BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian tentang morfologi di Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara sudah pernah dilakukan diantaranya oleh
Rosmaimuna Siregar 960407027 dengan judul penelitian “Analisa Morfologis Isim Ma’rifah Nomina Definete Dalam Bahasa Arab” selain itu juga dilakukan
oleh Anna Rabina 950704002 dengan judul “Analisis Sulasi Mazid Dalam Al- Qur`an Pada Surat An-Nisa” , dan juga oleh Siti Maryam dengan judul “Analisis
Fi‘l Sulasi Mazid”. Penelitian tentang morfologi yang akan penulis bahas adalah afiksasi pada fi’l
yang terdapat dalam surat Yasin. Oleh karena itu, penulis menganggap kajian ini masih perlu diteliti lagi karena adanya perbedaan kajian dari penelitian
sebelumnya. Sifat bahasa yang sistematis mengakibatkan peneliti dapat meneliti bahasa
berdasarkan subsistem, dan bahasa bukanlah sistem yang tunggal, bahasa terdiri atas subsistem fonologi, gramatika morfologi dan sintaksis, dan leksikon.
Djajasudarma, 1993: 28. Al-Ghulayaini 1987 : 8 dalam Jami‘u al-Durusi al-‘Arabiyyati
mendefinisikan morfologi sebagai berikut
فﺮ ﻟا ﻢ :
ﺴﻴﻟ ﻟا ﺎﻬﻟاﻮﺣا و ﺔﻴﺑاﺮ ﻟا تﺎﻤ ﻜﻟا ﻴ ﺎﻬﺑ فﺮ لﻮ ﺎﺑ ﻢ ءﺎ ﺑ و باﺮ ﺎﺑ
‘ilmu al-sarfi: ‘ilmu bi`us ūlin yu‘rafu bihā siyagu al-kalimāti al-‘arābiyati
wa ahw ālihā al-latī laysat bi i‘rābin wa lā binā`in “ilmu saraf : ilmu yang
membahas tentang asal usul bentuk dan keadaan kata-kata Arab dan tidak membahas mengenai susunan kalimat”
Kata mati jika berubah menjadi kematian atau mati-matian maka dua kata terakhir ini adalah bentukan baru yaitu dengan menambahkan awalan ke dan
akhiran an dan pengulangan kata mati ditambah akhiran an. Dua kata baru ini
Universitas Sumatera Utara
mempunyai arti berbeda dari makna kata asal yaitu mati. Perubahan-perubahan bentuk inilah yang dipelajari morfologi dan di dalam bahasa Arab dapat dilihat
pada perubahan seperti
بﺮ
daraba menjadi
برﺎ
d āraba, maka kata ini
merupakan bentukan baru dengan menambahkan afiks alif di antara huruf
ض
da dan
ر
ra dan perubahan ini menyebabkan maknanya berubah dari pukul menjadi saling memukul.
Proses perubahan kata mati menjadi kematian dan
بﺮ
daraba menjadi
برﺎ
d āraba merupakan proses morfologi, dan Samsuri 1994 : 190
menyatakan bahwa “proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan
menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain”. Samsuri
membedakan proses morfologis atas afiksasi, reduplikasi, perubahan intern, suplesi dan modifikasi kosong.
Dari lima proses morfologis di atas, penulis ingin membahas tentang afiksasi khususnya afiksasi pada fi’l. Kridalaksana 1996: 28 berpendapat bahwa
afiksasi : proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks. Dalam proses ini, leksem 1 berubah bentuknya, 2 menjadi kategori tertentu, sehingga
berstatus kata bila telah berstatus kata berganti kategori, 3 sedikit banyak berubah maknanya’.
