3. Bagaimana pelaksanaan kerja sama antara bank dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan PPATK dalam mencegah tindak pidana
pencucian uang berkaitan dengan prinsip mengenal nasabah?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan utama penulisan ini adalah untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana hukum. Namun berdasarkan permasalahan yang telah
dikemukakan di atas, maka tujuan lain yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui sebab lahirnya prinsip mengenal nasabah. 2. Untuk mengetahui tujuan dan orientasi dari prinsip mengenal nasabah.
3. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kerjasama antara bank dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan PPATK dalam mencegah tindak
pidana pencucian uang berkaitan dengan prinsip mengenal nasabah.
D. Manfaat Penulisan
Adapun yang menjadi manfaat dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Secara teoritis, penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan
bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu hukum. 2. Secara praktis, penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
bagi pembaca dan penegak hukum dan dunia perbankan dalam penanggulangan tindak pidana pencucian uang.
Universitas Sumatera Utara
E. Keaslian Penulisan
Skripsi ini adalah hasil karya penulis sendiri, yang penulis susun dengan cara membaca dan mengutip data–data yang ada pada buku serta peraturan
perundang–undangan yang berkaitan dengan judul skripsi penulis.
F. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian Prinsip Mengenal Nasabah Prinsip Mengenal Nasabah atau yang lebih dikenal dengan istilah Know
Your Customer Principle KYC merupakan prinsip ke-15 dari 25 Core Principles for Effective Banking Supervision dan Basel Committe
. Peraturan Bank Indonesia Nomor 521PBI2003 tentang perubahan kedua atas peraturan Bank Indonesia
Nomor 323PBI2001 tentang perubahan pertama atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 310PBI2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Know Your
Customer Principle dalam pasal 1 ayat 2 mengartikan Prinsip Mengenal nasabah sebagai :
“Prinsip yang diterapkan Bank untuk mengetahui identitas nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk pelaporan transaksi yang
mencurigakan.”
5
Nasabah di dalam prinsip ini diartikan sebagai pihak yang menggunakan
jasa bank, baik meliputi perorangan, perusahaan, lembaga pemerintah, perwakilan negara asing serta bank.
5
Pasal 1 ayat 2 Peraturan Bank Indonesia Nomor 521PBI2003 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasbah Know Your Customer Principle
Universitas Sumatera Utara
2. Pengertian Tindak Pidana Pencucian Uang Kata “tindak” mengandung arti “perbuatan”. Sedangkan “pidana”
mengandung arti penderitaan yang sengaja dibebankan kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat–syarat tertentu. Menurut Moeljanto,
menyatakan bahwa tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman sanksi yang berupa pidana
tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa tindak pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum
dilarang dan diancam pidana, dimana larangan tersebut ditujukan kepada perbuatan yang dilakukan oleh kelakuan orang dan ancamannya ditujukan pada
orang yang melakukan perbuatan tersebut.
6
Istilah pencucian uang berasal dari bahasa Inggris, yakni “money laundering
”. Apa yang dimaksud dengan money laundering memang tidak ada defenisi yang universal, karena baik negara–negara maju maupun negara–negara
dari dunia ketiga, masing–masing mempunyai defenisi sendiri–sendiri berdasarkan prioritas dan perspektif yang berbeda. Namun para ahli hukum di
Indonesia telah sepakat mengartikan money laundering dengan “pencucian uang”.
7
Pengertian pencucian uang, telah banyak dikemukakan oleh para ahli hukum. Menurut Welling, “money laundering” adalah “Money laundering is the
process by wich one counceals the existence, illegal source, or illegal application
6
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta, Kanca Peranda Media Group, 2008, hal. 148
7
Adrian Sutedi, Op cit, hal. 15
Universitas Sumatera Utara
of income and than disguises that income to make it appear legitimate”.
