Pengertian Migrasi MIGRASI BATAK TOBA KE SUMBUL PEGAGAN

30

BAB III MIGRASI BATAK TOBA KE SUMBUL PEGAGAN

3.1. Pengertian Migrasi

Migrasi Penduduk dalam kehidupan manusia bukanlah merupakan hal yang baru lagi melainkan sebaliknya telah terjadi dimana- mana. Migrasi dalam artian sederhana yaitu berpindah tempat tinggal tanpa disadari telah memainkan peranan penting dalam sejarah umat manusia yang disebabkan oleh bermacam- macam faktor. “Migrasi dalam bentuknya yang manapun juga, selalu memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia semenjak permulaan sejarah manusia”. “Sebab- sebab umumnya yang dapat diperhatikan pada migrasi primitif”, katanya terus berlaku sampai sekarang, meskipun dengan tekanan pengertian yang telah berubah dan dalam bentuk yang sedikit berlainan. Dixon mengelompokkan penyebab- penyebab itu ke dalam dua golongan fisik, seumpama bencana alam yang tiba- tiba dan perubahan iklim; dan golongan sosial ekonomis, seumpama pengusiran besar- besaran, kalah perang oleh pendatang yang menyerang dan motivasi- motivasi yang lebih suka rela seperti keinginan untuk mengeksploitasikan kemungkinan ekonomi baru atau menaklukkan negeri baru. Sebab itu migrasi sebagai bagian dari tabiat manusia secara difinitif ditentukan atau diarahkan oleh faktor- faktor lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial”. 10 Namun demikian, migrasi merupakan bagian tabiat manusia, tidaklah dapat dibenarkan tanpa diikuti sejumlah faktor.Alasannya adalah sifat manusia untuk hidup aman tenteram dan berkecukupan tanpa gangguan dari pihak lain. Bila pada 10 Muchtar Naim, Merantau : Pola Migrasi Suku Minangkabau, Yogyakarta: UGM Press, 1984, hal. 5-6. Universitas Sumatera Utara 31 suatu tempat yang dirasakan aman dan mencukupi kebutuhan hidupnya, manusia akan berpindah ke tempat itu. Namun jika terdapat gangguan keamanan dan kedamaian yang disebabkan faktor dari dalam dan luar maka perpindahan menjadi keharusan untuk selanjutnya mencari daerah yang lain sebagai pemukiman. Pada pihak lain, perpindahan telah menjadi suatu kebiasaan dari sifat manusia. Artinya gangguan dan keamanan berupa tantangan senantiasa sulit untuk dihadapi sebagai jawabannya adalah berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain pada setiap saat. Hal tersebut banyak terdapat di beberapa daerah di Indonesia.Mereka hidup secara nomaden karena merupakan kebiasaan atau yang lebih tepat adalah bagian dari kehidupan sosial budayanya. Perpindahan penduduk dalam beberapa bagian tertentu selalu dihubungkan dengan kondisi sosial ekonomi di daerah asalnya. Meskipun sulit diterima secara keseluruhan tetapi baik dalam penelitian di lapangan maupun yang terdapat dalam sumber kepustakaan, hal tersebut merupakan faktor penentu. Batasan waktu yang disepakati untuk seseorang yang pergi meninggalkan tempat tinggalnya yang lama ke tempat yang baru sehingga disebut sebagai migran belum ada. Perserikatan Bangsa Bangsa menyatakan bahwa seseorang yang bermigrasi adalah orang yang bermaksud tinggal di daerah yang baru lebih dari 12 bulan. Para ahli yang mengemukakan teori tentang migrasi tidak menyebutkan batasan temporal perpindahan tempat tinggal jauh atau dekat, dengan kemauan sendiri atau tidak, dan dengan kelompok atau perorangan. Universitas Sumatera Utara 32 Payung Bangun mengatakan bahwa “Huta bahasa Batak Toba biasanya merupakan teritorial yang dihuni oleh keluarga yang asal dari satu klen”. Namun di Sumbul Pegagan sudah sangat jarang dijumpai masyarakat Pakpak berdomisili dengan ciri khas budaya Pakpak yang dimiliki, karena Sumbul Pegagan sudah penuh dengan rumah penduduk Batak Toba pendatang. Menurut B.A. Simanjuntak mengemukakan beberapa alasan orang manjae dari desa induk, yakni: karena desa induk penuh penghuni, sehingga pertambahan rumah sudah tidak memungkinkan lagi dan sebagian orang merasa kurang sehat atau kurang memperoleh rejeki di desa induk sehingga berniat mengadu nasib di tempat yang baru baik dengan cara membuka desaperkampungan baru. Pada umumnya mereka membuka kampung baru sekitar kampung induk atau tidak jauh jaraknya dari kampung asal, kampung utama merupakan titik tolak dan pembukaan kampung- kampung baru ini makin sering berakibat lebih jauh dari kampung asal atau di luar batas budayanya sendiri. Dilihat dari sudut ekologi kebudayaan Batak, huta merupakan manifestasi konsep harajaon. Pederson dalam bukunya Batak Blood and Protestand Soul menyatakan, “Jalan lain ke kerajaan ialah mendirikan sebuah kampung huta baru dengan merintis suatu daerah yang belum didiami”. Mendirikan sebuah huta adalah suatu cara yang diakui untuk mendapatkan