Al-Khuli 1982: 8 berpendapat bahwasanya afiksasi
ﺪ اوﺰﻟا ﺔ ﺎ ا
dalam A Dictionary Of Theoretical Linguistic adalah sebagai berikut:
ﺪ اوﺰﻟا ﺔ ﺎ ا :
ةﺪ ﺪ ﺔﻤ آ قﺎ اد وا ﺪ ﺑ وا رﺬ ﻟا ةﺪ از ﺔ ﺎ ا
id āfatu al-zawāidi : idāfatu zāidatin qabla al-juzri aw ba‘dahu aw
d ākhilahu li`isytiqāqin kalimatin jadīdatin ‘Afiksasi : penambahan afiks
sebelum akar kata, sesudahnya, atau disisipkan padanya untuk mendapatkan kata yang baru’
Chaer 1994: 177 mendefinisikan afiksasi dengan proses pembubuhan afiks pada sebuah kata dasar atau bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-
unsur 1 kata dasar atau bentuk dasar, 2 afiks, dan 3 makna gramatikal yang dihasilkan.
Universitas Sumatera Utara
Al-Khuli 1982: 8 mendefinisikan afiks
از ةﺪ
dalam A Dictionary Of Theoretical Linguistic sebagai berikut:
از ةﺪ
: رﺬ ﻟا فﺎ ﻢﻴ رﻮ
ﺔ ﺑﺎ ﻰﻤﺴﻴ ,
وا ﻰﻤﺴﻴ اد
ﺔ اد ,
ﺪ ﺑ وا ﺔﻴﻟﺎ ﻰﻤﺴﻴ ﻮ وا ﺔ ﺣ ﻰﻤﺴﻴ
z āidatun : mūrfīmun yudāfu qabla al-juzri fayusammā sābiqatun aw
d ākhilahu fayusammā dākhilatun, aw ba‘dahu fayusammā lāhiqatun, aw
fauqahu fayusamm ā ‘āliyatun “Afiksasi : morfem yang ditambahkan
sebelum akar kata disebut dengan prefiks, atau yang disisipkan padanya disebut infiks, dan yang ditambahkan setelah akar kata disebut sufiks, atau
tambahan berupa fonem yang disebut dengan superfiks Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 1997: 10 afiks didefinisikan
dengan bentuk terikat yang apabila ditambahkan pada kata dasar atau bentuk dasar akan mengubah makna gramatikal.
Chaer 1994: 177 berpendapat bahwa afiks ialah sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat, yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses
pembentukan kata. Salah satu ciri sifat bahasa-bahasa Semit yang paling memukau pada
umumnya dan bahasa Arab pada khususnya adalah sistem pola dan akar kata. Akar katanya secara tipikal terdiri dari tiga konsonan pada satu order tertentu atau
mempunyai dasar tiga huruf mati yang dibentuk dengan jalan pemasangan rangkaian afiksasi berupa awalan prefiks dan akhiran sufiks serta perubahan
huruf-huruf hidup. Umpamanya, kata kitab, akarnya adalah k-t-b
آ
yang selalu diasosiasikan dengan konsepide tentang tulis menulis. Akar yang sama
terdapat pada kitabah
ﺔﺑﺎ آ
yang bermakna tulisan, maktab
ﻜ
kantortempat menulis, katib
ﺎآ
penulis dan seterusnya. Arsyad, 2002: 4 Proses afiksasi banyak terjadi pada fi’l dalam bahasa Arab. Hal ini terjadi
untuk menunjukkan pelaku, bilangan, jenis, masa dan lain-lain. Para pakar bahasa Arab telah mengemukakan definisi fi’l dalam buku mereka. Ali dan Mustafa