8
Pencucian uang adalah suatu proses, dimana salah satu bentuknya dapat berupa sumber-sumber ilegal atau penempatan pendapatan secara ilegal kemudian
menyamarkan pendapatan tersebut sehingga kelihatan sebagai pendapatan yang sah. Sedangkan Faser mengemukakan bahwa money laundering adalah ”quite
simple the process through with dirty money proceed of crime, is washed through clean or legitimate sources and interprises so that the bad guys may more safe
enjoy their ill gotten gains ”
9
“perbuatan menempatkan, mentransfer, membayarkan, membelanjakan, mengibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri,
menukarkan atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana dengan maksud
menyembunyikan, atau menyamarkan asal–usul harta kekayaan sehingga seolah–olah menjadi harta kekayaan yang sah”.
Proses sederhana dari uang kotor yang didapat dari tindak pidana, dicuci atau dimasukkan ke dalam sumber yang sahlegal, sehingga
pelaku tindak pidana dapat lebih aman menikmati keuntungan yang didapat dari kejahatan mereka.
Dalam Pasal 1 angka 1 Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang perubahan atas Undang–Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang, pengertian money laundering adalah :
10
Dari beberapa defenisi penjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan pencucian uang, dapat disimpulkan bahwa pencucian uang adalah kegiatan-
kegiatan yang merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang atau oleh organisasi-organisasi kejahatan terhadap uang haram, yaitu uang yang berasal dari
8
Ibid, hal.13
9
The World Bank, Reference Guide To Anti-Money Laundering and Combating The Financing of Terorism
, Washington DC, The World Bank, 2006, hal. 1-2
10
Bismar Nasution, Op cit, hal. 18
Universitas Sumatera Utara
tindak kejahatan, dengan maksud menyembunyikan asal-usul tersebut dari pemerintah atau otoritas yang berwenang untuk melakukan penindakan terhadap
tindak kejahatan dengan cara terutama memasukkan uang tersebut ke dalam sistem keuangan financial system, sehingga apabila uang tersebut kemudian
dikeluarkan dari sistem keuangan itu, maka keuangan tersebut telah berubah menjadi uang yang sah. Secara umum, pencucian uang merupakan metode untuk
menyembunyikan, memindahkan, dan menggunakan hasil dari suatu tindak pidana, kegiatan organisasi kejahatan, kejahatan ekonomi, korupsi, perdagangan
narkotik dan kegiatan-kegiatan lainnya yang merupakan aktivitas kejahatan. Money laundering
pada intinya melibatkan aset yang disamarkan sehingga dapat dipergunakan tanpa terdeteksi bahwa aset tersebut berasal dari kegiatan yang
ilegal. Melalui money laundering pendapatan yang berasal dari kegiatan yang melawan hukum diubah menjai aset keuangan yang seolah-olah berasal dari
sumber yang sahlegal. 3. Pengertian Bank dan Hukum Perbankan
a. Pengertian Bank Banyak orang yang mempertanyakan pengertian dari bank. Tampaknya
pertanyaan ini cukup sederhana, namun untuk memberikan defenisi yang tepat agaknya perlu memberikan penjabaran, karena untuk memberikan defenisi tentang
bank dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara. Bank adalah lembaga keuangan yang
menjadi tempat orang perseorangan, badan–badan usaha swasta, badan–badan usaha milik negara, bahkan lembaga–lembaga pemerintahan menyimpan dana–
Universitas Sumatera Utara
dana yang dimilikinya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bank adalah usaha dibidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang di masyarakat,
terutama pemberian kredit dan jasa di lalu-lintas pembayaran dan peredaran uang Di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,
pasal 1 butir 2, diterangkan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
11
G.M. Verryn stuart, dalam bukunya Bank Politik berpendapat bahwa bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik
dengan alat–alat pembayaran sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang
giral.
12
Hukum dapat dikatakan sebagai suatu sistem kaidah. Dimana sistem merupakan suatu pemikiran bulat yang di dalamnya terdiri dari bagian-bagian
yang saling berhubungan dengan serasi dan saling mengusung dan tidak Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa pada
dasarnya bank adalah badan usaha yang menjalankan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada pihak–pihak yang
membutuhkan dalam bentuk kredit dan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
b. Pengertian Hukum Perbankan
11
Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
12
Hermansyah, Op cit, hal. 8
Universitas Sumatera Utara
bertentangan satu sama lain. Kaidah merupakan ketentuan mengenai baik buruk perilaku manusia di tegah pergaulannya dengan menentukan perangkat-perangkat
yang bersifat perintah dan anjuran serta larangan-larangan, sehingga dapat dikatkan bahwa kaidah tersebut merupakan patokan pedoman dalam bertindak.
