22
2.4. Partisipasi Masyarakat
Dalam menurunkan angka kejadian penyakit malaria, sangat dibutuhkan partisipasi masyarakat untuk mendukung program yang dilaksanakan pemerintah.
Partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan dimana individu, keluarga, maupun masyarakat umum ikut bertanggungjawab terhadap kesehatan diri,
keluarga maupun kesehatan masyarakat dan lingkungannya Depkes RI, 2001. Bentuk partisipasi atau keterlibatan masyarakat yang ideal adalah ikut
bertanggungjawab dalam pengenalan masalah, perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pemanfaatan dalam suatu program pencegahan dan penanggulangan malaria
Santoso, dkk, 2001. Partisipasi masyarakat dalam masalah kesehatan sangat diperlukan
sebagaimana masyarakat tersebut ikut menjadi peserta yang efektif. Bentuk partisipasi masyarakat dapat diwujudkan dalam bentuk suatu kelompok yang
mempunyai tujuan khusus dan bertanggungjawab sebesar-besarnya pada kelompok atau organisasi tertentu. Partisipasi masyarakat yang efektif terdapat dalam suatu
gambaran penting yaitu adanya komitmen dan keterlibatan anggota masyarakat yang lebih penting dari sekedar partisipasi, termasuk pengambilan keputusan dalam
membuat tujuan dan rencana implemenatsi Ndiye, dkk, 2001. Pentingnya partisipasi dalam pembangunan kesehatan bukan semata-mata
karena ketidakmampuan pemerintah dalam upaya pembangunan, melainkan memang disadari bahwa masyarakat mempunyai hak dan potensi untuk mengenal dan
memecahkan masalah kesehatan yang dihadapinya, mengingat sebagian besar
Letnan Dalimunthe: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pencegahan Penyakit Malaria Di Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal, 2008.
USU e-Repository © 2008
23
masalah kesehatan disebabkan oleh perilaku masyarakat itu sendiri Ndiye, dkk, 2001.
Dengan melihat beberapa hal di atas maka dalam suatu upaya penanggulangan masalah penyakit sangatlah diperlukan partisipasi masyarakat. Di satu sisi masyarakat
memandang bahwa kebijakan yang dibuat oleh pemerintah selalu memberatkan dan tidak menguntungkan masyarakat. Hal ini sering mengakibatkan timbulnya
pertentangan dalam persepsi pelibatan masyarakat dalam suatu kegiatan pembangunan Mitchell et al., 2000.
Meskipun pendekatan partisipatif mungkin memerlukan waktu yang lebih lama pada tahap-tahap awal perencanaan dan analisis di dalam proses selanjutnya,
pendekatan ini akan mengurangi adanya pertentangan karena pengelola sumberdaya alam tradisional biasanya sering enggan melibatkan masyarakat dengan keyakinan
bahwa masyarakat biasanya apatis dan membuang-buang waktu Mitchell et al, 2000.
Menurut Magnis 1987, kehandalan pendekatan partisipatif dalam pengembangan dan pengelolaan kelembagaan serta pemberdayaan masyarakat
menuju pembangunan berkelanjutan merupakan hal yang tak terbantahkan. Penerapan manajemen partisipatif pada organisasi-organisasi sektor publik dan swasta di
beberapa negara telah menjadi hal yang lazim, dan pendekatan ini telah diterapkan dalam proses pembangunan di negara-negara berkembang pada proyek-proyek yang
dilaksanakan oleh berbagai lembaga mulai dan LSM kecil hingga yang dikerjakan oleh lembaga donor bilateral maupun multilateral. Kebijakan tingkat tinggi
Letnan Dalimunthe: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pencegahan Penyakit Malaria Di Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal, 2008.
USU e-Repository © 2008
24
pemerintah Indonesia telah memperkenalkan pendekatan partisipatif sejak dua puluh tahun lalu, namun dampaknya kurang bergema. Tetapi sejak pemerintahan era
reformasi, nampaknya mereka memiliki komitmen besar untuk menerapkannya secara total, sehingga hasilnya jauh lebih baik.
Coyers 1994, mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat secara sukarela yang didasari oleh determinan dan
kesadaran masyarakat itu sendiri aktif dalam Partisipasi masyarakat yang semakin meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif merupakan salah satu perwujudan
dari perubahan sikap dan perilaku. Dalam Sistem Kesehatan Nasional SKN, bentuk partisipasi masyarakat terdiri
dari partisipasi perorangan dan keluarga, partisipasi masyarakat umum, partisipasi masyarakat penyelenggara, serta partisipasi masyarakat profesi kesehatan. Sejalan
dengan itu masyarakat mempunyai kewajiban untuk melakukan upaya pemeliharaan kesehatannya sendiri, keluarga maupun lingkungan, bahkan diharapkan ikut berperan
secara aktif dalam pembangunan kesehatan Depkes RI, 2004. Ketika seluruh lapisan masyarakat mau berpartisipasi karena ada kesadaran, maka dengan
pendampingan yang tepat masyarakat akan mau dan akhirnya mampu mengelola, melaksanakan dan menjaga keberlanjutan program pencegahan malaria.
Letnan Dalimunthe: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pencegahan Penyakit Malaria Di Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal, 2008.
USU e-Repository © 2008
25
2.5. Perilaku