Perumusan Masalah Tinjauan Pustaka

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas adalah menentukan besarnya persediaan optimal dalam suatu pengadaan persediaan sehingga dapat diperoleh total biaya persediaan yang minimum.

1.3 Tinjauan Pustaka

Menurut Herjanto 1999, persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, dan untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Menurut Baroto 2002, timbulnya persediaan disebabkan oleh mekanisme pemenuhan atas permintaan, keinginan untuk meredam permintaan yang bervariasi dan tidak pasti dalam jumlah maupun waktu kedatangan, serta adanya keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang besar dari kenaikan harga di masa mendatang. Perencanaan persediaan merupakan serangkaian kebijakan dalam menentukan tingkat persediaan yang harus tersedia, kapan pesanan untuk menambah persediaan harus dilakukan, dan berapa besar pesanan harus diadakan. Sistem ini menjamin tersedianya persediaan yang tepat dalam kuantitas dan waktu yang tepat. Dengan kata lain, pengadaan persediaan yang tepat dapat memperoleh kualitas dan jumlah yang tepat dari barang yang tersedia pada waktu dibutuhkan dan dengan biaya yang minimum. Pada model persediaan dengan backorder, total biaya persediaan TC merupakan gabungan antara biaya pengadaan procurement cost, biaya penyimpanan holding cost dan biaya kekurangan shortage cost atau dapat dirumuskan sebagai: = + + , 0, Universitas Sumatera Utara Dan solusi optimalnya adalah: Jumlah persediaan optimal ∗ = Jumlah backorder optimal ∗ = Total biaya minimum , = dimana: a = biaya pengadaan barang tiap unit per satuan waktu. b = biaya kekurangan barang backorder tiap unit per satuan waktu. c = biaya penyimpanan barang. r = total permintaan dalam unit, dalam periode T. s = tingkat persediaan tiap awal periode. q = jumlah pesanan ekonomis tiap periode. T = periode pengadaaan persediaan. Merujuk pada penjelasan Chiang dkk. 2005 serta Yao dan Su 2008, sebuah himpunan fuzzy pada = −∞ , ∞ disebut titik fuzzy jika fungsi keanggotaannya adalah: = 1, = 0, ≠ Sebuah himpunan fuzzy = [ , ; ] , ≤ ≤ 1, , pada = −∞ , ∞ disebut interval fuzzy level , jika fungsi keanggotaannya adalah: = , ≤ ≤ , 0, lainnya Sebuah himpunan fuzzy = , , , a b c, pada = −∞ , ∞ disebut fuzzy number segitiga jika fungsi keanggotaannya adalah: = , ≤ ≤ , ≤ ≤ 0, lainnya Universitas Sumatera Utara Sebuah fuzzy number segitiga = , , , jika = = maka titik fuzzy , , = . Bagian-bagian dari fuzzy number segitiga pada = −∞ , ∞ dinotasikan sebagai: = { , , | ∀ , , , } 2.16 –cut dari = , , , ≤ ≤ 1 , adalah = { | ≥ } = [ , ] . = + − adalah titik ujung kiri dari , dan = − − adalah titik ujung kanan dari . Signed distance dari ke 0 dimana , 0 didefinisikan sebagai , 0 = . Jika , jarak dari ke 0 adalah , 0 = . Jika , jarak dari ke 0 adalah − , 0 = − . Hal inilah yang menjadi alasan mengapa , 0 diberi istilah signed distance dari ke 0. Dengan teorema dekomposisi, , ≤ ≤ 1 , dapat didefinisikan sebagai = ⋃ [ , ; ] . Untuk setiap [ 0,1] , signed distance dari interval [ , ] ke 0 dapat didefinisikan sebagai: [ , ], 0 = [ , 0 + , 0 ] = [ + ] Untuk setiap [ 0,1] , interval crisp [ , ] dan interval fuzzy [ , ] level adalah korespondensi satu-satu. Maka secara umum signed distance dari [ , ; ] ke dapat didefinisikan sebagai: [ , ], 0 = [ , ] , 0 = [ + ] Hal ini merupakan fungsi kontinu dari pada ≤ ≤ 1 . Nilai rata-rata diperoleh dari integrasi. Jadi, jika = ⋃ [ , ; ] dan , maka signed distance dari ke dapat didefinisikan sebagai: , 0 = 1 2 [ + ] Universitas Sumatera Utara

1.4 Tujuan Penelitian