Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Penelitian Terdahulu

3. Apakah struktur kepemilikan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. 4. Apakah komisaris independen, komite audit, dan struktur kepemilikan berpengaruh secara simultan terhadap kinerja keuangan perusahaan.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan yang dapat dinyatakan sebagai berikut: 1. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh komisaris independen terhadap kinerja keuangan perusahaan 2. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh komite audit terhadap kinerja keuangan perusahaan 3. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh struktur kepmilikan terhadap kinerja keuangan perusahaan 4. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh komisaris independen, komite audit, struktur kepemilikan secara simultan terhadap kinerja keuangan.perusahaan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Hasil penelitian dapat menambah wawasan peneliti sehubungan dengan hal-hal yang mempengaruhi kinerja keuangan. 2. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menjadi dasar pertimbangan manajemen dalam membuat keputusan investasi pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan untuk menelaah lebih lanjut terkait hal-hal yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan dasar pengembangan dalam melakukan penelitian selanjutnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Agency Theory

Teori keagenan Agency Theory adalah teori yang muncul akibat adanya hubungan antara stakeholder dengan manajer. Perbedaan peran di antara keduanya menyebabkan suatu ketimpangan informasi. Dari ketimpangan informasi tersebut, satu pihak manajer dapat mengambil keuntungan untuk diri mereka sendiri yang dapat merugikan pihak lainnya stakeholder. Jensen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara agent manajer dengan principal pemegang saham. Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik dengan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan prinsipal, sehingga memicu biaya keagenan agency cost. Corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, sehingga diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan Sekaredi, 2011. Corporate governance juga berkaitan dengan bagaimana investor dapat mengontrol manajer, sehingga para investor dapat mengetahui bagaimana kinerja manajer dalam meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Jika perusahaan menghasilkan keuntungan, maka investor akan mendapat pembagian keuntungan dalam bentuk dividen sehingga dapat dikatakan bahwa jika kinerja keuangan perusahaan meningkat, maka keuntungan yang diterima investor juga akan meningkat. Teori keagenan ditekankan untuk mengatasi dua permasalahan yang dapat terjadi dalam hubungan keagenan, yaitu masalah keagenan yang timbul pada saat keinginan-keinginan prinsipal dan agen berlawanan dan merupakan suatu hal yang sulit atau mahal bagi prinsipal untuk melakukan verifikasi apakah agen telah melakukan sesuatu secara tepat Eisenhardt, 1989. Teori agensi dilandasi oleh tiga asumsi sifat manusia menurut Eisenhardt 1989 yaitu : 1 Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri, 2 Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang, dan 3 Manusia selalu menghindari resiko. Menurut pernyataan tersebut, dapat diasumsikan manajer sebagai seorang manusia juga memiliki sifat yang mementingkan dirinya sendiri tanpa mempedulikan kepentingan manusia lainnya. Jika manajemen memiliki seluruh atau sebagian saham perusahaan maka hal ini akan mempengaruhi manajemen dalam menjalankan perusahaan. Manajemen akan lebih termotivasi karena mempunyai kepentingan dan rasa memiliki dalam perusahaan. Hal ini yang membuat kepemilikan manajerial akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Adanya komisaris independen juga dapat memicu manajemen untuk bekerja lebih baik. Hal ini dikarenakan bahwa komisaris independen mempunyai kepentingan atas perusahaan sehingga komisaris independen harus melakukan pengawasan terhadap kinerja perusahaan yang dijalankan oleh manajemen. Begitu juga dengan komite audit yang memiliki tugas untuk memonitor kinerja keuangan perusahaan dan mempengaruhi keputusan manajer. Komite audit mendorong terjadinya interaksi antara manajemen dengan auditor eksternal, termasuk mengenai estimasi akuntansi, penilaian terhadap manajemen, dan ketidaksepakatan antara manajemen dan auditor eksternal, sehingga dengan adanya komite audit dapat menjadi penengah diantara keduanya yang akan membantu manajer dalam pengambilan keputusan Ningrum, 2012.