tanpa tahun : 15 mendefinisikan fi‘l sebagai berikut:
ﻟا
:
صﺎ ﻦ ز ﻤ لﻮ ﺣ ﻰ لﺪ ﻟ آ
Universitas Sumatera Utara
al-fi’lu : kullu lafzin yadullu ‘al ā husūli amalin fi zamanin khāssin ‘kata
kerja: setiap kata yang mengandung pekerjaan pada masa tertentu’ Al-Ghulayaini 1987 : 11 dalam Jami‘u al-Durusi al-‘Arabiyyati
mendefinisikan fi‘l sebagai berikut :
ﻟا :
لد ﺎ نﺮ ﺴ ﻰ ﻰ
نﺎ ﺰﺑ
al-fi’lu: m ā dalla alā ma‘nā fi nafsihi muqtaranin bi zamānin ‘al-fi’l : lafal
yang menunjukkan suatu pengertian tersendiri disertai waktu’. Ada banyak pola untuk membentuk sebuah fi’l, dan dengan mengetahui
pola-polanya maka akan mempermudah untuk mengetahui afiksasi yang terdapat pada sebuah fi’l. Adapun afiksasi pada fi’l terjadi pada :
Fi’l mujarrad yang ditambahi afiks yang disebut dengan fi’l mazid
Fi’l mudari yang mendapat tambahan huruf mudara‘ah
ﻴ ا
Fi’l madi, mudari dan amar yang disesuaikan dengan pelakunya
yang biasa disebut dengan tasriful lugawi. Ni’mah tanpa tahun : 67 berpendapat bahwasanya fi‘l mazid
ﺪ ﺰﻤﻟا ﻟا :
ﺮﺜآا وا فﺮﺣ ﺔﻴ ا وﺮﺣ ﻰ ﺪ ز ﺎ
نﻮﻜ ةدﺎ ﺰﻟا إ
وﺮﺣ ﺪﺣأ ﻦ ﺎ ﺎﻬﻴ ﻮﻤ ﻟﺄ
ﻦ ﺎ او ﻦﻴ
وأ م
ﻟا
al-fi‘lu al-maz īdu : mā zīda alā hurūfihi al-asliyati harfun aw aksar,
al-ziy ādatu takūnu immā min`ahadi hurūfihi sin, hamzah, lam, ta, mim,
waw, nun, ya, ha, alif wa imm ā min jinsin ain aw lam al-fi‘li ‘kata
kerja turunan ialah kata kerja yang ditambahkan padanya satu huruf atau lebih. Huruf tambahannya berupa salah satu huruf dari sin, hamzah, lam,
ta, mim, waw, nun, ya, ha, dan alif dan berupa huruf sejenis dengan ain
dan lam pada pola fa‘ala
.
Universitas Sumatera Utara
Contoh dari penggandaan huruf
ع
ain dan
ل
lam pada pola fa‘ala :
Penggandaan akar ain pada pola
fa‘ala
: بﺮ
darraba
Penggandaan akar lam pada pola
لﺎ إ
if‘alla
: رﺎﻤﺣا
ihm ārra
Fi’l mazid terbagi menjadi dua yaitu fi’l sulasi mazid kata kerja turunan tiga huruf dan fi’l ruba‘i mazid kata kerja turunan empat huruf. Fi’l sulasi mazid
mempunyai 12 pola dengan perincian sebagai berikut : A.
Fi’l sulasi mazid dengan tambahan satu huruf mempunyai 3 tiga pola yaitu:
1. Pola
ا –
af‘ala – yuf ‘ilu
2. Pola
–
fa‘ala – yufa‘ilu 3.
Pola
ﺎ -
ﺎ
f ā‘ala-yufā‘ilu
B. Fi’l sulasi mazid dengan tambahan dua huruf mempunyai 5 lima pola
yaitu: 1.
Pola
ا –
infa‘ala – yanfa‘ilu 2.
Pola
ا -
ifta‘ala – yafta‘ilu 3.
Pola
ا –
if‘alla – yaf‘allu 4.
Pola
ﺎ –
ﺎ
taf ā‘ala – yatafā‘alu
5. Pola
-
tafa‘ala – yatafa‘alu C.
Fi’l sulasi mazid dengan tambahan tiga huruf mempunyai 4 empat pola yaitu :
1. Pola
ا
- ﺴ
istaf‘ala – yastaf‘ilu 2.