kekayaan material tetapi lebih banyak untuk mendapatkan kedudukan sosial. Selain hal tersebut, bertambahnya jumlah perkampungan baru atau huta juga karena terjadinya perang antara satu kampung Universitas Sumatera Utara 33 dengan kampung yang lain atau marga yang satu dengan marga yang lain. Perang ini dapat terjadi karena perbedaan pendapat atau dikarenakan mengambil alih tanah kampung lain. Salah satu usaha etnis Batak Toba untuk dapat berkembang dan meningkatkan taraf hidupnya adalah dengan melakukan migrasi ke daerah yang lain yang lebih dapat memberikan kehidupan lebih baik. Salah satu daerah tempat migrasi etnis Batak Toba di Sumatera adalah di daerah Sumbul Pegagan karena di kampung asal Bonapasogit kesempatan untuk memperoleh hidup yang lebih baik sangat minim, dan inilah alasan mereka untuk meninggalkan kampung halaman asal dan melaksanakan migrasi ke daerah lain, baik untuk jangka waktu tertentu maupun untuk untuk selama- lamanya. Etnis Batak Toba merupakan penduduk pendatang yang pertama kali bermigrasi ke Sumbul Pegagan dari pendatang lain seperti Karo, Simalungun, dan lain- lainnya. Hal ini dikarenakan Sumbul Pegagan dengan daerah asal Batak TobaTapanuli satu administratif, Dairi sebagai kabupaten pada tahun 1950- 1958 bergabung dengan keresidenan Tapanuli. Namun hal tersebut hanya masalah waktu, sebab seiring bergulirnya waktu etnis- etnis lain mulai berdatangan ke daerah ini. Migrasi mereka berlangsung baik karena keterbukaan masyarakatnya dari pengaruh luar seperti agama Kristen, pemerintahan Belanda di Tapanuli,dan pembukaan lahan- lahan kosong di Dairi untuk penanaman kopi.Agama Kristen terutama protestan berhasil bukan saja memperkenalkan agama tetapi juga Universitas Sumatera Utara 34 memperkenalkan pendidikan, dan organisasi dalam Gereja. Sedangkan pemerintahan Belanda memperkenalkan sistem pemerintahan baru yakni antar huta disatukan yang sebenarnya saling bermusuhan. Dengan memperkenalkan bentuk organisasi kemasyarakatan kedaerahan yang baru, maka desa- desa yang berdekatan dikumpulkan menjadi satu sekolah Gereja, akibatnya huta yang kecil dan merupakan dunia kecil yang berdiri sendiri, telah berganti menjadi suatu masyarakat yang lebih luas. Sistem ini diperkuat oleh Belanda dengan memperkenalkan pemerintahan yang mempunyai suatu kesatuan wilayah yang lebih luas, maka huta atau desa nantinya mempunyai wilayah administratif, dan memenuhi syarat- syarat yang diperlukan bagi seseorang yang memegang jabatan, termasuk termasuk ilmu pengetahuan tentang dunia luar. Masyarakat Batak Toba terdiri dari petani- petani ulet yang mengerjakan tanah dengan caranya sendiri. .Mereka mengerjakan sawah dengan cangkul dan kemudian mendapat hasil yang memuaskan. Keberhasilan mereka di daerah dataran rendah karena dianggap penduduk setempat orang- orang Batak Toba berhasil membuat sawah dan lahan kopi sehingga mendorong masyarakat setempat menirunya. Tanah merupakan salah satu yang paling penting bagi etnis Batak Toba. Migrasi mereka ke dataran rendah terutama ingin memperoleh tanah- tanah subur yang belum dimanfaatkan, tanah- tanah itu mereka tanami dengan padi, kopi,dan lain- lainnya. Etnis Batak Toba yang berada di Sumbul Pegagan merupakan bagian Universitas Sumatera Utara 35 dari migrasi setempat. Sebelumnya mereka atau setidaknya orangtua mereka telah bermigrasi ke daerah-daerah lain di Dairi. 11 11 Wawancara dengan Gibson Samosir, Pegagan Julu III, tanggal 24 agustus 2007. Evereet Lee menyatakan bahwa “Yang disebut dengan Migrasi adalah perubahan tempat tinggal secara permanen, dengan tidak ada pembatasan dan tidak berkeinginan untuk kembali lagi kedaerah asalnya. Alasan Migran tidak kembali karena keinginan hidupnya untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik telah terpenuhi di tempat yang baru seperti pemilikan tanah, rumah, pekerjaan, dan dapat menyekolahkan anak- anaknya sampai dapat mandiri. Sebagai contoh migrasi permanen ini adalah migrasi yang terjadi di Sumbul Pegagan.Hal ini dapat dilihat dari penduduk pendatangBatak Toba tidak pernah kembali ke daerah asal, mereka hanya sering berkunjung. Sedangkan dalam kamus antropologi dikatakan bahwa migrasi adalah pemindahangerak penduduk secara tetap yang menempuh jarak tertentu melewati perbatasan tertentu ke tempat baru. Dari pendapat yang di kemukan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa migrasi yaitu perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan melewati daerah asal untuk tujuan menetap dalam jangka waktu yang tidak ditentukan dan penyebab- penyebab yang beragam. Universitas Sumatera Utara 36

3.2. Proses Migrasi