Ditegaskan juga oleh Garfield dalam Hartinah 2002 : 3 bahwa “analisis sitiran banyak digunakan dalam kajian bibliometrika karena jelas mewakili subjek
yang diperlukan, tidak memerlukan interpretasi, valid dan reliable”. Dalam menggunakan kajian analisis sitiran, masalah yang perlu dipertimbangkan adalah:
1. Hanya penulis utama yang menjadi perhatian
2. Penulis yang mempunyai nama sama, bidang sama dibutuhkan
informasi tambahan nama institusi 3.
Jenis sumber dokumen artikel, makalah, dan lain-lain 4.
Tidak dibatasi oleh waktu 5.
Untuk bidang yang multidisiplin, kesulitan untuk analisis subjek. Berdasarkan beberapa penegasan di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa kajian analisis sitiran digunakan karena adanya beberapa masalah yang perlu dipertimbangkan di dalam menganalisis sitiran suatu dokumen. Kegiatan
sitir-menyitir merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam penulisan sebuah karya tulis dan merupakan hal yang umum dilakukan oleh seorang peneliti atau penulis,
karena untuk menghasilkan karya atau dokumen baru sangat membutuhkan bahan rujukan yang telah terbit sebelumnya serta mempunyai kaitan dengan dokumen
yang menyitirnya.
2.3 Kriteria dalam Menyitir Dokumen
Seorang peneliti harus memahami kriteria dalam menyitir dokumen yang akan dijadikan rujukan. Oleh karena itu, sebuah dokumen akan disitir oleh
pengarang atau peneliti bila dokumen tersebut relevan dengan kegiatan penulisan karya ilmiah yang dilakukan. Dengan demikian, tidak semua dokumen yang
berkaitan dapat langsung dikutip atau disitir tetapi harus benar-benar relevan dengan topik yang diteliti.
Kegunaan dokumen bagi peneliti tidak hanya menyangkut topik yang relevan tetapi juga kebaruan, kualitas, kepentingan dan kredibilitas. Dengan kata
lain, dokumen yang mempunyai kegunaan utility akan diberi nilai oleh peneliti dan menentukan apakah dokumen itu layak disitir atau tidak. Pendapat Wang dan
Soergel dalam Andriani 2003 : 9 menyatakan bahwa nilai kegunaan suatu dokumen dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Epistemic values : kegunaan suatu dokumen dalam memenuhi
keinginan atas pengetahuan atau informasi yang tidakbelum diketahui. Melihat definisi tersebut dapat diambil asumsi bahwa nilai epistemic
merupakan persyaratan bagi semua dokumen. Dokumen yang tidak memiliki nilai epistemic kemungkinan tidak akan disitir.
2. Functional values : kegunaan suatu dokumen karena memberi
kontribusi pada tugas atau penelitian yang dilakukan. Dokumen akan berguna karena berisi teori, data pendukung empiris, atau metodologi.
3. Conditional values : kegunaan dokumen akan muncul bila beberapa
kondisi atau syarat terpenuhi, atau terdapat dokumen lain yang bisa memperkuat isi dokumen tersebut.
4. Social values : kegunaan suatu dokumen dalam hubungannya dengan
kelompok atau individu. Dokumen akan diberi nilai sosial tinggi bila dokumen tersebut berhubungan dengan suatu badan atau individu
berpengaruh terhadap peneliti, seperti dosen pembimbing atau figur yang terkenal dibidangnya.
Dari poin nomor dua terlihat bahwa kontribusi dari suatu dokumen sangat mempengaruhi dalam sitir-menyitir, yaitu dalam hal teori, data pendukung
empiris, atau metodologi. Demikian juga dengan poin nomor empat terlihat bahwa status kepengarangan dari suatu dokumen juga mempengaruhi dalam sitir-
menyitir. Oleh karena itu, alasan penulis atau peneliti untuk meyitir sebuah dokumen memiliki variasi yang berbeda-beda. Peneliti atau penulis mengambil
keputusan untuk menyitir suatu dokumen tidak hanya mengandalkan informasi yang sudah ada dalam pikirannya, tetapi juga mempertimbangkan informasi lain.
Margono dalam Silaen 2005 : 26 menyatakan bahwa : Acuan yang dipakai oleh seorang pengarang untuk menulis karya
ilmiahnya sangat beragam dan tergantung dari permasalahan yang akan dipecahkannya. Oleh sebab itu, bahan rujukan yang dipakainya sangat
bervariasi, namun tetap berhubungan dengan permasalahan yang sedang dihadapinya.
Berdasarkan pendapat di atas, penulis merumuskan bahwa seorang penulis
akan menyitir dokumen yang bervariasi dengan ketentuan bahwa dokumen yang disitir harus berhubungan dengan topik atau permasalahan yang dikaji oleh
penulis. Pengambilan keputusan untuk menyitir suatu dokumen dilakukan dengan
menerapkan beberapa kriteria. Menurut Wang dan Soegel dalam Andriani 2003 : 11 “kriteria merupakan suatu filter yang diaplikasikan oleh penulis dalam
Universitas Sumatera Utara
membuat suatu keputusan”. Beberapa kriteria penilaian suatu dokumen yang akan disitir adalah :
1. Topik, dalam hal ini isi dokumen berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan penulis. Topik permasalahan harus diketahui oleh penulis yang akan menilai dokumen. Pengetahuan mengenai topik mencakup
who siapa yang menulis, when kapan topik tersebut didiskusikan, where di mana topik itu menjadi berarti, dan how bagaimana
hubungan topik itu dengan topik lain
2. Orientasi, menyangkut apa isi dokumen dan kepada siapa dokumen
tersebut ditunjuk 3.
