Modifikasi Lingkungan Manipulasi Lingkungan

16 Sebagai salah satu penyakit reemerging menular kembali secara massal, malaria hingga saat ini menjadi ancaman daerah tropis dan subtropis. Di kawasan tropis dan subtropis, malaria sering menimbulkan jumlah kematian mencapai lebih dari satu juta orang setiap tahunnya. Yang perlu diperhatikan adalah terdapatnya kasus malaria di daerah-daerah yang sudah jarang terjadi kasus malaria selama beberapa tahun. Hal ini terjadi karena lemahnya sistem kewaspadaan dini serta perencanaan pemberantasan malaria yang tidak dilakukan secara tepat dan berkesinambungan Achmadi, 2003.

2.2. Program Pencegahan Malaria

Pencegahan penyakit malaria yang dilakukan Departemen Kesehatan diantaranya modifikasi lingkungan dan manipulasi lingkungan, yaitu program untuk mencegah dan membatasi perkembangan vektor dan mengurangi kontak antara manusia dengan vektor Depkes RI, 1999, dengan cara sebagai berikut:

2.2.1. Modifikasi Lingkungan

Kegiatan ini meliputi setiap modifikasi fisik yang permanen terhadap tanah, air dan tanaman yang bertujuan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi tempat perindukkan nyamuk tanpa menyebabkan pengaruh yang tidak baik terhadap kualitas lingkungan hidup manusia. Termasuk dalam kegiatan ini antara lain penimbunan, pengeringan, perataan permukaan tanah dan pembuatan bangunan dam, pintu air, dan tanggul Depkes RI, 1999. Letnan Dalimunthe: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pencegahan Penyakit Malaria Di Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal, 2008. USU e-Repository © 2008 17