Pola
ﻮ ا –
ﻮ
if‘aw‘ala – yaf‘aw‘ilu 3.
Pola
لﻮ ا –
لﻮ
if‘awwala – yaf‘awwilu 4.
Pola
لﺎ ا -
لﺎ
if‘ ālla – yaf‘āllu
Fi‘l ruba‘i mazid mempunyai 3 pola dengan rincian sebagai berikut : A.
Fi‘l ruba‘i mazid dengan tambahan satu huruf mempunyai satu pola yaitu:
-
tafa‘lala – yatafa‘lalu B.
Fi‘l ruba‘i mazid dengan tambahan dua huruf mempunyai dua pola yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1.
ا -
if‘anlala – yaf‘anlilu 2.
ا -
if‘alalla-yaf‘alillu Pada fi’l madi ‘kata kerja kala lampau’, afiksasi menunjukkan bilangan,
jenis dan pelaku . Ni’mah t.t : 69 berpendapat bahwasanya
ﺮ ﺎﻤ ﻟا ﻰﻟإ ضﺎﻤﻟا ﻟا دﺎ ا :
ﺮ ﺎﻤ ﻟا ﻰﻟإ ﻟا دﺎ ﺈﺑ ﺪ ,
ﺮ ﺎﻤ ﺮ ﻤ ﻟا و ﻰ ﺜﻤﻟا و دﺮ ﻤ ﻟ ﺔ ﻴ ﻟا و ﺔﺑﺎ ﻟا و ﻢ ﻜ ﻤﻟا
isn
ādu al-fi‘li al-mādi ilā al-damā`iri : yuqsadu bi`isnādi al-fi‘li ilā al- dam
ā`iri, tasrīfuhu ma‘a damā`iri al-mutakallimi wa al-khitābati wa al- gaibati lilmufradi wa al-musanna wa al-jam‘i ‘Fi‘l madi yang disandarkan
pada pronomina persona : yang dimaksud dengan menyandarkan fi‘l pada promina persona yakni perubahan fi‘l pada pronomina persona pertama,
kedua, dan ketiga untuk bentuk tunggal, dual, dan jamak’. Adapun pola fi’l madi ialah
Laki laki orang ketiga
Tunggal
دﺮ
Fa‘ala Dia laki-laki telah mengerjakan
Dual
ﻰ ﺜ
Fa‘al ā
Dia 2 laki-laki telah mengerjakan Jamak
ﻤ اﻮ
Fa‘al ū
Mereka laki-laki telah mengerjakan
Perempuan Orang ketiga
Tunggal
دﺮ
Fa‘alat Dia perempuan telah mengerjakan
Dual
ﻰ ﺜ ﺎ
Fa‘alat ā
Dia 2 perempuan telah mengerjakan Jamak
ﻤ ﻦ
Fa‘alna Mereka perempuan telah mengerjakan
Laki-laki orang kedua
Tunggal
دﺮ
Fa‘alta Engkau laki-laki telah mengerjakan
Dual
ﻰ ﺜ ﺎﻤ
Fa‘altum ā
Engkau 2 laki-laki telah mengerjakan Jamak
ﻤ ﻢ
Fa‘altum kalian laki-laki telah mengerjakan
Universitas Sumatera Utara
Perempuan orang kedua
Tunggal
دﺮ
Fa‘alti Engkau perempuan telah mengerjakan
Dual
ﻰ ﺜ ﺎﻤ
Fa‘altum ā Engkau 2 perempuan telah
mengerjakan Jamak
ﻤ ﻦ
Fa‘altunna Kalian perempuan telah mengerjakan
Orang pertama tidak ada musanna
Tunggal
دﺮ
Fa‘altu Saya telah mengerjakan
Jamak
ﻤ ﺎ
Fa‘aln ā
Kami telah mengerjakan
Pada fi’l mudari ‘kata kerja kala kini’ dibentuk dengan penambahan awalan berupa salah satu huruf berikut
أ
hamzah,
ن
nun,
ت
ta,
ي
ya . Awalan huruf
أ
hamzah untuk orang pertama tunggal dan
ن
nun untuk orang pertama jamak. Pada orang kedua tunggal maskulin diberi awalan
ت
ta dan feminin diberi awalan
ت
ta juga tapi diakhiri
ﻦ
ya dan nun untuk membedakannya dengan maskulin. Pada orang kedua dual baik maskulin maupun feminin diawali