13
13
Soedjono Didrjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2000, hal. 36-37
Secara umum dapat dikatakan bahwa hukum perbankan sebagai hukum yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perbankan. Tentu untuk
memperoleh pengertian yang lebih mendalam mengenai pengertian hukum perbankan tidaklah cukup hanya dengan memberikan suatu rumusan yang
demikian. Oleh karena itu, perlu dikemukakan beberapa pengertian hukum perbankan dari para ahli hukum perbankan.
Menurut Muhammad Djumhana, hukum perbankan adalah kumpulan peraturan hukum yang mengatur kegiatan lembaga keuangan bank yang meliputi
segala aspek, dilihat dari segi esensi dan eksistensinya, serta hubungannya dengan bidang kehidupan yang lain. Sedangkan Munir Fuady merumuskan bahwa hukum
perbankan adalah seperangkat kaidah hukum dalam bentuk peraturan perundang– undangan, yurisprudensi, doktrin dan lain–lain sumber hukum, yang mengatur
masalah–masalah perbankan, sebagai lembaga dan aspek kegiatannya sehari–hari, rambu–rambu yang harus dipenuhi oleh suatu bank, perilaku petugas–petugasnya,
hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab para pihak yang tersangkut dengan bisnis perbankan, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank, eksistensi
perbankan dan lain–lain yang berkenaan dengan dunia perbankan.
Universitas Sumatera Utara
Dari rumusan tersebut, terungkap bahwa pengaturan di bidang perbankan menyangkut diantaranya:
14
1. Dasar-dasar perbankan yaitu menyangkut asas-asas kegiatan perbankan, seperti norma efisiensi, keefektivan, kesehatan bank, profesionalisme pelaku
perbankan, maksud dan tujuan lembaga perbankan serta hubungan hak dan kewajibannya.
2. Kedudukan pelaku di bidang perbankan, misalnya kaidah-kaidah mengenai pengelolaannya, seperti dewan komisariat, direksi, karyawan. Juga mengenai
bentuk badan hukum, pegelolannya serta kepemilikannya. 3. Kaidah-kaidah perbankan yang secara khusus yang memperhatikan
kepentingan umum, seperti kaidah-kaidah yang mencegah persaingan tidak wajar, perlindungan terhadap konsumen dan lain-lain.
4. Kaidah-kaidah yang menyangkut struktur organisasi yang mendukung kebijakan ekonomi dan moneter dari pemerintah.
5. Kaidah-kaidah yang mengarahkan kehidupan perekonomian yang berupa dasar-dasar untuk perwujudan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya melalui
penetapan sanski, insentif dan sebagainya. 6. Keterkaitan satu sama lainnya dari ketentuan dan kaidah-kaidah hukum
tersebut sehingga tidak mungkin berdiri sendiri, malahan keterkaitannya merupakan hubungan logis dari bagian-bagian lainnya.
Beranjak dari beberapa pengertian hukum perbankan di atas, dengan mengacu pada pengertian perbankan sebagai segala sesuatu yang berkaitan
14
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2006, hal. 2
Universitas Sumatera Utara
dengan bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta acara dan proses melaksanakan kegiatan usahanya, maka pada prinsipnya dapat dirumuskan bahwa
hukum perbankan adalah keseluruhan norma–norma tertulis maupun norma- norma tidak tertulis yang mengatur tentang bank, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha serta cara dan proses melaksanakan kegiatan usahanya. Berkaitan dengan pengertian ini, maka yang dimaksud dengan norma- norma tertulis dalam
pengertian di atas adalah seluruh peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai bank, sedangkan norma-norma yang tidak tertulis adalah kebiasaan-
kebiasaan yang timbul dalam praktik perbankan.
15
2. Data dan Sumber Data
G. Metode Penulisan