2.2.2. Manipulasi Lingkungan

Manipulasi lingkungan merupakan kegiatan yang bertujuan menghasilkan suatu keadaan sementara yang tidak menguntungkan bagi vektor untuk berkembang biak di tempat perindukan nyamuk penyebab malaria, misalnya: pembersihan tanaman air, yang mengapung ganggang dan lumut di lagun, akan mengubah lagun tersebut menjadi tidak baik untuk perkembangan nyamuk Anopheles Depkes RI, 1999. Program pencegahan malaria dapat didefinisikan sebagai usaha terorganisir untuk melaksanakan berbagai upaya menurunkan penyakit dan kematian yang diakibatkan malaria, sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat. Program tersebut terdiri: a menghindari atau mengurangi kontak gigitan nyamuk Anopheles dengan memakai kelambu, penjaringan rumah, pemakaian reppelen dan obat nyamuk, b membunuh nyamuk dewasa dengan menggunakan berbagai insektisida, cmembunuh jentik tindakan anti larva baik secara kimiawi larvasida maupun biologik ikan, tumbuhan, jamur, bakteri, d mengurangi tempat perindukan source reduction, e mengobati penderita malaria, f pemberian pengobatan pencegahan profilaksis dan vaksinasi masih dalam tahap riset dan clinical trial Soedarto, 2000. Hal yang sama dinyatakan Lengeler 2002, pemberantasan vektor dilakukan dengan cara membunuh nyamuk dewasa, membunuh jentik dan menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan. Dengan dibunuhnya nyamuk maka pertumbuhan parasit yang ada dalam tubuh akan terhenti, sehingga penyebaran penyakit Letnan Dalimunthe: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pencegahan Penyakit Malaria Di Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal, 2008. USU e-Repository © 2008 18 dapat terputus. Kegiatan yang dilakukan dalam pemberantasan vektor adalah: penyemprotan rumah, pemolesan kelambu, larvaciding, biological control, source reduction, pembersihan lumut, pemetaan tempat perindukan, pemetaan rumah serta survei penyakit malaria. Salah satu cara untuk memutuskan rantai penularan penyakit malaria adalah dengan cara identifikasi penderita sedini mungkin, baik dilakukan secara aktif oleh petugas yang mengunjungi rumah secara khusus active case detection maupun dilakukan secara pasif passive case detection Dirjen PPM PLP, 1999. Setelah penderita malaria ditemukan maka dilakukan proses pengobatan dengan berbagai cara kepada tersangka maupun yang sudah terbukti penderita malaria: a. Pengobatan malaria klinis, diberikan berdasarkan gejala klinis dan ditujukan untuk menekan gejala klinis malaria dan membunuh nyamuk anopheles untuk mencegah terjadinya penularan tersebut; b. Pengobatan radikal, diberikan kepada seseorang dengan pemeriksaan laboratorium positif malaria. Pengobatan ini bertujuan untuk mencegah timbulnya kambuh c. Pengobatan massal, Pengobatan malaria klinis kepada semua penduduk 80 penduduk di daerah malaria sebagai bagian dari upaya penanggulangan malaria dan d. Pengobatan kepada penderita Demam, dilakukan untuk mencegah terjadinya kasus malaria dan melanjutkan penanggulangan malaria, yaitu diulang setiap 2 minggu setelah pengobatan massal sampai pengobatan selesai Dirjen PPM PLP, 1999. Sejak terjadinya krisis ekonomi tahun 1997 mengakibatkan program penanggulangan malaria mengalami hambatan dalam hal pendanaan, serta Letnan Dalimunthe: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pencegahan Penyakit Malaria Di Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal, 2008. USU e-Repository © 2008 19 kemampuan masyarakat dalam melaksanakan pencegahan malaria di lingkungannya. Malaria yang semula sudah dianggap tidak berbahaya, muncul kembali menjadi ancaman dengan temuan kasus malaria di sejumlah tempat. Jika sebelumnya, penyakit malaria disebabkan oleh nyamuk spesies Anopheles yang hidup di sawah dan lagun, kini muncul nyamuk Anopheles tipe gunung dan hutan yang lebih ganas. Meski demikian, kedua tipe nyamuk tersebut menyerang manusia secara bergantian, tipe sawah dan lagun menyerang pada musim kemarau, sedangkan tipe gununghutan menyerang pada musim hujan. Karena faktor itulah, kini dalam upaya pemberantasan malaria, salah satunya kita menggunakan insektisida jenis baru. Di samping itu, juga dicoba penggalakan penggunaan kelambu di rumah-rumah, khususnya kelambu yang mengandung insektisida Suroso, 2003. Program pemasangan kelambu tersebut, didasarkan hasil pengalaman di Vietnam yang sukses menekan tingkat kasus malaria di negeri tersebut. Disebutkan, sekitar 80 penduduk Vietnam kini menggunakan kelambu. Meski demikian, implementasi program Gebrak Malaria di Indonesia tidak bisa disamaratakan antara satu daerah dengan daerah lain namun didasarkan pada spesifikasi daerah masing- masing Suroso, 2003. Menurut Taco 2002, di Timika Propinsi Papua merupakan salah satu daerah endemis malaria, demikian juga dengan desa sekitarnya. Upaya mengatasi malaria di daerah tersebut dilakukan dengan melakukan kontrol terhadap pergerakan dan jumlah manusia yang lebih dikenal dengan Malcon Malaria Control. Letnan Dalimunthe: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pencegahan Penyakit Malaria Di Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal, 2008. USU e-Repository © 2008 20 Penelitian Balitbangkes 2004 menunjukkan bahwa kejadian malaria berhubungan dengan prilaku, kebiasaan membuka baju kaos, memakai lengan pendek dan celana pendek mempunyai resiko 6 kali tertular malaria dibandingkan dengan yang menutup badan di malam hari. Penelitian Budiarja 2001 di Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang mendapati 85,2 masyarakat yang berpendidikan rendah terbukti berpengaruh terhadap prilaku yang membuat kejadian malaria man made malaria responden yang tidak menggunakan kelambu saat tidur malam hari memberi resiko sebesar 6,43 kali tertular malaria dibandingkan yang memakai kelambu. Bekerja di luar rumah dapat memberi resiko sebesar 13,48 kali untuk tertular malaria dibandingkan dengan orang yang tidak bekerja di luar rumah. Saifuddin 2004 di Kabupaten Bireuen, menemukan bahwa umumnya penderita memiliki rumah dengan saluran pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu sebesar 61,5 dan secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian malaria dengan keadaan saluran pembuangan air limbah yan tidak memenuhi syarat kesehatan. 2.3. Diagnosis Malaria dengan Pemeriksaan Laboratorium Salah satu program pemberantasan malaria adalah melalui surveilans epidemiologi yang dapat dilakukan dengan cara: a. Pemeriksaan dengan mikroskop Pemeriksaan sediaan darah SD tebal dan tipis di Puskesmaslapangan rumah Letnan Dalimunthe: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pencegahan Penyakit Malaria Di Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal, 2008. USU e-Repository © 2008 21 sakit untuk menentukan: 1 ada tidaknya parasit malaria positif atau negatif, 2 spesies dan stadium plasmodium, dan 3 kepadatan parasit Untuk penderita tersangka malaria berat perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang setiap 6 jam sampai 3 hari berturut-turut. 2. Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut tidak ditemukan parasit maka diagnosis malaria disingkirkan. b. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat rapid diagnostic test Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan menggunakan metoda immokromatografi. Tes ini sangat bermanfaat pada unit gawat darurat, pada saat terjadi kejadian luar biasa dan di daerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas lab serta untuk survei tertentu. Hal yang penting lainnya adalah penyimpanan RDT ini sebaiknya dalam lemari es tetapi tidak dalam frezzer pendingin. c. Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat meliputi; a darah rutin, b kimia darah lain gula darah, serum bilirubin, SGOT SGPT, alkali fosfatase, albuminglobulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, analisis gas darah, c EKG, d foto toraks, e analisis cairan serebrospimedis, f biakan darah dan uji serologi, g urinalisis. Letnan Dalimunthe: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pencegahan Penyakit Malaria Di Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal, 2008. USU e-Repository © 2008 22

2.4. Partisipasi Masyarakat