ت
ta dan diakhiri dengan
نا
alif dan nun. Pada orang kedua jamak baik maskulin maupun feminin diawali dengan
ت
ta tapi maskulin diakhiri
نو
waw dan nun sedangkan feminin diakhiri
ن
nun. Pada orang ketiga tunggal maskulin diawali
ي
ya dan feminin diawali
ت
ta, orang ketiga dual maskulin diawali
ي
ya dan diakhiri
نا
alif dan nun sedangkan feminin diawali
ت
ta dan diakhiri
نا
alif dan nun dan orang ketiga jamak baik maskulin maupun feminin diawali
ي
ya tapi maskulin diakhiri
نو
waw dan nun sedangkan feminin diakhiri
ن
nun. Pada
fi’l amri ‘kata kerja perintah’ yang merupakan perubahan dari bentuk fi’l mudari, dengan menghilangkan huruf mudara‘ah kemudian menggantinya
dengan huruf hamzah. Bentuk perintah ini hanya digunakan untuk pronomina persona kedua baik jenis feminin maupun maskulin. Untuk jenis feminin tunggal
dengan menambahkan akhiran
ي
ya. Untuk jenis baik feminim maupun
Universitas Sumatera Utara
maskulin bentuk dual dengan penambahan akhiran
ا
alif dan untuk jenis feminin jamak mendapat tambahan akhiran
ن
nun dan untuk jenis maskulin jamak dengan penambahan akhiran
وا
waw dan alif Penulis menggunakan teori yang dikemukakan Fuad Ni‘mah yang didukung
dengan teori yang dikemukakan Abdul Chaer dalam menganalisis afiksasi, karena pendapat mereka jelas dan mudah dimengerti. Peneliti ingin membahas tentang
afiksasi yang terjadi pada fi‘l dalam surat Yasin. Contoh salah satu afiksasi pada fi‘l dalam surat Yasin ialah :
ﺎ ﻮ رﺬ ﻟ ﺎ
رﺬﻧا نﻮ ﺎ ﻢﻬ ﻢهؤﺎﺑا
.
litunzira qawman m ā unzira abāu`hum fahum gāfilūn ‘agar kamu
memberi peringatan kepada kaum yang belum pernah diberi peringatan bapak-bapak mereka, karena itu mereka lalai”Q.S. 36 : 6
Kata
رﺬ ا
unzira ‘diberi peringatan’ dengan pola
ا
uf‘ila merupakan kata kerja pasif atau
لﻮﻬ
majh ūl yaitu merupakan perubahan dari kata
رﺬ ا
anzara ‘memberi peringatan’
dengan pola
ا
af‘ala yang merupakan kata kerja aktif atau
مﻮ
ma‘l ūm. Dalam hal ini tidak terjadi penambahan huruf
hanya perubahan vokalharkat pada awal dan kata sebelum akhir. Kata dasar dari
رﺬ ا
anzara ‘memberi peringatan’ ialah
رﺬ
nazara. Kata ini mendapat awalan berupa
ا hamzah , yang menyebabkan fi’l ini berubah makna dari lazim menjadi muta‘addi. Makna
رﺬ
nazara sebelum ditambah ا hamzah
ialah ‘bernazar’ dan setelah mendapat tambahan
ا hamzah menjadi
رﺬ ا
anzara maknanya berubah menjadi ‘memberi peringatan’.
Universitas Sumatera Utara
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN