Peranan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Instansi Pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara.

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

   

SKRIPSI

PERANAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA

INSTANSI PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEMERINTAH PROPINSI SUMATERA UTARA

Oleh :

NAMA : WENNY PANJAITAN NIM : 040522096

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi saya yang

berjudul :

“Peranan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Instansi Pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah

dimuat, dipublikasi, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan

skripsi level Program S1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas

benar dan paabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia

menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.

Medan, 15 Maret 2008

Yang Membuat Pernyataan,

Wenny Panjaitan


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan

anugerah yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi yang berjudul : “Peranan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Instansi Pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana ekonomi pada Program S1 Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara Medan. Mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan

penulis, maka penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin dapat

terselesaikan tanpa ada bimbingan, bantuan dan dukungan dari banyak pihak,

khususnya kepada Papa H. Panjaitan dan Mama R. Br. Siahaan yang telah banyak

memberikan dukungan doa, moril dan materiil dalam penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada berbagai pihak, terutama kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Ahmad, M.Si, Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Fahmi Natigor, SE,

Ak., M.Acc., selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Rasdianto, M.Si, Ak., selaku Dosen Pembimbing, yang telah


(4)

4. Bapak DR. Agusni Pasaribu, MBA., selaku Dosen Penguji I dan Ibu DR.

Erlina, M.Si., selaku Dosen Penguji II dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Pimpinan dan kepada Pegawai/Staff Badan Pendidikan dan Pelatihan

Propinsi Sumatera Utara yang telah membantu penulis dan memberikan data,

masukan-masukan yang diperlukan guna mendukung terselesaikannya

penulisan skripsi ini.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai pada Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara.

7. Saudaraku dan keluarga besar Panjaitan yang selalu memberikan motivasi

yang baik dan berguna.

8. Teman-temanku di kampus khusunya Angkatan 04 (Juni, Yanti, Laura,

Kristina), kantor, gereja, dan khususnya kepada Jonathan yang selalu

memberikan semangat dan tempat berbagi cerita.

Akhirnya dengan berserah diri, doa dan perlindungan dari Tuhan Yang

Maha Esa, semoga semua kebaikan, bantuan dan pengorbanan yang telah

diberikan diberkati pula dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin.

Medan, 15 Maret 2008

Penulis,

Wenny Panjaitan NIM.040522096


(5)

ABSTRAK

Perwujudan praktik-praktik pemerintah yang baik (good governance); seperangkat peraturan perundang-undangan telah digulirkan, demikian pula pemerintah dan seluruh elemen bangsa secara sistematis dan berkelanjutan telah mengambil berbagai kebijakan dan kegiatan yang berkaitan dengan tuntutan terselenggaranya kepemerintahan yang baik tersebut. Upaya pengembangan tersebut sejalan dengan legalitasnya didasarkan pada TAP MPR RI NO XI/MPR/1998 tentang penyelenggara negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instasi Pemerintah bertujuan untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab, dan untuk lebih memantapkan pelaksanaan akuntabilitas kenerja instansi pemerintah sebagai wujub pertanggungjawaban dalam mencapai misi dan tujuan instansi pemerintah,

Badan Pendidikan dan Pelatihan Propinsi Sumatera Utara, merupakan suatu lembaga pemerintahan yang mempunyai visi dan misi yang sangat jelas. Laporan akuntabilitas akan membantu instansi tersebut untuk meningkatkan kinerja mereka lebih baik lagi. Tidak tereasilasikan sebagian anggaran dana yang sudah dianggarankan dalam kegiatan karena adanya kebijakan untuk melakukan efisiensi dan penghematan terhadap pos honorarium dan perjalanan dinas dengan anggapan tidak mempengaruhi pencapain target keluran (output). Kinerja Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara secara keseluruhan dapat dinyatakan dengan baik. Laporan akuntabilitas kinerja yang dibuat oleh kinerja Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, dapat membantu dan berperan dalam upaya meningkatkan kinerja instansi tersebut, sebab laporan akuntabilitas kinerja dan realisasi yang dibuat menjadi salah satu motivasi yang dapat mendorong peningkatan kinerja dimasa-masa yang akan datang, hal ini dibuktikan dengan adanya penerimaan sertifikat ISO 9001-2000 oleh Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara.


(6)

ABSTRACT

Existence of good governance practices; a set of law has been, also the government and all of nation element have taken many wisdom and activity that interlocked with demand to support that good governance systematize and continued. That developing effort are suitable with their legality based on TAP MPR NO XI/MPR/1998 about the state of organizer who clean and free from any corruption, collusion, and nepotism.

Work Accountability Report of Government Authority is aimed to improve the government performance which more useful, more success, cleaner, and more responsible, and explaining the work accountability performance of government authority as a responsibility existence in reaching mission and aim of government authority.

Education and Training Organization of North Sumatra Province is a government organization who has a clearly vision and mission. Accountability report will help that authority to improve their performance to be better. Unrealized a part of valuation that have been valuated in any work because there is a wisdom to efficient and retrench the honorary post and service trip by believing that is does not influence the reaching of output target. The performance of Education and Training Organization of North Sumatra Province can be said good generally. Accountability Performance Report that made by Education and Training of North Sumatra Province can help and used in effort to improve the performance of that authority, because the accountability performance report and realization that had made can be a motivation that can support the improvement of the work in the future. This is proved with ISO 9001-2000 Certificate that received by Education and Training Organization of North Sumatra Province.

Key Word : Accountability and Performance  

             


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN...i

KATA PENGANTAR....ii

ABSTRAK......iv

ABSTRACT......v

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR LAMPIRAN...xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

D. Kerangka Konseptual ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Hukum Pemberlakuan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ... 5

B. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ... 6

1. Pengertian Akuntabilitas ... 6

2. Pengertian Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ... 9

3. Prinsip Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ... 11


(8)

1. Pengertian Kinerja ... 18

2. Pengertian Pengukuran Kinerja... 20

3. Sistem Pengukuran Kinerja ... 21

4. Manfaat Pengukuran Kinerja ... 23

5. Peranan Indikator Dalam Pengukuran Kinerja ... 26

D. Pokok Bahasan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

B. Jenis Data ... 31

C. Teknik Pengumpulan Data ... 31

D. Analisis Data ... 32

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 33

1. Gambaran Umum Perusahaan ... 33

a. Struktur Organisasi ... 34

b. Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara... 35

c. Nilai-nilai Luhur Yang Dianut ... 35

2. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara ... 36

a. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Pada Badan


(9)

Sumatera Utara ... 37

b. Visi, Misi dan Tujuan Badan Pendidikan dan Pelatihan

Propinsi Sumatera Utara ... 40

c. Rencana Strategi Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah

Propinsi Sumatera Utara ... 45

d. Pengukuran Kinerja Badan Pendidikan dan Pelatihan

Pemerintah Propinsi Sumatera Utara ... 49

B. Analisis Hasil Penelitian ... 55

1. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pada Badan

Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera

Utara ... 55

2. Peranan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Dalam

Upaya Meningkatkan Kinerja Badan Pendidikan dan Pelatihan

Pemerintah Propinsi Sumatera Utara ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61


(10)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 22

Gambar 2.1 Sistem Pengukuran Kinerja Komprehensif ... 22 Gambar 4.1 Struktur Organisasi ... 34


(11)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 4.1 Realisasi Penggunaan APBD Propinsi Sumatera Utara T. A 2005 ... 52


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

Lampiran 1 Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2005/2006

Lampiran 2 Pengukuran Kinerja Kegiatan Tahun 2005/2006

   


(13)

ABSTRAK

Perwujudan praktik-praktik pemerintah yang baik (good governance); seperangkat peraturan perundang-undangan telah digulirkan, demikian pula pemerintah dan seluruh elemen bangsa secara sistematis dan berkelanjutan telah mengambil berbagai kebijakan dan kegiatan yang berkaitan dengan tuntutan terselenggaranya kepemerintahan yang baik tersebut. Upaya pengembangan tersebut sejalan dengan legalitasnya didasarkan pada TAP MPR RI NO XI/MPR/1998 tentang penyelenggara negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instasi Pemerintah bertujuan untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab, dan untuk lebih memantapkan pelaksanaan akuntabilitas kenerja instansi pemerintah sebagai wujub pertanggungjawaban dalam mencapai misi dan tujuan instansi pemerintah,

Badan Pendidikan dan Pelatihan Propinsi Sumatera Utara, merupakan suatu lembaga pemerintahan yang mempunyai visi dan misi yang sangat jelas. Laporan akuntabilitas akan membantu instansi tersebut untuk meningkatkan kinerja mereka lebih baik lagi. Tidak tereasilasikan sebagian anggaran dana yang sudah dianggarankan dalam kegiatan karena adanya kebijakan untuk melakukan efisiensi dan penghematan terhadap pos honorarium dan perjalanan dinas dengan anggapan tidak mempengaruhi pencapain target keluran (output). Kinerja Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara secara keseluruhan dapat dinyatakan dengan baik. Laporan akuntabilitas kinerja yang dibuat oleh kinerja Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, dapat membantu dan berperan dalam upaya meningkatkan kinerja instansi tersebut, sebab laporan akuntabilitas kinerja dan realisasi yang dibuat menjadi salah satu motivasi yang dapat mendorong peningkatan kinerja dimasa-masa yang akan datang, hal ini dibuktikan dengan adanya penerimaan sertifikat ISO 9001-2000 oleh Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara.


(14)

ABSTRACT

Existence of good governance practices; a set of law has been, also the government and all of nation element have taken many wisdom and activity that interlocked with demand to support that good governance systematize and continued. That developing effort are suitable with their legality based on TAP MPR NO XI/MPR/1998 about the state of organizer who clean and free from any corruption, collusion, and nepotism.

Work Accountability Report of Government Authority is aimed to improve the government performance which more useful, more success, cleaner, and more responsible, and explaining the work accountability performance of government authority as a responsibility existence in reaching mission and aim of government authority.

Education and Training Organization of North Sumatra Province is a government organization who has a clearly vision and mission. Accountability report will help that authority to improve their performance to be better. Unrealized a part of valuation that have been valuated in any work because there is a wisdom to efficient and retrench the honorary post and service trip by believing that is does not influence the reaching of output target. The performance of Education and Training Organization of North Sumatra Province can be said good generally. Accountability Performance Report that made by Education and Training of North Sumatra Province can help and used in effort to improve the performance of that authority, because the accountability performance report and realization that had made can be a motivation that can support the improvement of the work in the future. This is proved with ISO 9001-2000 Certificate that received by Education and Training Organization of North Sumatra Province.

Key Word : Accountability and Performance  

             


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Presiden R.I VI menyatakan akan memerangi Bad Governance yang dicirikan antara lain adanya pemborosan, kebocoran dan KKN yang belum dapat

diatasi. Oleh karena itu, Kabinet Indonesia Bersatu bertekad untuk mewujudkan

kepemerintahan yang baik/amanah (good governance ) yang merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk memenuhi aspirasi masyarakat dan mencapai

tujuan serta cita-cita bangsa dan negara.

Sehubungan dengan perwujudan praktik-praktik pemerintah yang baik

(good governance); seperangkat peraturan perundang-undangan telah digulirkan, demikian pula pemerintah dan seluruh elemen bangsa secara sistematis dan

berkelanjutan telah mengambil berbagai kebijakan dan kegiatan yang berkaitan

dengan tuntutan terselenggaranya kepemerintahan yang baik tersebut. Tiga pilar

good governance yaitu transparansi, partisipasi dan akuntanbilitas telah diupayakan perwujudannya secara simultan.

Upaya pengembangan tersebut sejalan dengan legalitasnya didasarkan

pada TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang

bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Dalam pasal 3 TAP MPR XI

tersebut dinyatakan bahwa asas-asas umum penyelenggaraan negara meliputi asas

kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum,

asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas dan asas


(16)

akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir

dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada

masyarakat dan rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Usaha tersebut berlanjut di bawah kepemimpinan Presiden B.J. Habibie

telah menghasilkan peraturan perundang-undangan, berupa Instruksi Presiden

Nomor 7 Tahun 1999 tanggal 15 Juni 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah, yang mengharuskan setiap instansi pemerintah tingkat eselon II ke

atas untuk menyiapkan Laporan Akuntanbilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP), sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing instansi dan

jajarannya.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah bertujuan untuk

meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya guna, berhasil guna,

bersih dan bertanggungjawab, dan untuk lebih memantapkan pelaksanaan

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai wujud pertanggungjawaban

dalam mencapai misi dan tujuan instansi pemerintah. Laporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah juga dimaksudkan untuk memotivasi instansi

pemerintah untuk memperbaiki perencanaan dan pemprograman, mobilisasi

sumber daya, manajemen dan penganggaran, desain, dan implementasi proyek

dari waktu ke waktu agar tercipta peningkatan kinerja instansi pemerintah secara


(17)

B. Perumusan Masalah

Dari uraian diatas, maka penulis mencoba merumuskan permasalahan

utama atas objek penelitian yang menjadi dasar penulisan skripsi ini sebagai

berikut:

Apakah Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah telah berperan

dalam meningkatan kinerja instansi pemerintah Pada Badan Pendidikan dan

Pelatihan Propinsi sumatera Utara?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah

Propinsi Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui peranan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah dalam upaya meningkatkan kinerja instansi pemerintah daerah.

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan peranannya.

2. Mengetahui kinerja instansi pemerintah khususnya pada Badan Pendidikan

dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara.

3. Sebagai bahan masukan bagi instansi pemerintah khususnya pada Badan

Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara agar tetap


(18)

D. Kerangka Konseptual

Secara singkat dapat digambarkan sebagai berikut :

berperan

meningkatkan

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual. (Sumber: Penulis, 2008)

Laporan akuntabilitas yang dibuat oleh Badan Pendidikan dan Pelatihan

Pemerintah Propinsi Sumatera Utara tahun 2005 dapat digunakan sebagai

pedoman untuk meningkatkan kinerja dimasa mendatang. Selain itu laporan

akuntablitas tahun 2005 yang dibuat tersebut dapat diguankan sebagai

pembelajaran untuk membuat strategi agar perencanaan strategi yang dibuat oleh

Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dapat

direalisasikan dengan baik ditahun-tahun mendatang.

Dari laporan akuntabilitas yang dibuat tersebut maka Badan Pendidikan

dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara berupaya untuk meningkatkan

kinerja mereka di masa mendatang dengan melakukan berbagai peningkatan dan

perbaikan disegala bidang yang masih belum direalisasikan pada tahun yang lalu,

disamping itu laporan akunatbilitas juga dapat digunakan untuk meningkatkan

efiseisni penggunaan sumber daya yang ada, meningkatkan kualitas pelayanan,

meningkatkan hasil kegiatan serta tindakan evaluasi terhadap penyimpangan yang

dihadapi. Oleh karena itu laporan akuntabilitas yang dibuat oleh Badan

Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dapat

meningkatkan kinerja mereka dimasa mendatang. LAKIP Periode 2005

1. Pengukuran Kinerja 2. Evaluasi Kinerja 3. Analisis Akuntabilitas Kinerja

LAKIP Periode 2005

1. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya 2. Kualitas Pelayanan 3. Hasil Kegiatan 4. Efektivitas Tindakan


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Hukum Pemberlakuan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Adapun yang menjadi dasar hukum pemberlakuan Laporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah adalah sebagai berikut :

1. TAP MPR RI Nomor XI/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang

Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, Dalam pasal 3 TAP

MPR XI tersebut dinyatakan bahwa asas-asas umum penyelenggaraan

negara meliputi asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan negara,

asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas

profesionalitas dan asas akuntabilitas. Dalam penjelasan mengenai pasal

tersebut dirumuskan bahwa asas akuntabilitas adalah asas yang

menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan

penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada

masyarakat dan rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Instruksi Presiden RI No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah, menginstruksikan untuk melaksanakan akuntabilitas

kinerja instansi pemerintah sebagai wujud pertanggungjawaban instansi

pemerintah dalam mencapai misi dan tujuan organisasi.

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,


(20)

memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada

Pemerintah, dan memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban

kepada DPRD, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan

pemerintahan daerah kepada masyarakat.

4. Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah yang dituangkan dalam Surat Keputusan Kepala LAN

No.239/IX/6/8/2003, tanggal 25 Maret 2003, bahwa dalam rangka

mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN

menuju tercapainya pemerintahan yang baik (good governance) perlu adanya pertanggungjawaban dari penyelenggara negara yang dilaporkan

pada setiap akhir tahun anggaran dalam suatu laporan akuntabilitas kinerja

instansi pemerintah.

5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Nomor:

KEP/135/M.PAN/9/2004 Tentang Pedoman Umum Evaluasi Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, memutuskan pada pasal 4

bahwa setiap pimpinan instansi wajib melakukan evaluasi kinerja

instansinya dan memperbaiki manajemen kinerjanya untuk meningkatkan

akuntabilitas kinerja terutama kinerja pelayanan publik di instansinya

secara berkelanjutan.

B. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) 1. Pengertian Akuntabilitas

Akuntabilitas dalam arti sempit dapat dipahami sebagai bentuk


(21)

individu) bertanggungjawab dan untuk apa organisasi (pekerja individu)

bertanggungjawab. Sedangkan dalam pengertian luas, akuntabilitas dapat

dipahami sebagai kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, meyajikan, melaporkan dan

mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi

tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak tersebut.

Akuntabilitas berhubungan terutama dengan mekanisme supervise,

pelaporan, dan pertanggungjawaban kepada otoritas yang lebih tinggi dalam

sebuah rantai komando formal. Pada era desentralisasi dan otonomi daerah,

para manajer publik diharapkan bisa melakukan transformasi dari sebuah

peran ketaatan pasif menjadi seorang yang berpartisipasi aktif dalam

penyusunan standar akuntabilitas yang sesuai dengan keinginan dan harapan

publik. Oleh karena itu, makna akuntabilitas menjadi lebih luas dari sekedar

proses formal dan saluran untuk pelaporan kepada otoritas yang lebih tinggi.