2.1.2 Good Corporate Governance

Good corporate governance GCG adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Ia berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara. Penerapan GCG mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif. Oleh karena itu, diterapkannya GCG oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. FCGI dalam publikasi yang pertamanya menggunakan definisi Cadbury Committee untuk pengertian good corporate governance, yaitu “seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan”. GCG diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan, dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance terdapat prinsip-prinsip good corporate governance , yaitu: 1. Akuntabilitas Meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat. 2. Pengawasan Meningkatkan upaya pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dengan mengusahakan keterlibatan swasta dan masyarakat luas. 3. Daya Tanggap Meningkatkan kepekaan para penyelenggaraan pemerintahan terhadap aspirasi masyarakat tanpa kecuali. 4. Profesionalisme Meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggaraan pemerintahan agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat, dengan biaya terjangkau. 5. Efisiensi Dan Efektivitas Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggung jawab. 6. Transparansi Menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi. 7. Kesetaraan Memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya. 8. Wawasan ke Depan Membangun daerah berdasarkan visi dan strategis yang jelas dan mengikutsertakan warga dalam seluruh proses pembangunan, sehingga warga merasa memiliki dan ikut bertanggungjawab terhadap kemajuan daerahnya. 9. Partisipasi Mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, yang menyangkut kepentingan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung 10. Penegakan Hukum Mewujudkan penegakan hukum yang adil bagi semua pihak tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai- nilai yang hidup dalam masyarakat.

2.1.3 Komisaris Independen

Komisaris independen memiliki peran yang sangat penting bagi perusahaan yang sudah menerapkan good corporate governance. Komisaris independen merupakan posisi yang baik dalam melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang memiliki good corporate governance Ningrum, 2012. Keberadaan komisaris independen telah diatur Bursa Efek Jakarta melalui peraturan BEJ tanggal 1 Juli 2000. Dikemukakan bahwa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia harus mempunyai komisaris independen yang secara proporsional sama dengan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham yang minoritas bukan controlling shareholders. Dalam peraturan ini, persyaratan jumlah minimal komisaris independen adalah 30 dari seluruh anggota dewan komisaris. Definisi komisaris independen menurut ketentuan Bapepam dan LK Nomor Kep-643BL2012 adalah: “Anggota komisaris yang berasal dari luar emiten atau perusahaan publik, tidak mempunyai saham, baik langsung maupun tidak langsung pada emiten atau perusahaan publik, tidak mempunyai afiliasi dengan emiten atau perusahaan publik, komisaris, direksi atau pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik serta tidak memiliki hubungan usaha, baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik“.

2.1.4 Komite Audit

Menurut keputusan ketua BAPEPAM No. Kep-643BL2012, definisi komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Selain itu, komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen guna mengatasi masalah pengendalian ataupun kemungkinan timbulnya agensi. Keanggotaan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua komite audit. Anggota komite ini yang berasal dari komisaris hanya sebanyak satu orang, anggota komite yang berasal dari komisaris tersebut merupakan komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite audit. Anggota lain yang bukan merupakan komisaris independen harus berasal dari pihak eksternal independen. Masa tugas anggota komite audit tidak boleh lebih lama dari masa jabatan dewan komisaris sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu periode berikutnya. Kep- 643BL2012 juga berisi tentang tugas dan tanggung jawab, serta wewenang komite audit sebagai berikut: a. Tugas dan tanggung jawab komite audit 1 Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan emiten atau perusahaan publik kepada publik danatau pihak otoritas antara lain laporan keuangan, proyeksi, dan laporan lainnya terkait dengan informasi keuangan emiten atau perusahaan publik; 2 Melakukan penelaahan atas ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan kegiatan emiten atau perusahaan publik; 3 Memberikan pendapat independen dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara manajemen dan akuntan atas jasa yang diberikannya; 4 Memberikan rekomendasi kepada dewan komisaris mengenai penunjukan akuntan yang didasarkan pada independensi, ruang lingkup penugasan, dan fee; 5 Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaaan oleh auditor internal dan mengawasi pelaksanaan tindak lanjut oleh direksi atas temuan auditor internal; 6 Melakukan penelaahan terhadap aktivitas pelaksanaan manajemen risiko yang dilakukan oleh direksi, jika emiten atau perusahaan publik tidak memiliki fungsi pemantau risiko di bawah dewan komisaris; 7 Menelaah pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntansi dan pelaporan keuangan emiten atau perusahaan publik; 8 Menelaah dan memberikan saran kepada dewan komisaris terkait dengan adanya potensi benturan kepentingan emiten atau perusahaan publik. b. Wewenang komite audit 1 Mengakses dokumen, data, dan informasi emiten atau perusahaan publik tentang karyawan, dana, aset, dan sumber daya perusahaan yang diperlukan; 2 Berkomunikasi langsung dengan karyawan, termasuk direksi dan pihak yang menjalankan fungsi audit internal, manajemen risiko, dan akuntan terkait tugas dan tanggung jawab komite audit; 3 Melibatkan pihak independen di luar anggota komite audit yang diperlukan untuk membantu pelaksanaan tugasnya jika diperlukan; dan 4 Melakukan kewenangan lain yang diberikan oleh dewan komisaris.