Disiplin ilmu atau subject area. Penulis kemungkinan akan mengambil dokumen yang mempunyai disiplin ilmu yang sama dengan penelitian
yang sedang dikerjakan
4. Keklasikankepeloporan, suatu dokumen yang berisi informasi yang
sangat substansial di bidangnya, karena memuat teknik, metode atau teori yang dipakai sepanjang waktu
5. Nama jurnal dan tipe dokumen. Pemahaman pengarang terhadap suatu
jurnal akan mempengaruhi proses seleksi dokumen 6.
Pengarang. Dokumen yang ditulis oleh orang yang menjadi figur dalam bidangnya akan dipersepsi tinggi oleh penyitir, sehingga berpeluang
besar pula untuk disitir
7. Noveltykebaruan, dokumen disitir karena memuat informasi yang
belum diketahui sebelumnya atau sesuatu yang baru 8.
Penerbit. Reputasi institusi penerbit dapat pula menjamin mutu terbitan 9.
Recencykemutakhiran, membandingkan corak baru suatu dokumen dengan topik yang sedang diteliti. Kemutakhiran berkaitan dengan
waktu penerbitan.
Berdasarkan kriteria di atas dapat ditemukan bahwa pada poin nomor lima, enam, dan sembilan jelas bahwa nama jurnal atau tipe dokumen, figur
kepengarangan, dan tingkat kemutakhiran dokumen juga mempengaruhi dalam menyitir sebuah dokumen.
Selain kriteria yang telah disebutkan di atas, terdapat beberapa kriteria di luar dokumen yang juga harus dipertimbangkan. Dengan demikian, tidak hanya
kriteria dari dalam dokumen saja yang perlu menjadi penilaian terhadap dokumen yang akan disitir. Menurut White and Wang dalam Andriani 2003 : 12 ada
beberapa kriteria di luar dokumen yang juga harus dipertimbangkan, yaitu : 1.
Kemudahan dalam mendapatkan dokumen. Liu 1993 : 13 menunjukkan bahwa rujukan dokumen yang tertera pada daftar pustaka
secara positif berhubungan dengan ketersediaan dokumen tersebut di perpustakaan institusi penulis. Artinya, jumlah rujukan yang disitir
tergantung pada kelengkapan atau jumlah koleksi perpustakaan institusi penulis
Universitas Sumatera Utara
2. Syarat khusus. Keahlian atau alat yang diperlukan untuk menggunakan
suatu dokumen menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan penulis dalam menyitir dokumen. Diantaranya adalah penguasaan bahasa,
penguasaan alat yang dipakai untuk membaca dokumen, misalnya dokumen yang tersimpan dalam mikrofilm
3. Kendala waktu. Dokumen yang dianggap relevan sebagai rujukan
terkadang tidak dapat digunakan karena waktu yang terbatas, seperti halaman terlampau tebal sehinga tidak sempat terbaca.
Berdasarkan kriteria di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa di dalam menyitir sebuah dokumen, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh
penyitir, diantaranya adalah kemampuan penyitir dalam hal bahasa, kemampuan dalam menggunakan alat yang dipakai untuk membaca dokumen, misalnya
dokumen yang tersimpan dalam mikrofilm, kemudahan dalam mendapat dokumen serta kendala waktu. Dari ketiga kriteria di atas, selanjutnya penulis atau
pengarang membuat penilaian dan mengambil keputusan untuk menyitir suatu dokumen. Dalam membuat penilaian, penulispengarang mengacu pada decision
rule yang dikemukakan oleh Soergel dalam Andriani 2003 : 12-13, yaitu strategi pengambilan keputusan untuk menyitir atau tidak suatu dokumen. Decision rule
tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Elimination rule. Keputusan untuk menolak suatu dokumen karena dokumen tersebut memuat suatu aspek yang tidak bisa dipakai sebagai
bahan rujukan
2. Multiple-criteria rule. Beberapa kriteria diterapkan untuk menerima
atau menolak suatu dokumen 3.
Dominance rule. Suatu dokumen memiliki kesamaan dengan dokumen lain sehingga perlu diseleksi yang paling dominan
4. Scarcity rule. Banyak dokumen yang diperlukan namun hanya sedikit
yang bisa diperoleh sehingga kriteria dalam penilaian dokumen diperingan
5. Satisfy rule. Dokumen yang didapat sudah sesuai dengan topik yang
diinginkan sehingga diputuskan untuk tidak mencari dokumen lain 6.
Chain rule. Mengidentifikasi dokumen yang mempunyai hubungan dengan dokumen lain, misalnya artikel asli dengan dokumen yang
memuat kritik terhadap artikel tersebut. Contoh lainnya adalah artikel yang terkumpul dalam satu volume atau topik yang dimuat pada suatu
jurnal.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam menyitir dokumen, seorang penulispeneliti harus
mempertimbangkan beberapa kriteria dalam menentukan dokumen yang akan
Universitas Sumatera Utara
dijadikan sebagai rujukan. Kriteria tersebut dapat berasal dari dalam dokumen maupun faktor luar dokumen. Bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam penilaian
suatu dokumen yang akan disitir diantaranya adalah kepengarangan, nama atau judul jurnal, tipe dokumen serta kemutakhiran dokumen. Disamping kriteria dari
dalam dokumen tersebut, faktor luar dokumen juga mempengaruhi, salah satunya diantaranya adalah kemampuan penulispeneliti dalam hal bahasa. Semua kriteria
yang telah dibahas di atas dapat dijadikan sebagai sebuah pertimbangan dalam menyitir sebuah dokumen. Dengan demikian, banyak faktor yang menentukan
kualitas suatu literatur yang akan dijadikan rujukan dalam menghasilkan sebuah karya tulis ilmiah.
2.4 Sumber-sumber Sitiran