Akuntabilitas harus merujuk kepada sebuah spektrum yang luas

dengan standar kinerja yang bertumpu yang luas dengan standart kinerja yang

bertumpu pada harapan public sehingga dapat digunakan untuk menilai

kinerja, responsivitas dan juga moralitas dari para pengemban amanah publik.

Konsepsi akuntabilitas dalam arti luas ini menyadarkan kita bahwa pejabat

pemerintah tidak hanya bertanggungajawab kepada otoritas yang lebih tinggi

dalam rantai komando institusional, tetapi juga bertanggungjawab kepada

masyarakat umum, lembaga swadaya masyarakat, media masa dan banyak


(22)

dengan penggunaan kebijakan administrastratif yang sehat dan legal, jadi

harus bisa meningkatkan kepercayaan masyarakat atas bentuk akuntabilitas

formal yang ditetapkan. Selanjutnya peneliti akan mengemukakan pendapat

tentang akuntabilitas menurut para ahli diantaranya adalah:

Menurut Simbolon (2006 : 1) “Akuntabilitas adalah kewajiban untuk

menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan

kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif atau

organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk

meminta keterangan atau pertanggungjawaban”.

Menurut Mardiasno (2001 : 1): “Akuntabilitas adalah kewajiban pihak

pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban,

menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan

tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki

hak dan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut”.

Akuntabilitas publik secara umum terdiri atas dua macam, sebagai

berikut:

(1) Akuntabilitas vertikal.

(2) Akuntabilitas horizontal.

Akuntabilitas vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan

dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban

unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah

daerah kepada pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada MPR.

Sedangkan akuntabilitas dan pertanggungjawaban horizontal adalah


(23)

Dalam konteks organisasi pemerintah, akuntabilitas adalah pemberian

informasi dan disclosure atas aktivitas, kinerja finansial pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut. Pemerintah, baik

pusat maupun daerah, harus bisa menjadi subjek pemberi informasi dalam

rangka pemenuhan hak-hak publik.

Terwujudnya akuntabilitas merupakan tujuan utama dari reformasi

sektor publik. Tuntutan akuntabilitas publik mengharuskan lembaga-lembaga

sektor publik untuk lebih menekankan pada pertanggungjawaban horizontal

bukan hanya pertanggungjawaban vertikal. Tuntutan ini kemudian

memunculkan perlunya dibuat laporan keuangan eksternal yang dapat

menggambarkan kinerja lembaga tersebut.

2. Pengertian Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan

serta cita-cita bangsa bernegara.Dalam rangka itu diperlukan pengembangan

dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, terukur dan

legitimate sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat

berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab

serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

Upaya pengembangan tersebut sejalan dengan legalitasnya didasarkan

pada TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang

bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme!. Dalam pasal 3 TAP

MPR XI tersebut dinyatakan bahwa asas-asas umum penyelenggaraan negara


(24)

kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas

profesionalitas dan asas akuntabilitas.

Dalam penjelasan mengenai pasal tersebut dirumuskan bahwa asas

akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan rakyat sebagai pemegang

kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Simbolon (2006 : 3) “Kinerja Instansi pemerintah adalah

perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk

mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi

organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui

sistem pertanggungjawaban secara periodik”.

Instansi Pemerintah adalah perangkat Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang menurut peraturan perundangan yang berlaku terdiri dari :

Kementeriaan, Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen,

Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara, Markas Besar TNI (meliputi :

Markas BesarTNI Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara),

Kepolisian Republik Indonesia, Kantor Perwakilan Pemerintah RI di luar

negeri, Kejaksaan Agung, Perangkat Pemerintah Provinsi, Perangkat

Pemerintah Kabupaten/Kota dan Lembaga/Badan lainnya yang dibiayai dari

anggaran negara. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) adalah

perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk


(25)

organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui

sistem pertanggungjawaban secara periodik.

3. Prinsip Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Prinsip-prinsip penyusunan LAKIP :

a. Prinsip Lingkup Pertanggungjawaban. Isi laporan harus proporsional dengan lingkup kewenangan dan tanggungjawab masing-masing, dan

memuat keberhasilan maupun kegagalan.

b. Prinsip Prioritas. Isi laporan adalah hal-hal yang penting dan relevan bagi pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban instansi yang diperlukan

dan upaya-upaya tindak lanjutnya.

c. Prinsip Manfaat, yaitu manfaat laporan harus lebih besar dari pada biaya penyusunannya, dan laporan harus mempunyai manfaat bagi peningkatan

pencapaian kinerja.

Selain itu, beberapa ciri laporan yang baik antara lain: relevan, tepat

waktu, dapat dipercaya/diandalkan, mudah dimengerti (jelas dan cermat),

dalam bentuk yang menarik (tegas dan konsisten, tidak kontradiktif antar

bagian), berdaya banding tinggi (reliable), berdaya uji (verifiable), lengkap, netral, padat, dan mengikuti standar pelaporan yang ditetapkan. Waktu

penyampaian laporan harus disampaikan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan

setelah tahun anggaran berakhir.

4. Format dan Isi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Sesuai dengan dinamika perkembangan yang telah terjadi telah


(26)

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang dituangkan dalam SK Kepala

LAN No. 239/IX/6/8/2003, dengan pokok-pokok sebagai berikut :

1. Setiap instansi pemerintah (eselon I,II, dan III/UPT Mandiri) harus

membuat 4 buah dokumen dalam LAKIP, yaitu :

a. Rencana Strategik (Renstra), dokumen yang dibuat dalam rentang

waktu 5 tahunan yang setidaknya memuat tentang Visi, Misi, Tujuan,

Sasaran, dan Strategi (cara mencapai tujuan dan sasaran).

b. Perencanaan Kinerja (Renja), dokumen yang memuat informasi

tentang : sasaran yang ingin dicapai dalam tahun yang bersangkutan,

dan rencana capaiannya, program, kegiatan, serta kelompok indicator

kinerja dan rencana capaiannya. Serta menjelaskan tentang keterkaitan

kegiatan dengan sasaran, kebijakan dengan programnya, serta

keterkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi.

c. Pengukuran Kinerja (Kurja), dokumen yang memuat suatu penilaian

yang sistematik dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja

kegiatan yang berupa indicator masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan

dampak.

d. LAKIP, dokumen pelaporan yang memberikan informasi mengenai

kinerja yang telah dicapai yang diperhitunkan atas dasar Rencana

Kinerja yang telah disusun sebelumnya.

2. Renstra, meliputi Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran, serta Strategi

(Kebijakan dan Program).

a. Visi adalah pandangan jauh kedepan menyangkut kemana instansi


(27)

konsisten dan tetap eksis, antisipatif, inovatif, serta produktif.

Rumusan visi yang baik hendaknya :

- mencerminkan apa yang ingin dicapai sebuah organisasi,

- memberikan arah dan fokus strategi yang jelas,

- mampu menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan

strategik yang terdapat dalam organisasi,

- memiliki orientasi terhadap masa depan, sehingga segenap jajaran

harus berperan dalam mendefinisikan dan membentuk masa depan

organisasi,

- mampu menumbuhkan komitmen seluruh jajaran dalam organisasi,

- mampu menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi.

b. Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh

instansi pemerintah, sebagai penjabaran visi yang ditetapkan. Misi harus jelas dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi instansi, terkait

dengan kewenangan yang dimiliki instansi pemerintah dari peraturan

perundangan atau dari penguasaan teknologi sesuai dengan strategi

yang dipilih.

Rumusan misi yang baik hendaknya:

- melingkup semua pesan yang terdapat dalam visi,

- memberikan petunjuk terhadap tujuan yang akan dicapai,

- memberikan petunjuk kelompok sasaran mana yang akan dilayani

oleh instansi pemerintah, dan


(28)

c. Tujuanadalah sesuatu ( apa ) yang akan dicapai atau dihasilkan dalam

jangka waktu 1 ( satu ) sampai 5 ( lima ) tahunan, yang mengacu

kepada pernyataan visi dan misi, tidak harus dinyatakan dalam bentuk

kuantitatif tetapi menunjukkan kondisi yang ingin dicapai, serta

didasarkan pada isu-isu dan analisis strategik. Agar tujuan mampu

mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan

dalam mewujudkan misi, hendaknya tujuan dirumuskan berdasarkan

hasil analisis SWOT terhadap Analisis Lingkungan Internal/ALI

(kekuatan dan kelemahan instansi ) dan Analisis Lingkungan

Eksternal/ALE (peluang dan tantangan), sehingga diperoleh rumusan

Faktor Kunci Keberhasilan (FKK)/ Critical Success Factors (CSF). Sehingga rumusan tujuan dapat menjadi acuan bagi perumusan sasaran

dan strategi yang lebih terarah dan terfokus sesuai dengan

kemampuan/potensi yang dimiliki instansi dalam memanfaatkan

peluang dan menghadapi tantangan yang ada.

d. Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh instansi

pemerintah dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun

waktu yang lebih pendek dari tujuan. Dalam sasaran telah dirancang

indikator sasaran, yaitu ukuran tingkat keberhasilan pencapaian

sasaran untuk diwujudkan pada tahun bersangkutan, dan disertai

dengan rencana tingkat capaiannya (target). Sasaran diupayakan dapat

dicapai dalam kurun waktu tertentu/tahunan secara berkesinambungan


(29)

Catatan : Untuk kegiatan penelitian yang multi years (lebih satu tahun) agar dalam indikator sasaran dijabarkan rencana tingkat capaiannya

secara realistis pada setiap tahunnya, sehingga pada periode renstra (5

tahunan) dapat diukur apakah kegiatan penelitian multi years tersebut telah mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan.

e. Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan dan sasaran yang dijabar

kan ke dalam kebijakan-kebijakan dan program-program.

1) Kebijakan merupakan ketentuan yang ditetapkan oleh yang

berwenang untuk dijadikan pedoman, pegangan, atau petunjuk

dalam pengembangan atau pelaksanaan program/kegiatan untuk

memadukan dan melancarkan kegiatan dalam mencapai sasaran,

tujuan, visi, dan misi instansi.

2) Program merupakan kumpulan kegiatan yang sistematis dan

terpadu untuk mendapatkan hasil yang dilaksanakan oleh satu atau

beberapa instansi pemerintah atau dalam rangka kerjasama dengan

masyarakat, guna mencapai sasaran tertentu. Keberhasilan program

yang dilakukan sangat erat kaitannya dengan kebijakan instansi,

sehingga perlu diidentifikasi keterkaitan antara kebijakan dan

program yang ditetapkan sebelum diimplementasikan ke dalam

kegiatan-kegiatan. Dengan demikian Renstra akan lebih fleksibel

karena tidak lagi mengandung kegiatan-kegiatan yang harus

dilaksanakan selama 5 tahun mendatang, tetapi kegiatan ditentukan

pada tahun yang akan berjalan setiap tahun sesuai dengan


(30)

ditetapkan indikator sasaran yang mengindikasikan sejauh mana

sasaran dapat dinilai kinerjanya melalui indikator dimaksud dan

melihat sejauh mana sasaran terkait dengan tujuan. Untuk

mempermudah merumuskan Renstra digunakan formulir RS

(Rencana Stratejik).

3. Perencanaan Kinerja ( Renkin ), merupakan proses perencanaan kinerja

sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam

Renstra melalui berbagai kegiatan tahunan. Dokumen yang dihasilkan

pada Renkin meliputi sasaran-sasaran yang akan dicapai pada tahun

berjalan disertai indikator dan rencana tingkat capaiannya,

program-program yang ditetapkan sesuai sasaran yang akan dicapai pada tahun

yang bersangkutan, serta kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai

sasaran yang ditetapkan pada tahun yang bersangkutan. Setiap kegiatan

dilengkapi dengan indikator-indikator kinerja Input, Output, Outcome,

Benefit, dan Impact, yang masing-masing disertai dengan rencana

capaiannya. Khusus indikator benefit dan impact walaupun agak sulit diukur, tetapi harus tetap diidentifikasi. Pada setiap indikator kinerja tidak

diberikan bobot tertentu, tetapi hanya berupa persentase rencana capaian

kinerja. Perlu diingat bahwa Renkin harus ditetapkan pada awal tahun

sebelum kegiatan dilaksanakan dan dituangkan dalam Rencana Kinerja

Tahunan (RKT), dapat digunakan dalam menyusun Rencana Kerja

Anggaran Kementerian/ Lembaga (RKA-KL), serta kegiatan money dalam

menilai capaian kinerja. Pencantuman Sasaran, Program, dan Kegiatan


(31)

keterkaitan antara kegiatan, program, dan sasaran. Serta memudahkan

untuk mengidentifikasi apakah indikator outcome, benefit, dan impact dari suatu kegiatan telah mengarah kepada pencapaian sasaran yang ditetapkan.

4. Pengukuran Kinerja, merupakan ,metode pengukuran performance gap, yaitu membandingkan antara rencana kinerja dengan capaian

masing-masing indikator sasaran maupun indikator kinerja kegiatan (

inputs,outputs, outcomes, benefits, dan impacts ) . Untuk mengukurkinerja digunakan dua formulir yaitu :

a. Formulir Pengukuran Kinerja Kegiatan ( PKK ) yang meliputi

pengukuran terhadap indikator-indikator kinerja kegiatan dalam

lingkup program yang membawahinya. Pada pengukuran kinerja

kegiatan, setiap indikator diukur kinerjanya atas dasar pembandingan

antara rencana dan realisasi untuk setiap indikator kinerja.

b. Formulir Pengukuran Pencapaian Sasaran ( PPS ) yang meliputi

pencapaian rencana tingkat capaian (target) untuk setiap indikator

sasaran yang telah ditetapkan. Pengukuran pencapaian sasaran dihitung

dengan pembandingan rencana dan realisasi untuk setiap indikator

sasaran yang ditetapkan.

5. Evaluasi Kinerja, dilakukan berdasarkan hasil-hasil perhitungan pada

formulir PKK, untuk mengetahui pencapaian realisasi setiap indikator

kinerja kegiatan, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam mencapai

visi, misi, agar dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan kinerja dalam

pelaksanaan program/kegiatan yang akan datang. Lebih lanjut dilakukan


(32)

baik untuk rencana maupun realisasi, sehingga dapat memberikan

gambaran tingkat efisiensi yang dilakukan oleh instansi. Selain itu,

dilakukan analisis terhadap pengukuran tingkat efektifitas yang

menggambarkan tingkat kesesuaian antara tujuan dengan hasil, manfaat,

maupun dampak. Dalam evaluasi ini juga dilakukan analisis terhadap

setiap perbedaan kinerja ( performance gap ) yang terjadi, baik terhadap terjadinya gap maupun strategi pemecahan masalah yang telah dan akan dilaksanakan.

6. Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah ( LAKIP ), merupakan wujud

pertanggungjawaban terhadap keberhasilan dan kegagalan tingkat kinerja

yang dicapainya; yang harus disusun secara jujur, obyektif, akurat, dan

transparan. Penanggungjawab penyusunan LAKIP adalah pejabat yang

secara fungsional bertanggungjawabmelakukan dukungan administratif di

instansi masing-masing, namun dalam pelaksanaannya dapat membentuk

Tim Kerja yang menyusun LAKIP.

C. Kinerja

1. Pengertian Kinerja

Kinerja ( performance ) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan / program / kebijakan dalam mewujudkan sasaran,

tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau

tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa


(33)

kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa

tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan

atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui

karena tidak ada tolak ukurnya. Sedangkan menurut Robertson (2002 : 3)

Pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensipenggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan); hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan.

Menurut Bastian (2001 : 329) “Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat

pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam

perumusan skema strategis suatu organisasi”.

Menurut Mahsun (2006 : 26)

Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolok ukurnya.

Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan

suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,tujuan,misi

dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi.secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu.

Dengan laporan praktik kepemerintahan yang baik dengan mewujudkan


(34)

pemerintah secara berjenjang, maka keraguan sementara pihak terhadap arah

reformasi setidaknya dapat ditepis. Inovasi dan kreativitas pemerintah daerah

dalam hal pembuatan dan penyerahan LPJ ditunjukkan dengan menyertakan

LAKIP sebagai bagian tak terpisahkan dari LPJ

Untuk mengetahui keberhasilan/kegagalan suatu organisasi,seluruh

aktivitas organisasi tersebut harus dapat diukur dan pengukuran tersebut tidak

semata-mata kepada input (masukan), tetapi lebih ditekankan kepada keluaran,

atau manfaat program tersebut. Pengukuran kinerja yang dilakukan akan

membuat suatu instansi mengetahui sejauh mana rencana yang dibuat dapat

direalisasikan dengan baik.

2. Pengertian Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan

untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan

program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam

mewujudkan visi, misi dan strategi instansi pemerintah. Proses ini

dimaksudkan untuk menilai setiap pencapaian indikator kinerja guna

memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan pencapaian tujuan

dan sasaran. Selanjutnya dilanjutkan pula analisis akuntabilitas kinerja yang

menggambarkan keterkaitan pencapaian kinerja kegiatan dengan program dan

kebijakan dalam rangka mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi

sebagaimana ditetapkan dalam rencana strategik. Menurut Mahsun (2006 : 25)

Pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan); hasil kegiatan


(35)

dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan.

Menurut Larry (2003 : 329) dalam Performance Measurarement Guide menyatakan bahwa. “Pengukuran/penilaian kinerja merupakan proses

mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah

pencapaian misi (mission accomplishment) melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa ataupun suatu proses”.

Maksudnya, setiap kegiatan organisasi harus dapat diukur dan

dinyatakan keterkaitannya dengan pencapaian arah organisasi di masa yang

akan datang yang dinyatakan dalam visi dan misi organisasi. Produk dan jasa

yang dihasilkan diukur berdasarkan kontribusinya terhadap pencapaian visi

dan misi organisasi.

Menurut James (2003 : 330) “Pengukuran kinerja adalah alat

manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan

akuntanbilitas”.

