Fi‘l yang Mendapat Awalan, Sisipan dan Akhiran

3.3.6 Fi‘l yang Mendapat Awalan, Sisipan dan Akhiran

1. Pada ayat 18 terdapat 2 dua fi‘l yaitu: a. ﺎ ﺮﻴ tatayyarn ā : kata ini merupakan fi‘l madi yang kata dasarnya ialah رﺎ t āra dan diawali dengan huruf ت ta dan disisipi penggandaan huruf ي ya yang merupakan ainul fi‘li dan diakhiri dengan dhamir ﺎ n ā untuk menunjukkan pelaku. اﻮﻬ tantah ū : kata ini merupakan fi‘l mudari yang kata dasarnya ialah ﻰﻬ nah ā dan diawali dengan huruf mudara‘ah berupa ت ta dan disisipi dengan huruf ت ta dan diakhiri dengan او waw dan alif yang disebut wawul jama‘ah b. 2. Pada ayat 20 terdapat 1 satu fi‘l yaitu اﻮ ا ittabi‘ ū. Kata ini merupakan fi’‘l amri yang kata dasarnya ialah taba‘a dan diawali dengan huruf أ hamzah dan disisipi penggandaan huruf ت ta dan diakhiri dengan و waw dan ا alif untuk menunjukkan obyek. 3. Pada ayat 21 terdapat 1 satu fi‘l yaitu اﻮ ا ittabi‘ ū. Kata ini merupakan fi’‘l amri yang kata dasarnya ialah taba‘a dan diawali dengan huruf أ hamzah dan disisipi penggandaan huruf ت ta dan diakhiri dengan و waw dan ا alif untuk menunjukkan obyek. 4. Pada ayat 45 terdapat 1 satu fi‘l yaitu اﻮ إ ittaq ū. Kata ini merupakan fi‘l amri dan kata dasarnya ialah ﻰ taq ā dan diawali dengan huruf أ hamzah dan disisipi huruf ت ta setelah kata ت ta yang merupakan ainul fi‘li dan diakhiri dengan و waw dan ا alif untuk menunjukkan obyek 5. Pada ayat 49 terdapat 1 satu fi‘l yaitu نﻮﻤ yakhissim ūna. Kata ini merupakan fi‘l mudari dan kata dasarnya ialah ﻢ khasama yang diawali dengan huruf ي ya dan disisipi dengan penggandaan huruf ص sa yang merupakan ainul fi‘li dan diakhiri dengan و waw dan ن nun untuk menunjukkan jumlah dan jenis pelaku. Universitas Sumatera Utara 6. Pada ayat 59 terdapat 1 satu fi‘l yaitu اوزﺎ ا imt āzū. Kata ini merupakan fi‘l madi dan kata dasarnya ialah زﺎ m āza yang diawali dengan huruf أ hamzah dan disisipi huruf ت ta setelah huruf م mim dan diakhiri dengan و waw dan ا alif untuk menunjukkan obyek. 7. Pada ayat 65 terdapat 1 satu fi‘l yaitu ﺎ ﻤ ﻜ tukallimun ā. Kata ini merupakan fi‘l madi dan kata dasarnya ialah ﻢ آ kalama yang diawali dengan huruf ت ta dan disisipi penggandaan huruf ل lam yang merupakan ainul fi‘li dan diakhiri dengan dhamir ﺎ n ā untuk menunjukkan pelaku. 8. Pada ayat 66 terdapat 1 satu fi‘l yaitu اﻮ ا istabaq ū. Kata ini merupakan fi‘l madi dan kata dasarnya ialah sabaqa yang diawali dengan huruf أ hamzah dan disisipi huruf ت ta setelah huruf س sin dan diakhiri dengan و waw dan ا alif untuk menunjukkan obyek. 9. Pada ayat 68 terdapat 1 satu fi‘l yaitu ﻤ ﺮ nu‘ammirhu. Kata ini merupakan fi‘l mudari dan kata dasarnya ialah ﺮﻤ ‘amara yang diawali dengan huruf ن na dan disisipi penggandaan huruf م mim yang merupakan ainul fi‘li dan diakhiri dengan dhamir hu untuk menunjukkan obyek. 10. Pada ayat 68 terdapat 1 satu fi‘l yaitu ﺴﻜ nunakkishu. Kata ini merupakan fi‘l mudari dan kata dasarnya ialah ﻜ nakasa yang diawali dengan huruf ن nun dan disisipi penggandaan huruf ك kaf yang merupakan ainul fi‘li dan diakhiri dengan dhamir hu untuk menunjukkan obyek. 11. Pada ayat 57 terdapat 1 satu fi‘l yaitu نﻮ ﺪ yadda‘ ūna. Kata ini merupakan fi‘l mudari dan kata dasarnya ialah ﺎ د da‘ ā yang diawali dengan huruf ي ya dan disisipi huruf ت ta setelah huruf د dal tetapi dalam pola ا ifta‘ala huruf ت ta berubah menjadi د dal dikarenakan fa‘ul fi‘linya merupakan huruf د dal, dan diakhiri dengan و waw dan ا alif untuk menunjukkan obyek. Universitas Sumatera Utara 12. Pada ayat 45 terdapat 1 satu fi‘l yaitu اوﺬ إ ittakhaz ū. Kata ini merupakan fi‘l madi dan kata dasarnya ialah ﺬ أ `akhaza yang diawali dengan huruf أ hamzah dan disisipi huruf ت ta setelah kata ت ta yang merupakan ainul fi‘li dan diakhiri dengan و waw dan ا alif untuk menunjukkan obyek

3.4 Makna yang Ditimbulkan dari Afiksasi