Uji Multikolinearitas Uji Asumsi Klasik .1 Uji Normalitas

distribusi suatu data secara normal. Uji Kolmogorov Smirnov menggunakan tingkat signifikansi 5, maka nilai asymp.sig 2- tailed di atas nilai signifikan 5 artinya variabel residual berdistribusi normal. Tabel 4.2 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 165 Normal Parameters a Mean .0000000 Std. Deviation .01727556 Most Extreme Differences Absolute .104 Positive .104 Negative -.068 Kolmogorov-Smirnov Z 1.330 Asymp. Sig. 2-tailed .058 a. Test distribution is Normal. Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015 Hasil analisis metode One Sample Kolmogorov-Smirnov, menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov dengan sampel N 165 sebesar 1,330 dan berada di atas signifikan 0,05 karena Asymp. Sig . 2-tailed 0,058 0,05, maka dapat disimpulkan data terdistribusi secara normal.

4.2.2.2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Uji multikolinearitas dapat dilihat dari 1 nilai tolerance dan lawannya 2 variance inflation factor VIF. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF = 1Tolerance. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat dilihat dari Value Inflation Factor VIF dan nilai Tolerance. Apabila nilai VIF 10, terjadi multikolinearitas. Sebaliknya, jika VIF 10, tidak terjadi multikolinearitas dan apabila nilai Tolerance 0,10 tidak terjadi multikolinearitas dan sebaliknya jika nilai Tolerance 0,10, maka terjadi multikolinearitas. Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Constant X1 .997 1.003 X2 .987 1.013 X3 .988 1.012

a. Dependent Variable: Y Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015

Masing-masing variabel independen memiliki nilai tolerance yang lebih besar dari 0,1 yaitu variabel komisaris independen X1 dengan nilai tolerance 0,997; variabel komite audit X2 memiliki nilai tolerance 0,987; variabel struktur kepemilikan X3 memiliki nilai tolerance 0,988. Jika dilihat dari VIF, masing-masing variabel independen memiliki nilai lebih kecil dari 10 yaitu untuk VIF komisaris independen 1,003; VIF komite audit 1,013; dan VIF struktur kepemilikan 1,012. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas.

4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Dasar pengambilan keputusannya adalah: 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat dari scatterplot pada gambar 4.3. Gambar 4.3 Grafik Scatterplot Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015 Dari grafik scatterplot di atas dapat disimpulkan bahwa titik-titik tidak membentuk pola tertentu dan menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. dengan demikian, dpat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

4.2.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahn pengganggu pada periode t-1 sebelumnya Ghozali, 2006. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Uji yang digunakan untuk melihat autokorelasi dalam penelitian ini adalah Uji Durbin- Watson DW. Hasil uji Durbin Watson dapat dilihat pad atabel di bawah ini. Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 .391 a .153 .137 .017436 1.830 a. Predictors: Constant, X3, X1, X2 b. Dependent Variable: Y Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015 Pada tabel 4.4 menunjukkan hasil Durbin-Watson sebesar 1,830. Pada signifikansi 0,05 5 dengan jumlah sampel 165 dan jumlah variabel independen 3 k=3, maka diperoleh nilai batas atas du 1,7825 dan nilai batas bawah dl 1,7085. Sesuai dengan syarat yang dikatakan data yang baik adalah data yang tidak mempunyai gejala autokorelasi dengan syarat du d 4 – du 1,7825 1,830 2,2175, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi positif atau negatif.

4.3 Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi R square menunjukkan seberapa besar variabel independen menjelaskan variabel dependennya. Apabila nilai R Square berada di atas 0,5 dan mendekati 1 maka variabel-variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan. Sebaliknya, semakin kecil nilai R square, maka kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen semakin terbatas. Hasil koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .391 a .153 .137 .017436 a. Predictors: Constant, X3, X1, X2 b. Dependent Variable: Y Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015 Nilai R pada tabel di atas menunjukkan tingkat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dari hasil olah data yang dilakukan, diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,391 atau 39,1, artinya hubungan antara komisaris independen, komite audit, dan struktur kepemilikan adalah kurang kuat karena di bawah 50. Koefisien determinasi R square menggambarkan seberapa besar variabel independen menjelaskan variabel dependennya. Dari hasil perhitungan diperoleh R Square sebesar 15,3, artinya seberapa besar variabel independen menjelaskan variabel dependennya hanya sebesar 15,3 sedangkan sisanya sebesar 84,7 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Nilai R square sebesar 15,3 menunjukkan kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas.

4.4 Analisis Regresi

Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi berganda. Berikut ini merupakan hasil pngolahan data dengan program SPSS 16.

4.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda

Dokumen yang terkait

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 81 85

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 154 83

PENGARUH UKURAN DEWAN KOMISARIS, UKURAN DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN, UKURAN KOMITE AUDIT DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN(Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

0 5 63

PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN, STRUKTUR KEPEMILIKAN, KUALITAS AUDIT DAN KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP FREKUENSI RAPAT KOMITE AUDIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 2 87

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 7

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 1 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Agency Theory - Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 18

SKRIPSI PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN, KOMITE AUDIT, DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 0 12