Dalam penerapannya, dibutuhkan suatu artikulasi yang jelas mengenai

visi, misi, tujuan dan sasaran yang dapat diukur dari satu dan keseluruhan

program yang dilaksanakan. Dengan demikian, pengukuran kinerja organsiasi

merupakan dasar yang reasonable untuk pengembalian keputusan.

3. Sistem Pengukuran Kinerja

Sistem pengukuran kinerja menurut Mahsun (2006 : 38) “Sistem

pengukuran kinerja merupakan sistem yang tertujuan untuk membantu

manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial


(36)

Sistem pengukuran kinerja komprehensif dirancang untuk bisa

memberikan manfaat jangka panjang (sustainable). Sebelum proses pengukuran kinerja dilakukan, berbagai aktivitas manajemen strategi harus

sudah didesain dan dilaksanakan, yaitu perencanaan strategi, penyusunan

program, penyusunan anggaran, dan implementasi. Dalam suatu manajemen

strategi, pengukuran kinerja berfungsi sebagai alat penilai apakah strategi

yang sudah ditetapkan telah berhasil dicapai. Dari hasil pengukuran kinerja

dilakukan feedback sehingga tercipta system pengukuran kinerja yang mampu

memperbaiki kinerja organisasi secara berkelanjutan (continuous improvement). Gambar berikut menggambarkan system pengkuran kinerja

komprehensif.

Perencanaan Strategi

Penyusunan Program

semakin bersifat kualitatif Penyusunan Anggaran

Implementasi

Pengukuran Kinerja

feedback

Gambar. 2.1. Sistem Pengukuran Kinerja Komprehensif (Sumber : Mahsum. 2006)


(37)

Berdasarkan feedback (umpan balik) hasil pengukuran kinerja, manajemen bisa memperbaiki kinerja pada periode berikutnya, baik dalam

perencanaan maupun implementasi.

Aktivitas-aktivitas manajemen sebelum pengukuran kinerja ini, yaitu

mulai dari perencanaan strategi, penyusunan program, sampai pada

penyusunan anggaran cenderung bersifat kuantitatif dan sebaliknya bersifat

kualitatif. Suatu objek yang bersifat kuantitaif (dapat dikuantifikasi) akan

memudahkan manajemen untuk mengatur dan selanjutnya semakin mudah

untuk dicapai karena terukur. Sebaliknya jika suatu objek bersifat kualitatif

dan bahkan abstrak akan menyulitkan manajemen untuk bisa

mengendalikannya dan sulit diukur ketercapaiannya.

Menurut Mahsun (2006 : 87) sistem akuntansi yang diterapkan di

pemerintah daerah sebelum dilakukan reformasi keuangan daerah 2000

memiliki karekteristik inheren antara lain:

1. Sistem pebukuan bersifat tunggal (Sigle entry) 2. Sistem akuntansi berbasis kas

3. Belum menyediakan media pencatatan untuk kategori pengeluaran modal.

4. Laporan pertanggungjawaban lebih terfokus pada pertanggungjawaban administtratif

5. Proses pertanggungjawaban belum melibatkan auditor eksternal.

4. Manfaat Pengukuran Kinerja

Sektor publik tidak bisa lepas dari kepentingan umum sehingga

pengukuran kinerja mutlak diperlukan untuk mengetahui seberapa berhasil

misi sektor publik tersebut dapai dicapai penyedia jasa dan barang-barang

publik. Sementara dari perspektif internal organisasi, pengukuran kinerja juga


(38)

Berikut manfaat pengukuran kinerja baik untuk internal maupun eksternal

organisasi sektor publik menurut Mahsun (2006 : 90)

1. Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk pencapaian kinerja.

2. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati.

3. Memantau dan mengevaluasi pelakasanaan kinerja dan membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja.

4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas prestasi pelaksana yang telah diukur sesuai dengan system pengukuran kinerja yang telah disepakati.

5. Menjadi alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi.

6. Mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi. 7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.

8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.

9. Menunjukkan peningkatkan yang perlu dilakukan. 10.Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.

Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan

dan insikator kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah

ditetapkan dalam rencana strategik. Hasil dari proses ini berupa rencana

kinerja tahunan. Dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,

perencanaan strategik merupakan langkah awal yang harus dilakukan agar

mampu menjawab tuntutan lingkungan strategik lokal, nasional,dan global,

dan tetap berada dalam tatanan Sistem Administrasi Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Dokumen rencana strategik setidaknya memuat visi, misi,

tujuan, sasaran, dan strategi (cara mencapai tujuan dan sasaran).

Pemilihan ukuran kinerja untuk instansi mempertimbangkan

prinsip-prinsip sebagai berikut :


(39)

Ukuran yang ada dievaluasi secara rutin. Apabila sudah tidak berguna,

maka alas an yang terkait dengan kenyamanan manajemen perlu

dikemukakan.

2. Mengukur kegiatan yang penting, tidak hanya hasil keseluruhan.

3. Pengukuran harus memotivasi tim kerja untuk pencapaian tujuan. ( Goal-driven Teamwork).

Pembagian proses pengukuran disesuaikan dengan mekanisme tim kerja.

Apabila tim bekerja dalam kerangka pencapaian tujuan, maka pengukuran

lebih pada proses pencapaian tujuan tersebut. Ini berarti proses

pengukuran motivasi pencapaian tujuan.

4. Proses pengukuran merupakan perangkat yang terintegrasi.

Sistem pengukuran harus terintegrasi dengan strategi organisasi. Sistem

pengukuran akan memonitor minimalisasi biaya, peningkatan kualitas,

pengurangan waktu pelaksanaan produksi, dan penciptaan pengembalian

investasi yang wajar.

5. Fokus pengukuran harus melibatkan akuntabilitas publik.

Ukuran internal yang umumnya digunakan adalah perbandingan kinerja

dari tahun ke tahun atau antar unit, seperti divisi, departemen, kelompok,

dan individu. Selain itu, proses pengukuran harus mempertimbangkan

penerimaan hasil pengukuran, terutama oleh masyarakat. Fokus eksternal

ini biasanya dikaitkan dengan akuntabilitas publik.

5. Peranan Indikator Kerja Dalam Pengukuran Kinerja.

Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak lansung


(40)

kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara langsung. Indikator kinerja dan

ukuran kinerja ini sangat dibutuhkan untuk menilai tingkat ketercapaian tujuan

sasaran dan strategi.

Indikator kinerja dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan utama

(critical success factors) dan indikator kinerja kunci (key performance indicator). Faktor keberhasilan utama adalah suatu area yang mengindikasikan kesuksesan kinerja unit kerja organisasi. Area ini menggambarkan preferensi

manajerial dengan memperhatikan variabel-variabel kunci financial dan

nonfinansial pada kondisi waktu tertentu. Faktor keberhasilan utama ini harus

secara konsisten mengikuti perubahan yang terjadi dalam organisasi.

Sedangkan indikator kinerja kunci merupakan sekumpulan indikator yang

dapat dianggap sebagai ukuran kinerja kunci baik yang bersifat financial

maupun nonfinansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis.

Indikator ini dapat digunakan oleh manajer untuk mendeteksi dan memonitor

capaian kinerja.

Indikator Kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang

menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan.

Indikator kinerja kegiatan yang akan ditetapkan dikategorikan ke dalam

kelompok :

a. Masukan (inputs), adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dan proram dapat berjalan atau dalam rangka

menghasilkan output, misalnya sumber daya manusia, dana, material,


(41)

b. Keluaran (outputs), adalah segala sesuatu berupa produk / jasa (fisik dan / atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan

program berdasarkan masukan yang digunakan.

c. Hasil (outcomes), adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcomes merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi keutuhan dan harapan

masyarakat

d. Manfaat (benefits) adalah kegunaan suatu keluaran (outputs) yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Dapat berupa tersedianya fasilitas

yang dapat diakses oleh publik.;

e. Dampak (impacts), adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi, lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian

kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan. Indikator-indikator tersebut

secara langsung atau tidak langsung dapat mengindikasikan sejauh mana

keberhasilan pencapaian sasaran.

Diakui bahwa banyak hal yang harus dilakukan oleh bangsa Indonesia

dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik, namun satu langkah awal telah

digulirkan. Dalam rangka memberikan gambaran mengenai perjalanan praktik

berakuntabilitas yang lebih komprehensif di Indonesia disamping praktik yang

telah dikemukakan di muka.

Penetapan indikator kinerja kegiatan harus didasarkan pada perkiraan

yang realistis dengan memperhatikan tujuan dan sasaran yang ditetapkan serta

data pendukung yang harus diorganisasi. Indikator kinerja dimaksud


(42)

a. spesifik dan jelas,

b. dapat diukur secara obyektif

c. relevan dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, dan

d. tidak bias

D. Pokok Bahasan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Yang menjadi pokok bahasan dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah berdasarkan Surat Keputusan Kepala LAN No. 239/Ix/6/8/2003

meliputi :

1. Kerangka Pengukuran Kinerja.

Pengukuran ini dilakukan dengan memanfaatkan data kinerja. Data

kinerja lazimnya dapat diperoleh melalui dua sumber yaitu data internal

berasal dari sistem informasi yang diterapkan pada instansi dan data

eksternal berasal dari luar instansi baik data primer maupun data sekunder.