2.1.5 Struktur Kepemilikan

Struktur kepemilikan dapat dijelaskan dari dua sudut pandang, yaitu pendekatan keagenan dan pendekatan asimetri Iturriaga dan Sanz, 2012. Menurut pendekatan keagenan, struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Pendekatan ketidakseimbangan informasi memandang mekanisme struktur kepemilikan sebagai suatu cara untuk mengurangi ketidakseimbangan informasi antara insiders dan outsiders melalui pengungkapan informasi di dalam pasar modal. Struktur kepemilikan dalam penelitian ini diproksikan dengan kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial adalah saham yang dimiliki oleh manajemen secara pribadi maupun saham yang dimiliki oleh anak cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya Susiana dan Herawaty, 2007. Kepemilikan saham manajerial akan membantu penyatuan kepentingan antara manajer dan pemegang saham, sehingga manajer ikut merasakan secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut pula menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah Sabrinna, 2010. Transparansi dan penjelasan laporan keuangan merupakan bagian dari tanggung jawab pimpinan, sehingga tata kelola korporasi sudah menjadi pusat perhatian para pemimpin perusahaan. Tanpa tata kelola korporasi yang baik dan jujur oleh kepemilikan manajerial, maka organisasi apapun dapat dengan mudah terjebak kedalam perilaku atau proses kerja yang cenderung menghalalkan segala cara untuk mencapai hasil yang ingin dicapai Manik, 2011.

2.1.6 Kinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja keuangan perusahan merupakan penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Kinerja keuangan adalah prestasi kerja yang telah dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan Munawir, 1998 dalam Ningrum, 2012. Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika Prawirosentono ,1997 dalam Wahdikorin, 2010. Penilaian kinerja perusahaan dapat dilihat dari segi analisis laporan keuangan dan dari segi perubahan harga saham. Tujuan dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membedakan hasil dan tindakan yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran. Penelitian ini menggunakan return on assets untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. ROA merupakan rasio profitabilitas yang mengukur banyaknya laba yang dihasilkan dalam setiap aktiva yang digunakan. Laba merupakan tujuan suatu perusahaan beroperasi sehingga informasi tentang laba yang dihasilkan oleh perusahaan sangat penting bagi manajemen dan pemegang saham. Informasi tentang laba perusahaan dapat mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang ditetapkan Ningrum, 2012.

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu NO NAMA JUDUL VARIABEL HASIL PENELITIAN 1 Arifani 2013 Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Variabel Independen: Komite Audit, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Komisaris Independen Variabel Dependen: ROE Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara komite audit, kepemilikan institusional, dan komisaris independen terhadap kinerja keuangan. Akan tetapi, tidak terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial dengan kinerja keuangan NO NAMA JUDUL VARIABEL HASIL PENELITIAN 2 Manik 2011 Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Komisaris Independen, Komite Audit, dan Umur Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Variabel Independen : Kepemilikan Instansi, Kepemilikan Manajemen, Komisaris Independen, Komite Audit, dan Umur Perusahaan Variabel Dependen: Tobin’s Q Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan adalah kepemilikan manajemen, komisaris independen, dan umur perusahaan. Sedangkan yang tidak berpengaruh signifikan adalah kepemilikan instansi 3 Rosyada 2012 Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Variabel Independen: Kepemilikan Instituisonal, Kepemilikan Manajerial, Komisaris Independen, Komite Audit, Kepemilikan terkonsentrasi dan tersebar Variabel Dependen: Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semua variabel independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Variabel kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komisaris independen berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan, sedangkan variabel komite audit dan kepemilikan terkonsentrasi dan tersebar tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan NO NAMA JUDUL VARIABEL HASIL PENELITIAN 4 Sam’ani 2008 Pengaruh good corporate governance dan leverage terhadap kinerja keuangan pada perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel Independen: Aktivitas Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Komite Audit, Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, dan Leverage Variabel Dependen: CFROA Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kepemilikan institusional dan leverage mempunyai hubungan negatif dan signifikan terhadap kinerja, aktivitas dewan komisaris, dewan direksi, dan komite audit mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja, sedangkan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

2.3 Kerangka Konseptual

Dokumen yang terkait

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 81 85

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 154 83

PENGARUH UKURAN DEWAN KOMISARIS, UKURAN DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN, UKURAN KOMITE AUDIT DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN(Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

0 5 63

PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN, STRUKTUR KEPEMILIKAN, KUALITAS AUDIT DAN KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP FREKUENSI RAPAT KOMITE AUDIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 2 87

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 7

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 1 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Agency Theory - Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 18

SKRIPSI PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN, KOMITE AUDIT, DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 0 12