan konsisten dengan kepentingan para pemilik Jensen dan Meckling, 1976. Struktur
kepemilikan dalam penelitian ini diproksikan dengan kepemilikan manajerial yang merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen. Dalam
penelitian Manik 2011 memberikan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara kepemilikan manajerial dengan kinerja keuangan perusahaan
dimana semakin besar kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung berusaha untuk meningkatkan kinerjanya untuk
kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingannya sendiri. Sedangkan dalam penelitian Ningrum 2012 memberikan kesimpulan bahwa kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh signifikan dengan kinerja keuangan perusahaan. Kepemilikan manajerial dapat dilakukan sebagai bentuk kompensasi yang
diterima pihak manajemen untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan Arifani, 2013. Pada umumnya, besarnya kompensasi yang diterima pihak
manajemen tergantung pada besarnya aset perusahaan Puspitasari dan Ermawati, 2010 dalam Arifani, 2013.
Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Arifani 2013 yang menggunakan variabel terikat kinerja keuangan yang diukur dengan menggunakan
return on equity ROE dan menggunakan variabel bebas kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, komisaris independen, dan komite audit serta menggunakan sampel penelitian seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2010-2011. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel dependen kinerja keuangan diukur dengan
menggunakan return on assets ROA, tidak memasukkan variabel kepemilikan institusional, dan penelitian ini menggunakan sampel perusahaan sektor keuangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Sektor
Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia BEI”. 1.2
Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan. 2. Apakah komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
3. Apakah struktur kepemilikan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.
4. Apakah komisaris independen, komite audit, dan struktur kepemilikan berpengaruh secara simultan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
1.3 Tujuan Penelitian