Pengumpulan data kinerja untuk indikator kinerja kegiatan yang terdiri

dari indikator-indikator masukan, keluaran, dan hasil, dilakukan secara

terencana dan sistematis setiap tahun untuk mengukur kehematan,

efektifitas, efisiensi dan kualitas pencapaian sasaran. Sedangkan

pengumpulan data kinerja untuk indikator manfaat dan dampak dapat

diukur pada akhir periode selesainya suatu program atau dalam rangka

mengukur pencapaian tujuan-tujuan instansi pemerintah. Hal ini terkait

pada pertimbangan biaya dan tingkat kesulitan yang cukup tinggi dalam

mengukur indikator kinerja dampak. Dalam hal ini instansi disarankan


(43)

hasil yang ditetapkan, kepuasan masyarakat yang dilayani, dan

manfaat/dampak kebijakan instansi terhadap masyarakat.

Pengukuran kinerja mencakup kegiatan sebagai berikut

1) Kinerja kegiatan yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana

tingkat pencapaian) dari masing-masing kelompok. Indokator kinerja

kegiatan.

2) Tingkat pencapaian sasaran instansi pemerintah yang merupakan

tingkat pencapaian target (rencana tingkat pencapaian) dari

masing-masing indikator sasaran yang telah ditetapkan sebagaimana

dituangkan dalam dokumen rencana kinerja. Pengukuran tingkat

pencapaian sasaran didasarkan pada data hasil pengukuran kinerja

kegiatan.

2. Evaluasi Kinerja.

Evaluasi kinerja merupakan hasil / sasaran yang dicapai secara

nyata oleh instansi pemerintah dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur,

dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan. Dalam sasaran

dirancang pula indikator sasaran. Yang dimaksud dengan indikator sasaran

adalah ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran untuk diwujudkan

pada tahun bersangkutan. Setiap indikator sasaran disertai rencana tingkat

capaiannya(targetnya) masing-masing. Sasaran diupayakan untuk dapat

dicapai dalam kurun waktu tertentu/tahunan secara berkesinambungan

sejalan dengan tujuan yang ditetapkan dalam rencana strategik.


(44)

Analisis akuntabilitas kinerja merupakan suatu penilian terhadap

upaya pencapaian rencana strategi yang berdasarkan visi dan misi suatu

instansi pemerintah. Dengan analisis akuntabilitas kinerja maka akan dapat

diketahui apakah rencana strategi yang diuat telah dapat dicapai sesuai

dengan harapan atau belum, serta untuk mengetahui hambatan dan kendala

apa yang dijumpai oleh instansi tersebut dalam merealisasikan recana yang

telah dibuat.

Laporan akuntabilitas juga merupakan suatu bentuk

pertanggungjawaban terhadap keseluruhan rencana strategi yang telah

dibuat melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik. Sehingga

anggaran yang telah dialokasikan dapat dipergunakan sebaik-baiknya


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

Untuk memperoleh data dan keterangan lain yang diperlukan dalam

penyusunan skripsi, penulis melakukan langkah-langkah penelitian sebagai

berikut :

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah

Propinsi Sumatera Utara, yang berlokasi di Jl. Ngalengko No. 1 Medan. Penelitian

dilakukan pada tanggal 7 Mei 2007 sampai dengan selesai.

B. Jenis Data

Jenis data yang dilakukan dalam pengumpulan data terbagi atas:

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian yaitu

dari Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemprop Sumatera Utara, melalui

teknik wawancara dan observasi yang kemudian akan diolah oleh penulis.

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi,

antara lain berupa sejarah perusahaan, struktur organisasi, LAKIP, dan

lainnya.

C. Teknik Pengumpulan Data

Penulis memperoleh data-data yang diperlukan dengan melakukan


(46)

1. Wawancara, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan

pertanyaan secara langsung kepada narasumber sehingga didapat data yang

relevan dan kompeten.

2. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari dan menganalisis

dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian.

3. Studi Kepustakaan, yaitu dengan cara mempelajari berbagai literatur untuk

mendapatkan referensi yang berkaitan dengan masalah penelitian yang

dilakukan.

D. Analisis Data

Dalam menganalisis data-data yang telah diperoleh, penulis menggunakan

teknik analisis deskriptif, dimana data-data yang diperoleh selama penelitian

diolah, dianalisis dan diproses lebih lanjut sehingga ,memberikan informasi yang

lengkap sehingga memberikan gambaran dan hubungan yang jelas terhadap

rumusan permasalahan dan kemudian dapat ditarik kesimpulan sebagai dasar


(47)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Gambaran Umum Perusahaan

Dalam rangka pengintegrasian instansi vertikal menjadi perangkat Daerah

untuk melaksanakan kewenangan Propinsi, sebagai otonom, perlu menetapkan

pembentukan, kedudukan, fungsi, tugas dan organisasi lembaga teknis Daerah

Propinsi Sumatera Utara. Maka untuk meningkatkan keprofesionalan para

Pegawai Negeri Sipil, maka dibentuk Badan Pendidikan dan Pelatihan Propinsi

Sumatera Utara.

Badan Pendidikan dan Pelatihan Propinsi sumatera Utara, didirikan untuk

membina Pegawai Negeri Sipil agar mereka mempunyai keprofesionalan dalam

menjalankan tugas sehingga mereka dapat menjalankan tugas yang mereka emban

dengan baik. Badan Pendidikan dan Pelatihan Propinsi Sumatera Utara adalah

unsur penunjang Pemerintah Propinsi dipimpin seorang Kepala yang

berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Sekretaris Daerah.

Badan Pendidikan dan Pelatihan Propinsi sumatera Utara diririkan untuk

menyelenggarakan berbagai fungsi diantaranya adalah :

a. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan penjenjangan, fungsional dan

teknis

b. Melakukan pengkajian dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan dan


(48)

a Struktur Organisasi

Gambar 4.1 Struktur Organisasi

Susunan Organisasi Badan Pendidikan dan Pelatihan, terdiri dari :

1. Kepala.

2. Wakil Kepala.

3. Sekretariat, terdiri dari : Sub Bagian Program, Sub Bagian Keuangan, Sub

Bagian Umum dan Kepegawaian dan Sub Bagian Organisasi dan Hukum.

4. Bidang Pengkajian, terdiri dari : Sub Bidang Analisis Kebutuhan, Sub Bidang

Akademis dan Sub Bidang Kurikulum.

5. Bidang Penjenjangan dan Umum, terdiri dari : Sub Bidang Administrasi, Sub

Bidang Tenaga Pengajar dan Sub Bidang Evaluasi.

6. Bidang Teknis, terdiri dari : Sub Bidang Administrasi, Sub Bidang Tenaga


(49)

7. Bidang Fungsional, terdiri dari : Sub Bidang Administrasi, Sub Bidang

Tenaga Pengajar, dan Sub Bidang Evaluasi.

8. Kelompok Jabatan Fungsional.

b. Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara.

Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pendidikan dan Pelatihan adalah sebagai

berikut:

1. Badan Pendidikan dan Pelatihan adalah Unsur Penunjang Pemerintah Propinsi

dipimpin seorang Kepala yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab

kepada Kepala Daerah melalui Sekretatis Daerah.

2. Badan Pendidikan dan Pelatihan mempunyai tugas membantu Kepala daerah

dalam bidang Pendidikan dan Pelatihan bagi para pegawai.

3. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini,

Badan Pendidikan dan Pelatihan menyelenggarakan fungsi:

a. Menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan penjenjangan, fungsional dan

teknis.

b. Melakukan pengkajian dan evaluasi penyelenggaraan Pendidikan dan

Pendidikan.

c. Nilai-nilai luhur yang dianut.

1. Lembaga pendidikan dan pelatihan Propinsi Sumatera Utara sebagai Learning Organization.

2. Pendidikan dan Pelatihan sebagai sistem untuk pembangunan kompetisi

jabatan.

3. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik (Good Governance). 4. Mengutamakan kualitas dan profesionalisme.


(50)

5. Memberhasilkan PNS yang berkarakter dan bermoral, jujur serta bertanggung

jawab.

2. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara.

Laporan akuntabilitas kinerja instransi Pemerintah dibuat dimaksudkan

agar terselenggara good governance yang merupakan prasyarat bagi setiap instansi pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai

tujuan serta cita-cita bangsa bernegara, dapat diterapkan dengan baik. Oleh karena

itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang

tepat, jelas, terukur dan legitimate sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan

bertanggungjawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Yang

berdasarkan pada TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara

Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme!. Dalam pasal 3

TAP MPR XI tersebut dinyatakan bahwa asas-asas umum penyelenggaraan

negara meliputi asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan negara, asas

kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas

dan asas akuntabilitas.

Pemerintah telah menerbitkan instruksi Presiden Republik Indonesia

(Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Inpres tersebut mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan negara untuk mempertanggungjawabkan

pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber

daya dengan didasarkan suatu perencanaan strategi yang ditetapkan oleh


(51)

kepada atasan masing-masing, Lembaga Pengawasan dan Penilai Akuntabilitas,

dan akhirnya disampaikan kepada presiden selaku kepala pemerintahan.

Laporan tersebut menggambarkan kinerja instansi pemerintah yang

bersangkutan melalui Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).

Presiden menugaskan Kepala Lembaga Administrasi Negara untuk menetapkan

pedoman penyusunan pelaporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Laporan akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah diharapkan dapat membantu

berrperan dalam meningkatan kinerja instansi pemerintah sesuai dengan harapan.

Sebab dengan laporan akuntabilitas kinerja yang disajikan oleh Badan Pendidikan

dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, maka akan dapat diketahui

pencapaian tujuan perencanaan strategi yang telah dibuat. Upaya pencapaian

tersebut merupakan kinerja yang dihasilkannya. Oleh karena itu laporan

akuntabilitas kinerja tersebut sangat penting untuk membantu upaya peningkatan

kinerja dimasa mendatang.

a. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan ketentuan Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah dan keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara

RI, Nomor 239/IX/6/8/2003 tanggal 25 Maret 2003 tentang perbaikan pedoman

penyusunan pelaporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Maka Badan

Pendidika dan Pelatihan Propinsi Sumatera Utara membuat laporan Akuntabilitas

kinerja instansi Pemerintah (LAKIP), sebagai salah satu wujud

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas di instansi masing-masing.

Dalam laporan akuntabilitas Badan Pendidikan dan Pelatihan Propinsi


(52)

dan Pelatihan Propinsi Sumatera Utara, yang dibiayai dari APBD Propinsi

Sumatera Utara yang meliputi:

1. Penyusunan dan pengkajian modul/kurikulum dan silabi diklat

2. Pembinaan dan pelaksanaan diklat.

3. Diklat dalam jabatan teknis

4. Diklat dalam jabatan fungsional

5. Diklat dalam jabatan kepemimpinan

Keseluruhan penyelenggaraan kegiatan tersebut merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari program pembangunan Daerah Propinsi Sumatera Utara

dalam bidang Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur dengan

sasaran terwujudnya Aparatur Pemerintah Daerah yang professional dan

berkualitas, sejahtera dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme dalam

melaksanakan pemerintahan umum dan pembangunan. Dalam melaksanakan

kegiatan tersebut di atas Badan Pendidikan dan Pelatihan Propinsi Sumatera Utara

pada umumnya tidak mengalami permasalah yang menjadi penghambat yang

dapat mempengaruhi pencapaian tujuan dan sasaran. Hanya ada satu kegiatan

yang tidak dapat direalisasikan yaitu magang Widyaiswara untuk Diklatpim Tk II

karena meyangkut kebijakan pemerintah pusat.

Pelaksanaan tugas berpedoman kepada Rencana Pembanguan Jangka

Menengah Daerah (RPMD), transisi Propinsi Sumtera Utara dan rencana strategis

(Restra) tahun anggaran yang berlaku yang bersumber dari anggaran


(53)

Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara Nomor 4 Tahun

2001 tentang lembaga teknis Daerah Propinsi Sumatera Utara Badan Pendidikan

dan Pelatihan Propinsi Sumatera Utara mempunyai :

1. Kedudukan

Badan Pendidikan dan Pelatihan Propinsi Sumatera Utara adalah

lembaga teknis Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara yang secara teknis

operasional berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur

Sumatera Utara dan Bagian Adminstrasi berada dibawah Pembinaan Menteri

Dalam Negeri dan Lembaga Administrasi Negara.

2. Tugas Pokok

Badan Pendidikan dan Pelatihan Propinsi Sumatera Utara mempunyai

tugas pokok membantu Gubernur Sumatera Utara dalam bidang pendidikan

dan pelatihan bagi Pegawai di Propinsi Sumatera Utara. Hal – hal yang

berpengaruh dalam pelaksanaan tugas adalah sebagai berikut:

a. Mengemban tugas yang bertambah, sementara kompetensi dan kapasitas

personil masih dalam proses peningkatan sehingga sangat berpengaruh

terhadap akuntabilitas kinerja Badan Pendidikan dan Pelatihan Propinsi

Sumatera Utara.

b. Tuntutan ekonomi daerah yang menyebabkan perlunya peningkatan

kemampuan aparat agar mampu menggali potensi dan mengembangkan

produk-produk unggulan daerah untuk meningkatkan sumber dana guna


(54)

c. Dukungan dana yang masih relative kecil di APBD dalam

penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan pegawai yang menyebabkan

sulitnya mengembangkan jenis-jenis diklat sesuai kebutuhan senyatanya.

d. Kurangnya minat Pegawai Negeri Sipil (PNS) mengikuti diklat teknis dan

Diklat Fungsional ini diakibatkan tidak adanya civil effect bagi para lulusan diklat dalam menunjang karier atau jabatan.

3. Fungsi.

Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut Badan Pendidikan dan

Pelatihan Propinsi Sumatera Utara mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Menyiapkan bahan dalam perumusan kebijakan teknis pelaksanaan

pendidikan dan pelatihan bagai para pegawai.

b. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan Kepemimpinan, Teknis dan

Fungsional.

c. Melakukan pengkajian dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan dan

pelatihan.

b. Visi, Misi dan Tujuan Badan Pendidikan dan Pelatihan Propinsi Sumatera Utara.

Dalam rencana strategi (Restra) Badan Pendidikan dan Pelatihan Propinsi

Sumatera Utara, menetapkan visi dan misi sebagai berikut:

a. Visi

Badan Pendidikan dan Pelatihan Propinsi Sumatera Utara sebagai

perangkat teknis Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara berupaya agar adapat

melaksanakan tugas pendidikan dan pelatihan bagi pegawai dengan baik. Visi


(55)

pemerintah harus dibawa dan harus diarahkan agar dapat berkarya secara

konsisten dan tetap eksis, antisifatif, inovatif, serta produktif. Visi adalah

suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang bersisikan cita

dan citra yang ingin diwujudkan instansi pemerintah.

Untuk mewujudkan pencapaian peningkatan kualitas sumber daya

manusia aparatur di Propinsi Sumatera Utara, Badan Pendidikan dan Pelatihan

Propinsi Sumatera Utara merumuskan arah pandang ke depan yang dijabarkan

dalam visi sebagai berikut “Sumber Pamong yang Profesional dan Amanah”.

b. Misi

Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh

instansi pemerintah, sebagai penjabaran visi yang telah di tetapkan. Dengan

pernyataan misi diharapkan seluruh anggota organisasi dan pihak yang

berkepentingan dapat mengetahui dan mengenal keberadaan dan peran

instansi pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan negara.

Misi suatu instansi harus jelas dan sesuai dengan tugas pokok dan

fungsi. Misi juga terakait dengan kewenangan yang dimiliki oleh instansi

pemerintah dari peraturan perundangan atau kemampuan penguasaan

teknologi sesuai dengan strategi yang telah dipilih. Perumusan misi instansi

pemerintah harus memperhatikan masukan pihak-pihak yang berkepentingan

(stakeholders),dan memberikan peluang untuk perubahan/penyesuaian sesuai dengan tuntutan perkembangan lingkungan strategik.

Dalam pencapaian visi tersebut dan agar pelaksanaan tugas Badan


(56)

berhasil dengan baik, maka Badan Pendidikan dan Pelatihan Propinsi

Sumatera Utara merumuskan misi sebagai berikut:

1). Meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan aparatur

2). Meningkatkan pengkajian, penelitian dan pengembangan sumber daya

aparatur

3). Meningkatkan koordinasi, rencana dan pelaksanaan pendidikan dan

pelatihan

4). Meningkatkan kualitas tenaga pengajar, peserta dan alumni

5). Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan

6). Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan aparat diklat dalam

pengembangan diklat

7). Meningkatan pembinaan Widyaswara/tenaga pengajar.

c. Tujuan

Tujuan adalah sesuatu (apa yang akan dicapai atau dihasilkan dalam

jangka waktu 1(satu) sampai dengan 5 (lima) tahunan. Tujuan ditetapkan

dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta didasarkan pada

isu-isu dan analisis strategik. Tujuan tidak harus dinyatakan dalam bentuk

kwantitatif, akan tetapi harus dapat menunjukkan suatu kondisi yang ingin

dicapai di masa mendatang. Tujuan akan mengarahkan perumusan sasaran,

kebijakan,progran dan kegiatan dalam rangka merealisasi misi. Tujuan

merupakan penjabaran atau implementasi dan pernyataan misi yang akan

dicapai atau dihasilkan dan merupakan hasil akhir. Sesuai dengan misi Badan

Pendidikan dan Pelatihan Propinsi Sumatera Utara maka tujuannya adalah


(57)

1). Meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan aparatur, dengan tujuan:

- Meningkatkan kinerja Badan Pendidikan dan Pelatihan Propinsi

Sumatera Utara

- Tersusunnya program penyelenggaran diklat tahun anggaran

- Tersusunnya prodal diklat dalam bentuk cetak dan audio visual

- Terselenggaranya orienstasi manajemen kediklatan

- Meningkatkan kualitas widyaiswara/tenaga pengajar

- Meningkatnya kerjasama Pemprosu dengan Perguruan Tinggi dan

Lembaga lainnya dalam rangka pengembangan kediklatan

- Terdukungnya penyelenggaraan diklat yang dibiayai dari dana JICA

2). Meningkatkan pengkajian, penelitian dan pengembangan sumber daya

aparatur , dengan tujuan sebagai berikut:

- Meningkatkan kerjasama antar lembaga diklat dala rangka peningkatan

mutu diklat

- Tersedianya kurikulum/silabus diklat

- Tersusunnya bahan modul diklat

3). Meningkatkan koordinasi, rencana dan pelaksanaan pendidikan dan

pelatihan, dengan tujuan:

- Terlatihnya Pegawai Negeri Sipil (PNS) melalui diklat kepemimpinan,

diklat teknis dan diklat fungsional

4). Meningkatkan kualitas tenaga pengajar, peserta dan alumni, dengan tujuan

sebagai berikut:

- Meningkatkan mutu tenaga pengajar, peserta dan alumni sesuai


(58)

- Meningkatan daya pikir tenaga pengajar, peserta dan alumni agar

kualitas mereka meningkat sesuai dengan harapan

5). Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan, dengan

tujuan sebagai berikut:

- Meningkatkan mutu sarana dan prasarana diklat sesuai dengan standart

akreditasi penyelenggaraan diklat yang ditetapkan

- Meningkatkan daya tampung asrama dan fasilitas akomodasi bagi

peserta diklat.

6). Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan aparat diklat dalam

pengembangan diklat, dengan tujuan sebagai berikut:

- Meningkatkan kreatifitas aparat diklat

- Meningkatkan mutu pelayanan aparat diklat

- Meningkatkan disiplin kerja aparat diklat

7). Meningkatan pembinaan Widyaswara/tenaga pengajar, dengan sasaran

sebagai berikut:

- Terpenuhinya jumlah Widyaiswara/tenaga pengajar sesuai dengan

kebutuhan

- Meingkatkan kemampuan dan ketrampilan serta wawasan


(59)

c. Rencana Strategi Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara.

Setiap organisasi yang akan memulai kegiatan atau aktivitas lainnya

terlebih dahulu harus menyusun suatu bentuk perencanaan. Rencana itu

merupakan salah satu alat bagi pimpinan dalam menentukan sasaran yang

ingin dicapai, apakah kegiatan atau aktivitasnya telah menyimpang atau tidak,

dan merupakan pedoman dari sistem pengendalian dari suatu sistem

pengendalian bagi suatu perusahaan untuk memonitor semua kegiatan yang

ada ditubuh perusahaan itu sendiri.

Dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, perencanaan

strategik merupakan langkah awal yang harus dilakukan agar mampu

menjawab tuntutan lingkungan strategik lokal, nasional,dan global, dan tetap

berada dalam tatanan Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Dokumen Rencana strategik setidaknya memuat visi, misi, tujuan,

sasaran, dann strategi ( cara mencapai tujuan dan sasaran )

Perencanaan merupakan usaha atau tindakan yang perlu diambil oleh

pimpinan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan

mempertimbangkan masalah-masalah yang mungkin timbul dimasa yang akan

datang. Dengan perencanaan juga memungkinkan kita untuk memakai seluruh

faktor-faktor produksi secara efektif dan efisien. Perencanaan merupakan

pekerjaan mental untuk memilih sasaran, kebijaksanaan, prosedur, program

yang diperlukan untuk mencapai apa yang diinginkan pada masa yang akan

datang. Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan

kondisi di waktu yang akan datang dimana perencanaan diputuskan akan


(1)

Hasil dari pengukuran kinerja akan memberitahu kita apa yang telah terjadi, bukan mengapa hal itu terjadi atau apa yang harus dilakukan Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara menggunakan pengukuran kinerja secara efektif agar dapat mengidentifikasi strategi dan perubahan operasional apa yang dibutuhkan serta proses yang diperlukan dalam perubahan tersebut.

Laporan akuntabilitas kinerja yang dibuat oleh Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, mampu meningkatkan kinerja dari tahun 2005 ke tahun 2006 sebesar 18,91%. Tahun 2005 dari laporan akuntabilitas kinerja yang dibuat dan dicapai realisasi dari keseleuruhan rencana strategi yaitu sebesar 64,83%, dan pada tahun 2006 Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara mampu meningkatkan kinerja yang dimiliki menjadi 83,74%. Sehingga dapat diketahui bahwa laporan akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah yang dibuat mempunyai peran yang sangat besar dalam upaya meningkatkan kinerja instansi di Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian peranan laporan akuntabilitas kinerja Instansi Pemerintah dalam upaya meningkatkan kinerja instansi pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan Laporan akuntabilitas kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), juga dapat berperan sebagai alat penilai kualitas kinerja dan alat pendorong terwujudnya good governance. Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya melalui program dan kegiatan tidak mengalami hambatan yang dapat memepengaruhi pencapaian tujuan dan sasaran. 2. Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara

dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya melalui program dan kegiatan tidak mengalami hambatan yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan dan sasaran. Tidak terealisasikan sebagian anggaran dana yang sudah dianggarkan dalam kegiatan karena adanya kebijakan untuk melakukan efisiensi dan penghematan terhadap pos honorarium dan perjalanan dinas dengan anggapan tidak mempengaruhi pencapaian target keluaran (output).


(3)

maupun organisasi masih dapat lebih ditingkatkan melalui usaha pemberian motivasi kepada staff agar meningkatkan kesungguhan, ketrampilan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya masing-masing. 4. Laporan akuntabilitas kinerja yang dibuat oleh Kinerja Badan Pendidikan

dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, dapat membantu dan berperan dalam upaya meningkatkan kinerja instansi tersebut, sebab laporan akuntabilitas kinerja dan realiasasi yang dibuat menjadi salah satu motivasi yang dapat mendorong peningkatan kinerja dimasa-masa yang akan datang, hal ini dibuktikan dengan adanya penerimaan sertifikat ISO 9001 – 2000 oleh Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara.

B. Saran.

Setelah membandingkan antara teoritis, maka penulis memberikan beberapa saran yang mungkin berguna sebagai masukan bagi perusahaan. 1. Disarankan agar Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Propinsi

Sumatera Utara, mempertahankan dan meningkatkan kinerja mereka dengan cara membuat strategi yang lebih baik dan padat agar misi dan visi mereka dapat tercapai.

2. Disarankan agar memperbaiki kompetensi dan kapasitas personil agar pengembanan tugas dapat dilaksanakan dengan baik sehingga diharapkan tidak mempengaruhi tingkat akuntabilitas kinerja Badan Pendidikan dan Pelatihan Propinsi Sumatera Utara


(4)

3. Disarankan agar Badan Pendidikan dan Pelatihan Propinsi Sumatera Utara dapat mengembangkan peningkatan kemampuan aparat agar mampu menggali potensi dan mengembangkan produk-produk unggulan daerah untuk meningkatkan sumber dana guna mendukung pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan, diera tuntutan ekonomi daerah.

4. Disarankan agar Badan Pendidikan dan Pelatihan Propinsi Sumatera Utara membuat suatu metode yang baru yang dapat menarik minat Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk mengikuti diklat teknis dan Diklat Fungsional sesuai dengan jenjang karier atau jabatan sehingga diklat tersebut dapat menunjang karier atau jabatan mereka.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra, 2001. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Halim, Abdul, 2002. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah, Salemba Empat, Jakarta.

James, B. Whittaker, 2003, Government Performance and Result Act, A Mandate

for strategic planning and Performance Measuremet, Edisi Revisi,

Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Kuncoro, Mudrajad, 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah (Reformasi,

Perencanaan, Strategi dan Peluang). Penerbit Erlangga, Jakarta.

Larry, 2003, Performance Measurarement Guide, Edisi Revisi, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Mardiasno, 2001. Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Mahsun, Mohamad, 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik, Edisi Pertama, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Robertson, 2002, Perwujudan Akuntabilitas Instansi Pemerintah, Edisi Pertama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Simbolon Anthon, 2006, Akuntabilitas Birokrasi Publik, Edisi Revisi, Penerbit UGM, Yogyakarta.

Sularso, Sri, 2003. Buku Pelengkap Metode Penelitian Akuntansi: Sebuah

Pendekatan Repliklasi, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Ulum, Ihyaul, MD., 2004. Akuntansi Sektor Publik; Sebuah Pengantar, Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Hidayat, Aziz, 2007. “Pedoman Penyusunan Laporan Akuntanbilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)”, http:/www.google.com/Lakip, Jakarta, hal 2.

Situmorang, Sodjuangon, 2007. “Sinergi LAKIP – LPJ bagi Perwujudan Akuntanbilitas”, http:/www.google.com/Lakip, Jakarta, hal 3.

Fakutas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, 2004. Buku Petunjuk Penulisan


(6)

Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntanbilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Nomor: KEP/135/M.PAN/9/2004 Tentang Pedoman Umum Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Peraturan Pemerintah RI Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat

Surat Keputusan Kepala LAN No. 239/IX/6/8/2003, tanggal 25 Maret 2003 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.